Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ojek Online Lebih Pilih Ngetem Di Depan Stasiun & Keramaian

Terima Risiko Diderek Dishub DKI

Sabtu, 09 Desember 2017, 10:45 WIB
Ojek Online Lebih Pilih Ngetem Di Depan Stasiun & Keramaian
Foto/Net
rmol news logo Ojek online (ojol) yang kerap ngetem di tempat keramaian, jadi sorotan warga. Tak jarang, akibat kebiasaan ngetem sembarangan, jalanan macet.

Tempat keramaian yang seringdijadikan lokasi mangkal ojol,antara lain stasiun kereta api. Salah satunya Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan. Di sini, ojol, ojek pangkalan (opang), bajaj, hingga Bus TransJakarta "kom­pak" ngetem di depan maupun di sekitar stasiun.

Pantauan Kamis siang lalu, di Stasiun Manggarai yang berada di Jalan Manggarai Utara 1, se­jumlah ojol dan opang memarkir motornya di pinggir jalan. Tidak hanya ojek, bajaj pun ikut parkir di pinggir jalan. Selain itu, bus TransJakarta ukuran medium berwarna biru dan merah turut ngetem di sekitar stasiun.

Biasanya ojol dan opang ngetemdi depan Halte SMK Karya Guna, atau sekitar 200 meter dari Stasiun Manggarai. Selain di depan halte, pangkalan ojek juga ada di depan Pos Polisi Manggarai.

Trotoar di sekitar stasiun sudah dipasangi pembatas dari besi. Memang ini membuat motor tak bisa naik ke trotoar, tetapi para driver ojek ngetem di badan jalan.

Di siang hari, kebiasaan ngetemyang dilakukan sejumlah pengemudi ojol maupun angkutan umum, tak sampai menimbulkan kemacetan. Namun, cerita berbeda pada sore hari. Jalanan depan stasiun yang hanya terdiri dua lajur, semakin padat. Soalnya, kendaraan yang ngetem memakan hampir setengah ba­dan jalan.

Di sisi lain, calon penumpang pun mengorder ojek tepat di depanstasiun. Bisa saja, hal itulah yang membuat banyak ojek berhenti di depan stasiun.

"Hampir setiap hari memang begini, Mas. Karena kebanyakan orang turun dari kereta langsung pesan ojol," kata Ruhendi, salah seorang warga yang tinggal tak jauh dari Stasiun Manggarai.

Menurutnya, pengemudi ojol bisa mendapat lebih banyak order jika menunggu di dekat stasiun. "Mereka menunggu orderan sepertinya, jadi banyak yang mangkal di pinggir jalan. Kalau sore jadi agak macet di depan stasiun, apalagi ditambah bajaj dan opang," tuturnya.

Banyaknya angkutan umum maupun ojol dan opang yang mangkal di depan stasiun, tak lainkarena warga ingin menda­patkan alat transportasi secara mudah. Miranti salah satunya. Dia memilih naik ojol untuk melanjutkan perjalanan.

"Kalau untuk nyambung dari KRL, saya biasanya memang naik ojol. Kalau naik ojol biasanya lebih cepat, langsung dapat dan nggak berhenti-berhenti lagi. Kalau naik angkutan umum atau TransJakarta lebih lama, dan sering berhenti," kata Miranti.

Selain itu, lanjutnya, ojol lebih mudah didapatkan, karena tinggalmengorder melalui aplikasi. Dia pun dijamin mendapat tempatduduk, tak seperti naik bus, terutama pada jam-jam sibuk pagi dan sore hari yang padat penumpang.

"Lebih cepat waktu tempuhnya. Kalau lagi buru-buru, mending naik ojek online cuma Rp 5 ribu, kalau naik angkot Rp 4 ri­bu, busway Rp 3.500. Gampang juga dapatnya, karena di sini kan banyak yang mangkal," alasan Miranti memilih naik ojol.

Sementara An, pengemudi ojol yang juga kerap mangkal, mengaku sudah biasa mangkal di dekat stasiun tersebut. Dia be­ralasan banyak penumpang yang didapatkannya bila mangkal di depan stasiun langsung. "Ya, kalau di sini penumpang yang sewa banyak," kata An.

An pun mengakui, apa yang di­lakukannya salah. Dia mengatakan, razia yang kerap dilakukan petugas Dinas Perhubungan (Dishub) DKI adalah risiko men­jadi sopir angkutan umum.

"Kalau ada razia kita pergi dulu. Kalau memang diderek, itu sudah menjadi risiko," ucapnya.

Kesemrawutan akibat banyaknya ojol maupun angkutan lain yang mangkal sembarangan pun tampak di Stasiun Palmerah, Jakarta Barat. Dari pengamatan, pada siang hari, memang tak begitu banyak ojol yang ngetem di dekat stasiun tersebut.

Namun pada sore hari, jumlah ojol semakin banyak. Pantauan di Jalan Gelora 1 yang berdekatan dengan Stasiun Palmerah, tampakpengendara saling berdesa­kan karena jalan raya yang tak begitu luas. Sementara volume kendaraan yang melintas, dua kali lipat.

Karena jalanan yang macet, tak jarang pengendara motor pribadi terus menerus membunyikan klaksonnya, agar mereka yang menggunakan bahu jalan segera menurunkan penumpangnya, sehingga tak menyebabkan macet. Namun tetap saja, ada transportasi on­line, baik ojek maupun mobil yang berhenti di depan Stasiun Palmerah tersebut.

"Parah banget macetnya. Sering memang ojol mangkal di sini," kata Hari, pengendara motoryang ikut terjebak kemacetan di sekitar Stasiun Palmerah.

Hari yang sehari-harinya melewati depan Stasiun Palmerah tersebut, mengaku tak tahu lagi harus bagaimana menghadapi hal ini. Kata dia, kebiasaan parkir sembarangan dilakukan di dekat Stasiun Palmerah di kedua arahnya.

"Kita inginnya mereka tertib, karena jalan di depan Stasiun Palmerah kecil. Sementara kalau pagi dan sore hari pas pulang kerja, di sini padat," ucapnya.

Namun, seorang pengendara ojek online menjelaskan alasannya terpaksa menurunkan penumpang di jalur tersebut. Menurutnya, hal tersebut dilakukannya dan rekan-rekannya karena dekat dengan JPO stasiun.

"Penumpang ingin turun di sini, kita ikut permintaan dong. Lagian nggak ada area untuk kita kan," ucapnya.

Latar Belakang
PT KAI Siapkan Lahan Kosong Buat Tempat Mangkal Ojol Cs
 

Ojek online (Ojol) kembali menjadi pusat perhatian. Salah satu penyebabnya adalah kurang­nya kedisiplinan karena mangkal di sembarang tempat, sehingga berdampak pada kemacetan lalu lintas.

Menanggapi hal itu, Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan merasa tidak memiliki hak untuk melakukan penindakan. "Kami sudah cukup sering dan intens mengatur, tapi ya itu, kami tidak punya hak melaku­kan penindakan tegas seperti menilang," ucap Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Selatan Christianto.

Menurut Christianto, untuk penilangan terhadap roda dua atau pelat nomor polisi hitam, Dishub tidak memiliki hak. Karena itu, pihaknya hanya bisa melakukan kerja sama dengan kepolisian saat melakukan pengaturan. "Sebenarnya kita serba salah, kita hanya bisa mengatur, tidak punya hak menilang. Lagian harusnya menurut undang-undang, roda dua itu bukan untuk angkutan umum," katanya.

Selama ini, sambungnya, pihaknya hanya memberi teguran keras pada pengendara yang masih ngeyel. Selain itu, pihaknya juga memberikan tindakan ringan seperti pengempisanban sepeda motor pengendara.

"Jadi selama ini kami lebih ke arahan, kalau peneguran keras untuk yang ngetem sembarangansaja seperti parkir di trotoar atau bahu jalan. Biasanya kita kempisin bannya. Kita minta pihak penyedia layanan (Grab, Uber, Gojek) untuk memberikan bimbinganbagi para mitranya, jangan sampai menggangu ketertiban," ucapnya.

Dari pihak Kepolisian, Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto mengaku sudah mengingatkan para pengendara ojol agar tidak mengganggu fasilitas umum. "Kami sudah pantau terus, ya, artinya jika memang ada pelang­garan akan kami tindak," kata Budiyanto.

Pelanggaran yang dimaksud Budiyanto, mencakup semua hal. Mulai dari kelengkapan berkendara, rambu-rambu, sam­pai penyalahgunaan fasilitas um­um yang kerap dijadikan tempat mangkal menunggu order.

"Seperti trotoar atau bahu-bahu jalan itu biasanya kami tertibkan. Polanya ada yang tindakan berupa teguran sampai penilangan. Pada Operasi Zebra kemarin cukup banyak ojek online yang kami tindak, tetapi memang lebih ke kelengkapan berkendara dan melawan rambu lalu lintas," ujarnya.

Budiyanto meminta masyarakat atau pengguna jalan raya melapor jika mendapati suatu wilayah ada ojek online yang mangkal, sehingga mengganggu fasilitas umum. Misalnya tro­toar, halte, bahu jalan, dan lokasi lain yang sifatnya memakan ruas jalan sehingga membuat kemacetan.

"Silakan mengadu, kami akan tanggapi. Intinya, jika memang ada pelanggaran, seperti menyalahgunakan fasilitas umum atau mengganggu pengguna jalan lain, masyarakat bisa melapor­kan," tegasnya.

Sementara, PT Kereta Api Indonesia (KAI) akan menyiapkan lahan khusus untuk pengendapan angkutan pengumpan (feeder) seperti Bus Transjakarta, ojek dan angkutan lainnya yang "mangkal." Hal itu dilakukan sebagai penanggulangan kemacetandi badan jalan Stasiun Manggarai.

Berdasarkan hasil koordinasi Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), Kepala Daop I PT KAI Hendy Helmi menyatakan, penyediaan lahankosong akan dibuat lebih baik, mengingat antrean Bus TransJakarta yang banyak, serta ojek yang menurun dan menaikkan penumpang hingga memakan badan jalan.

"Nanti bus-bus itu tidak mengantre di jalan, tetapi langsung masuk ke parkiran. Dari situ nanti transaksi dilakukan antara penumpang dan Transjakarta," kata Hendy.

Dia menjelaskan, kemacetan di sekitar Stasiun Manggarai bisa mencapai satu kilometer. "Karena angkutan seperti ba­jaj, Bus TransJakarta, ojol dan opang memenuhi badan jalan stasiun," tuturnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA