Sudah tak terhitung berapa kali dia menyebut kata 'surga', mulai surga Firdaus, surga an-Naim, surga Ma'wa, surga Adn dan lainnya. Pada penjelasan lainnya ia menyebut tentang sisi pinggir surga, tengah surga, atas surga dan seterusnya.
"Kalian yang saat ini sedang berpuasa, jangan kuatir". Katanya penuh semangat. Ia pun mengutip hadits dalam Shahih Bukhari yang mencatat bahwa surga itu hak orang-orang yang berpuasa Ramadan. Semarak pengajian di bulan Ramadan juga karena ajaran Rasulullah SAW. Mendengar penjelasannya, para jamaah rutinan puasa Ramadan tampak manggut-manggut.
"Ibu-Ibu, meskipun sedang puasa, tetap ikut pengajian tiap hari ya?", Pintanya sambil memandang jamaah yang ada di sekelilingnya.
"Iyaaa…" Jawab Ibu-ibu itu kompak.
Sang pendakwah melanjutkan, "para pencari ilmu itu pasti mendapat balasan dari Allah". Ia pun secara fasih mengutip satu hadits dalam Shahih Muslim yang mencatat bahwa para pencari ilmu itu imbalannya di akhirat nanti mendapatkan garansi kemudahan meniti jalan ke surga.
"Paham ya, Bu? Pak?" Tanya sang Pendakwah komunikatif.
"Pahaaam," Jawab mereka, kali ini bersahut-sahutan.
"Nah, apalagi sekarang bulan puasa, puasanya dapat surga, ikut pengajian juga dapat surga. Dapat dua surga sampean," imbuh sang Pendakwah.
Praktis sore itu masjid an-Nahdlah seperti banjir surga. Suasana pengajian Bukber yang selalu semarak, ramai jamaah dan terasa spirit keislamannya.
Rasulullah SAW sering mengaitkan puasa Ramadan dengan surga. Ibadah puasa Ramadan memang berpahala jika dilaksanakan dan berdosa jika ditinggalkan. Pahala terkait dengan surga. Lalu apa sih "surga" itu? Kata "surga" dalam bahasa Arab sering disamakan dengan kata al-jannah yang memiliki dua makna, yaitu: "taman" atau "kebun": dan "surga", yaitu suatu tempat yang nikmat di akhirat.
Seorang ulama dari Sidogiri Pasuruan KH. Nawawi Abdul Djalil mengatakan para ulama telah mengajarkan bahwa yang terpenting umat Islam itu meyakini bahwa surga itu ada. Wujud surga sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Sedangkan letak surga berada di atas langit ke tujuh dan di bawah Arsy. Surga tidak ada di lingkungan langit (Kiai Nawawi, 2011).
Inilah cara dakwah para kiai di Nusantara. Menjelaskan secara sederhana konsep kasusalitas, ada surga dan neraka adalah bagian dari model dakwah dalam kerangka membimbing masyarakat. Tak mungkin masyarakat menapaki jalan spiritualitasnya sendiri. KH. Said Aqil Siroj mengatakan, saat ini bisa saja seseorang berada dalam tahap surga dan neraka. Namun pasti akan tiba masanya dalam kesunyiannya orang itu melakukan ibadah semata-mata karena Allah, bukan karena berharap surga dan takut neraka (Kiai Said Aqil, 2018).
[***]Depok, 28 Mei 2018
Penulis adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)