Fakta SejarahAnggapan negatif tersebut tidak adil berdasar fakta bahwa Perang Dunia I dan II dikobarkan oleh mayoritas negara dengan masyarakat mayoritas non Islam.
Konflik Korea yang terpecah-belah menjadi Korut dan Korsel juga tidak dilakukan oleh masyarakat Islam. Kaum Rohingnya ditindas di Myanmar bukan oleh umat Islam malah sebaliknya umat Islam yang ditindas oleh masyarakat non Islam. Pembantaian terhadap penduduk asli Amerika Utara, Amerika Selatan dan Australia dilakukan oleh bukan umat Islam.
Kaum penjajah seperti Belanda di Nusantara mau pun Spanyol di Filipina mencitrakan umat Islam sebagai teroris sebab pada kenyataan umat Islam di Nusantara dan Filipina memang senantiasa tidak sudi tunduk ditindas oleh kaum penjajah.
Sultan Agung mempelopori perlawanan terhadap kaum penjajah yang dilanjutkan oleh Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Tjut Nyak Dhien, sampai para santri Jawa Timur yang perkasa melawan tentara sekutu Belanda yang tidak sudi mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia.
Perlawanan terhadap kolonialisme Spanyol dan Amerika Serikat di Filipina gigih dilakukan oleh umat Islam. Inggeris paling kewalahan dalam melawan umat Islam di Afghanistan yang tidak sudi dijajah. Umat Islam sebagai korban angkara murka kolonialisme malah dihujat sebagai pemberontak.
IrlandiaKesan bahwa masyarakat non-Islam selalu hidup dalam suasana damai digugurkan oleh sejarah Irlandia yang terpecah belah menjadi Irlandia Utara di bawah kekuasaan Inggeris serta Republik Irlandia berdasar perjanjian 29 Desember 1937 mengakui kemerdekaan Irlandia ditandatangani oleh pemimpin Irlandia Selatan dan pemerintah Britania Raya.
Dengan alasan tengah berlangsungnya Perang Dunia II, Inggris tidak mewujudkan isi perjanjian tersebut. Setelah perang berakhir, pada tahun 1949, rakyat Irlandia selatan yang mayoritas Katolik, memproklamirkan kemerdekaannya dari Britania Raya. Kemerdekaan berhasil dicapai setelah rakyat Irlandia selama delapan abad menjadi wilayah bagian dari Britania Raya. Mayoritas masyarakat Irlandia dan Inggeris sama-sama Nasrani.
Irlandia Utara Yang naas adalah nasib masyarakat Nasrani yang bermukim di wilayah yang disebut sebagai Irlandia Utara yang sampai kini masih resmi masuk dalam wilayah Britania Raya. Lebih dari 1700 warga Irlandia Utara jatuh sebagai korban nyawa akibat konflik sesama umat kristiani berhadap-hadapan dalam konflik kekerasan.
Konflik yang diawali dengan hari Minggu Berdarah pada tahun 1972 semakin meruncing akibat eksistensi kepentingan politik dan golongan yang berdiri di belakang perisai agama. Pada tahun 2011, kepolisian Irlandia Utara menyatakan puluhan orang menggunakan topeng mengerubungi jalanan di Short Strand, yang merupakan daerah warga Katolik di Belfast melakukan serangan dengan bom molotov.
Konflik berdarah di Irlandia Utara sejak dahulu telah terjadi antara kaum Ulyster didukung Protestan yang ingin bergabung dengan Inggris Raya melawan pihak IRA didukung Katolik yang menginginkan kemerdekaan Irlandia Utara. Konflik 2011 terjadi karena parade tahunan 12 Juli, di mana para demonstran yang tergabung dalam Orange Order diserbu.
Orange Order adalah organisasi persaudaraan bagi penganut Protestan yang berbasis di Irlandia Utara dan Skotlandia. Nama Orange diambil dari nama William of Orange yang mengalahkan pasukan Katolik James II dalam Perang Boyne 1690.
[***]
Penulis adalah pembelajar sejarah kekerasan manusia terhadap sesama manusia