Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

NGAJI RAMADHAN

Di Balik Promo Ramadhan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-sulton-fatoni-5'>MUHAMMAD SULTON FATONI</a>
OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI
  • Minggu, 28 Mei 2017, 16:35 WIB
<i>Di Balik Promo Ramadhan</i>
Sulton Fatoni/Net
MENJELANG Ramadhan, pasar modern dan tradisional dekat rumahku penuh sesak orang belanja. Ibu-ibu mendominasi keriuhan pasar. Berbagai jenis bahan makanan dibeli untuk persediaan berbuka dan sahur. Tak ketinggalan snack camilannya. Kurma menjadi buah favorit yang diburu. Ibadah buka puasa dan sahur telah membuat 'gempar' pasar-pasar di dunia muslim.

"Andaikan ada air zam-zam alangkah nikmatnya puasa Ramadhan," kata isteriku yang merasa ada yang kurang dalam belanjaannya.
 
Memasuki awal-awal Ramadhan, mushalla di kampungku mulai menggelar pengajian kilat. Selepas salat taraweh seorang ustadz menjelaskan serba-serbi ibadah di bulan Ramadhan. Luar biasa banyak jenis ibadah yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan selain puasa. Pahalanya juga tak terbayangkan. Begitu agung bulan Ramadhan. Begitu beruntung seorang muslim yang mampu memaksimalkannya.
 
Begitulah Puasa Ramadhan. Sangat istimewa. Ibadah yang penuh promosi padahal tanpa iklan pun umat Islam melaksanakannya. Al-Qur’an menyebut ramadhan, al-Hadits pun demikian. Apalagi para ulama dalam kitab-kitabnya tak terhitung menyebut kata Ramadhan sebagai penjelasan atas ibadah spesial ini. Sampai kini pun puasa Ramadhan masih diulas dari berbagai perspektif. Dari sekian banyak pembahasan tak satupun yang memandang negatif terhadap puasa Ramadhan.
 
Membaca ulasan para ulama tentang Ramadhan setidaknya dapat dinikmati melalui dua pendekatan, yaitu fiqh dan tasawuf. Puasa Ramadhan perspektif fiqh dapat menenggelamkan pelakunya ke dalam teknis berpuasa yang detail, komplit dan tampak “menyibukkan”. Namun nyatanya hiruk pikuk fiqh Ramadhan tidak menjadikan pelakunya terbebani, justeru sebaliknya merasa asik. Arahan kiai harus begini, begitu, diikuti. Petunjuk kiai tidak boleh ini, itu, juga diikuti. Tak terbaca wajah lelah dalam belajar fiqh puasa Ramadhan.
 
Begitu juga puasa Ramadhan perspektif tasawuf yang mampu menenggelamkan pelakunya ke dalam samudera kenikmatan ruhani. Puasa Ramadhan yang teknisnya tampak rumit melelahkan justeru terasa simpel dan menyegarkan ruhani. Dahaga terasa hilang saat memasuki bulan Ramadhan. Bimbingan kiai untuk lelaku ruhani dijalani dengan suka cita. Tak terasa setahap demi setahap ruhani terlatih membersihkan dari sifat-sifat buruk. Kemudian mengisinya dengan sifat-sifat mulia.
 
Pahala yang luar biasa di bulan Ramadhan ini idealnya tidak menghilangkan esensi ibadah seorang makhluq kepada khaliqnya. Dibalik promo Ramadhan yang luar biasa terdapat esensi yang harus mendasari suatu ibadah. Allah berfirman dalam al-Qur'an surah al-Bayyinah ayat 5, "tidaklah mereka diperintahkan kecuali untuk beribadah kepada Allah secara ikhlas, semata-mata karena perintah agama."
 
Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab Bulughul Maram juga telah menjelaskan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim, "barang siapa memenuhi ibadah di malam-malam bulan Ramadhan karena membenarkan janji Allah atas pahala-Nya dan karena untuk mendapatkan Dzat Allah dan pahala-Nya maka Allah mengampuni dosanya di masa lalu."
 
Maka apapun bentuk promosinya, esensi ibadah di bulan Ramadhan, baik saat siang hari maupun malam hari harus berlandaskan keikhlasan, keimanan dan ketakwaan kepada Allah. Selamat berpuasa. [***]

Penulis adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA