"Pancasila adalah payung bagi semua," kata OSO sapaan akrabnya di hadapan ratusan broker yang terhimpun dalam Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI), di Jakarta, Rabu (29/11).
Sebagai payung bagi semua maka Pancasila bisa menolak intervensi ideologi asing yang bertentangan.
"Bangsa kita dikeroyok ideologi lain namun untung ada Pancasila. Saya meminta broker juga ikut menjaga Pancasila," tambahnya.
Dikatakan OSO, saat ini kita sedang mencari pahlawan yang bisa mensejahterakan rakyat. Dirinya mengajak pada semua untuk membangun bangsa untuk memperbaiki perekonomian.
"Salah satu pihak yang ikut menentukan pembangunan ekonomi adalah asosiasi broker," ujarnya.
Di Eropa dan Singapura, keberadaan broker disegani. "Broker bukan hanya penghubung antara penjual dan pembeli namun juga sebagai pelindung. Dari sinilah maka nilai broker sangat tinggi," ungkap OSO.
Dia membandingkan di Singapura dengan jumlah penduduk 3 juta jiwa namun memiliki broker 28.000, sedang di Indonesia dengan penduduk 250 juta jiwa, broker tak lebih dari 1 juta.
"Sepertinya ada kesalahan sistem. "Sudah 20 tahun kok baru segitu? Kalian terlalu sabar dan pasrah," tambahnya. Hal demikian menurut OSO tak boleh terjadi.
Sebagai perantara antara penjual dan pembeli, broker harus mendaftarkan diri pada organisasi yang resmi. "Kalau tidak berarti ia broker gelap sehingga yang dijual juga barang gelap," ungkapnya.
Di tengah masifnya pembangunan rumah, menurut OSO, kehadiran broker dibutuhkan masyarakat. "Jadi peluang broker sangat tinggi," ujarnya.
[rus]
BERITA TERKAIT: