Ada Aroma Ikan Asin, Sosialisasi Empat Pilar Di Kemayoran Terasa Spesial

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ruslan-tambak-1'>RUSLAN TAMBAK</a>
LAPORAN: RUSLAN TAMBAK
  • Jumat, 01 Desember 2017, 09:51 WIB
Ada Aroma Ikan Asin, Sosialisasi Empat Pilar Di Kemayoran Terasa Spesial
Hidayat Nur Wahid/Humas MPR
rmol news logo . Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid mengisi Sosialisasi Empat Pilar MPR bertepatan dengan memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, di Jl. Utan Panjang 2, Pasar Nangka Ujung, Kemayoran, Jakarta Pusat, Kamis  (30/11).

Untuk pertama kali pula, Sosialisasi Empat Pilar MPR diadakan di pemukiman padat, bahkan di samping pasar dan di tengah jalan.

"Ada aroma nasi goreng, ikan asin. Sosialisasi Empat Pilar MPR ini berada di tempat spesial. Baru pertama kali Sosialisasi Empat Pilar MPR di tempat seperti ini. Langsung berada di tengah-tengah masyarakat. Di samping pasar dan di tengah jalan, tapi tidak mengganggu warga," kata HNW.

Menurut politisi senior PKS ini, Sosialisasi Empat Pilar sekaligus memperingati Maulid Nabi memiliki keterkaitan.

"Rasulullah adalah teladan dalam hal cinta bangsa dan negara. Rasulullah berhasil menjaga agar negara itu tetap utuh, kokoh, kuat dan tidak terpecah-pecah, serta sukses sebagai bangsa dan negara. Beliau adalah teladan yang konkrit," ujar HNW.

Dia mencontohkan Piagam Madinah menghadirkan masyarakat madani, yaitu masyarakat yang guyub, rukun, bersama-sama. Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab dan unggul.

"Piagam Madinah ini, kalau dalam bahasa Indonesia, seperti Pancasila," ujarnya seperti dalam keterangan tertulis Humas MPR.

HNW menambahkan Sosialisasi Empat Pilar sekaligus peringatan Maulid Nabi ini menjadi momentum. Empat Pilar MPR membuat Indonesia tetap kokoh. Tidak seperti negara Uni Soviet dan Yugoslavia.

"Uni Soviet terpecah menjadi beberapa negara karena negara itu tidak mempunyai ideologi yang tumbuh dari dalam dan menyatukan seluruh warga bangsanya. Ideologi komunis bukan ideologi asli Uni Soviet. Uni Soviet pecah pada 1991 setelah Presiden Mikhail Gorbacev membuat kebijakan glasnost dan perestroika. Yugoslavia pecah menjadi beberapa negara sepeninggal Joseph Broz Tito sebagai bapak bangsa yang mempersatukan Yugoslavia," kata dia memberi contoh.  

"Apakah Indonesia pecah ketika Bung Karno wafat? Tidak. Apakah Indonesia pecah ketika presiden membuat kebijakan reformasi seperti di Uni Soviet? Tidak. Indonesia tetap kokoh dan kuat. Padahal Indonesia adalah negara kepulauan dengan tidak kurang dari 250 suku bangsa, 1.200 bahasa lokal, 34 provinsi, dan tiga satuan waktu. Sekalipun besar dan beragam, Indonesia tidak mengalami perpecahan," lanjut HNW.

Salah satu faktor yang membuat Indonesia tidak terpecah adalah karena kita mempunyai ideologi yang dimiliki bersama. Ideologi yang tumbuh dari dalam negeri kita sendiri.

"Itulah yang namanya Pancasila. Karena itu menjadi amat penting kita mengingatkan dan menyegarkan ingatan pada Pancasila supaya bangsa ini tidak pecah. NKRI tetap menjadi harga mati, meskipun ada yang mencoba mengacaukan NKRI seperti dari kelompok komunis atau separatis," ucap HNW. [rus]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA