Lorong Sunyi Menuju Tuhan (72)

Spiritual Contemplations: Akronim Radikalisme & Liberalisme

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 26 Juli 2017, 10:26 WIB
Spiritual Contemplations: Akronim Radikalisme & Liberalisme
Nasaruddin Umar/Net
RADIKALISME dan leberalisme, dua akronim yang sering menjebak aktivis keagamaan, khususnya umat Islam. Radikalisme adalah sebuah pa­ham yang berusaha memaha­mi dalil-dalil dan ajaran agama lebih ketat sehingga melahirkan pandangan dan perilaku kea­gamaan yang tegas dan keras (radikal). Sedangkan liberalisme adalah sebuah pa­ham yang berusaha memahami dalil-dalil dan ajaran agama lebih longgar sehingga melahirkan pandan­gan dan perilaku keagamaan yang sangat moderat (liberal). Kedua akronim ini mempunyai kelompok pendukung di dalam masyarakat. Bahkan keduanya memiliki kelompok fanatik yang mengklaim dirinya paling benar dan berusaha merumuskan logika un­tuk memperkuat pendapatnya sambil mencari kele­mahan kelompok selain.

Kelompok radikalisme selalu berusaha dan berjuang untuk membentengi umat dengan berbagai jargon, seperti kembali kepada Qur'an dan sun­nah, kelompok pembela Islam, amar makruf nahi munkar, fi sabilillah, kelompok mujahidin, pembela Islam, dan berbagai jargon keagamaan lainnya. Yel-yelnya juga menggunakan kalimat-kalimat suci seperti "Allahu Akbar", dan yel-yel lainnya. Kelom­pok ini juga biasanya memiliki atribut-atribut pakaian dan identitas fisik yang gampang dikenali bahwa mereka adalah bagian dari kelompok itu. Ciri-ciri gerakan mereka memiliki kelompok jamaah dan memang sering melakukan berbagai kegiatan den­gan cara berjamaah. Mereka memiliki semangat juang dan semangat pengorbanan yang kuat. Soli­daritas antara sesama kelompok sangat kuat. Bu­kan hanya di kalangan kaum pria tetapi juga kaum wanitanya. Fenomena terakhir kelompok ini juga mendirikan kelompok-kelompok bisnis untuk men­ciptakan kesejahteraan kepada sesama anggotanya. Di samping itu dibentuk kelompok-kelompok advokasi untuk membela dan memperjuangkan se­genap anggotanya jika ada yang terlibat dalam per­soalan hukum. Kelompok ini tidak mau tahu, apala­gi tidak mau takluk dengan kekuatan dan pengaruh barat. Mereka sangat self confident karena me­mang mereka sangat yakin terhadap keyakinannya bahwa Islam adalah paling tinggi dan tak akan per­nah ada yang mengalahkannya (al-islam ya'lu wa la yu'la 'alaih).

Kelompok liberalisme, yang biasa juga dise­but kelompok JIL(Jaringan Islam Liberal), selalu berusaha untuk memperkenalkan ide-ide di da­lam masayrakat bahwa Islam adalah agama ke­manusiaan. Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai logika dan kemanusiaan. Jika se­andainya ada dali-dalil agama yang bertentangan atau tidak sejalan dengan perinsp-perinsip kema­nusiaan maka yang harus dimenangkan ialah pe­mahaman yang pro-kemanusiaan. Al-Qur’an dan hadis untuk manusia dan kemanusiaan, bukan se­baliknya. Kelompok ini memang tidak sebesar dan tidak sefanatik dengan kelompok pertama tetapi anggota-anggotannya kebanyakan dari kelas me­nengah dari kelompok silent majority. Mereka tidak memiliki atribut dan identitas resmi, namun aktivitas mereka mudah dilihat karena domain kegiatannya lebih banyak di level penguatan intelektual dan pe­mikiran. Mereka memiliki atau akrab dengan berba­gai media, karena pada umumnya mereka memiliki kemampuan menulis dan diskusi yang lebih baik. Meskipun anggotanya terbatas tetapi mereka tidak gampang ditaklukkan secara hukum dan logika. Mereka juga sangat percaya diri dan sangat yakin kalau pemikirannya benar. Mereka juga tidak takut untuk dikafirkan atau dimurtadkan karena mereka tahu itu hak proregatif Tuhan yang tidak bisa diam­bil alih oleh manusia, apalagi oleh kelompok yang dinilainya berpandangan sempit.

Sebetulnya kedua kelompok ini secara objektif bisa dinilai tidak berbeda jauh, apalagi jika dili­hat dari sudut substansi yang diperjuangkannya. Keduanya sama-sama ingin meninggikan kali­mat Allah (li I'la'I kalimatillah) dengan cara, tak­tik, strategi, dan metodologi yang berbeda. Ked­uanya sama-sama ingin mewujudkan umat yang sejahtera lahir dan batin. Keduanya juga mem­punyai keinginan kuat untuk melihat umat Islam memiliki daya saing dengan bangsa-bangsa atau agama-agama lainnya. 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA