Selain bicara soal ancaman ISIS dari Merawi, Jenderal Suhardi juga mengomentari renÂcana revisi Undang-Undang Antiterorisme yang mewacanaÂkan penambahan peran bagi BNPT untuk mengkoordinasikan tugas pemberantasan terorisme antarlembaga. Berikut pernyataan lengkap Jenderal Suhardi Alius saat ditemuai usai rapat dengan Komisi III DPR, di gedung DPR, Jakarta, Kemarin;
Kabarnya kombatan Indonesia yang kini ikut menyerang militer Filipina di Marawi, nekat nyeberang ke sana setÂelah mendapat pengaruh dari terpidana terorisme Aman Abdurrahman. Benar begitu?Pengaruh dari doktrin-doktrin itu masih terus berjalan. Itu tugas dari kita untuk mereduksi itu seÂmuanya. Doktrin-doktrinnya baÂgaimana mereka mempengaruhi, jadi mereka terinspirasi.
Bagaimana caranya Aman Abdurrahman menyampaiÂkan doktrinnya itu sementara dia sedang menjalani masa tahanan?
Lewat yang besuk-besuk itu. Jadi yang besuk-besuk itu juga harus diwaspadai sekarang itu. Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan juga perintahkan sekali soal itu. Nggak bisa lagi. Dulu yang di Tangerang yang adiknya polisi juga pernah mengunjungi. Jadi yang seperti ini, antara Densus dan kita harus bekerja sama.
Kalau seperti itu ke depan Lapas terorisme mesti lebih diketatkan lagi dong pengaÂmanannya?Jadi nanti kita koordinasiÂkan dengan Direktur Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS), karena itu kan menyangkut otoriÂtas orang, tapi kita berkepentingan. Karena ideologi ini kan mindset, nggak bisa lepas begitu saja.
Sejauh ini Anda sendiri apa punya data para kombatan Indonesia yang saat ini terlibat di Marawi. Dari mana saja mereka? Kan begini, secara historis kita bisa melihat. (Kombatan) kita dulu pernah punya pengalaÂman dengan Afganistan. Kita juga pernah pengalaman dengan Filipina Selatan, Suriah dan sekarang kembali lagi dengan Filipina Selatan. Benih-benih itu pasti masih ada. Tahanan terorisme yang masih ada di Filipina juga masih ada lho. Tetapi kalau kita lihat secara keseluruhan berÂdasarkan laporan dari Filipina sendiri. Kita lihat itu ada juga (kombatan) dari Malaysia, Saudi Arabia, dari Indonesia, tapi kan jumlah presentasenya kecil itu. Pastinya semuanya kami moniÂtor terus kok, dengan pemerintah Filipina juga, dengan semua jarÂingan kami, Kementerian Luar Negeri, imigrasi, polisi, kami sudah koordinasi.
Lalu Anda melihat para komÂbatan di Filipina itu terindikasi masuk jaringan mana?Kabanyakan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) itu ya.
Kalau dari Indonesia sendiri ada berapa orang?Kan Densus 88 Anti Teror sudah kasih statement soal itu. Coba tanya ke Densus itu.
Terus langkah pencegahan yang dilakukan oleh pemerÂintah supaya para teroris asal Filipina itu tidak masuk ke Tanah Air apa saja?Kami masih dalam pengemÂbangan terus. Sekarang Sulawesi Utara, Maluku Utara, dan Kalimantan Utara. Kita persiapkan benar dan jangan sampai ada rembesan di sana. Sekarang masih ada di sana semua. Pemerintah sudah memerintahÂkan semua (berjaga). Nanti hari Rabu depan Menkopolhukam ada acara di Manado.
Sejauh ini adakah informasi para kombatan Indonesia itu berupaya masuk lagi ke Tanah Air?Sementara belum kelihatan (yang mencurigakan). Tapi kita harus antisipasi dan waspada dengan melibatkan seluruh masyarakat.
Soal lain. Panja RUU Antiterorisme kabarnya akan menambahkan peran BNPT untuk mengkoordinasikan tuÂgas pemberantasan terorisme. Benar begitu?Dalam Perpres sudah ada itu, tahun 2010-2012 di pembahaÂruan. Kita bikin program, mengÂkoordinasikan kementerian, itu sudah ada. Sekarang impleÂmentasinya kita koordinasikan ke 31 lembaga dan badan juga koordinasi kita. ***
BERITA TERKAIT: