Indonesia Latih Petani Dari 11 Negara Afrika

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Sabtu, 08 April 2017, 02:45 WIB
Indonesia Latih Petani Dari 11 Negara Afrika
RMOL
rmol news logo Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Pertanian menyelenggarakan program International Training on Agricultural For African Countries' yang diikuti 12 peserta dari 11 negara di Benua Afrika. Meliputi Zimbabwe, Angola, Ethiopia, Gambia, Madagaskar, Sudan, Kenya, Mozambik, Tanzania, Nigeria, dan Namibia.

Program Pengembangan Kapasitas di bidang pertanian untuk penduduk Afrika tersebut dilaksanakan di Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Cara Tani di Desa Pasawahan, Kecamatan Pasawahan, Kuningan, Jawa Barat pada 15 Maret-30 April 2017. P4S merupakan pusat pelatihan dari petani kepada petani yang merupakan binaan Kementan.

Peserta program International Training on Agricultural For African Countries berlatih dalam rangka meningkatkan pengetahuan dalam budidaya tanaman padi, dari sejak menabur benih sampai masa panen. Berikut proses teknologi budidaya tanaman padi, jagung dan kedelai.

Kepala Biro Kerja Sama Luar Negeri Kementan Mesah Tarigan mengatakan bahwa tujuan dari pelaksanaan program adalah untuk meningkatkan esistensi pemerintah RI dalam pembangunan global, dan memenuhi komitmen pemerintah RI di kawasan Asia-Afrika .

"Keseluruhan program tersebut merupakan komitmen pemerintah RI dalam kerangka kerja sama Selatan-Selatan yang bertujuan untuk memajukan kerja sama pembangun antar negara berkembang," jelas Mesah di Jakarta, Sabtu (8/4).

Dia menambahkan bahwa selama 17 tahun, pemerintah RI telah melaksanakan 460 program capacity building atau pembangunan kapasitas kepada 5.400 peserta dari Amerika Selatan ke Pacific, dari Asia ke Afrika dan Timur Tengah. Sebanyak 65 program pembangunan kapasitas yang diberikan adalah pelatihan di bidang pertanian, sehingga jelas terbukti bahwa sektor pertanian tetap menjadi salah satu program unggulan kerja sama teknis yang disediakan pemerintah RI bagi negara-negara lain.

Peran Kementan sebagai vokal point kerja sama Selatan-Selatan adalah melakukan koordinasi dengan para stakeholder terkait, merancang program dan melakukan pelatihan teknis di bidang pertanian .

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) Cara Tani Tawa Amirudin mengaku bangga atas kepercayaan yang diberikan pemerintah kepada kelompok P4S-nya. Untuk memberikan pelatihan kepada para pelaku usaha pertanian dari negara-negara Afrika.

"Metode pelatihan yang kami berikan kepada para peserta adalah 75 persen praktik di sawah dan 25 persen teori," ujarnya.

Tawa menambahkan bahwa melalui metode ini kami berharap para peserta dapat mempelajari proses budidaya tanaman padi, jagung dan kedele mulai dari menabur benih sampai dengan panen, proses pasca panen dan pemasarannya, termasuk penerapan teknologinya .

"Di sini kami juga mengkombinasikan metode budidaya tanaman padi, jagung dan kedelai. Baik secara manual maupun dengan teknologi mekanisasi pertanian," jelasnya.

Hal ini juga diakui oleh para peserta program International Training on Agricultural For African Countries.

"Pelatihan ini membuat impresi saya terhadap Indonesia berubah, di mana sebelumnya saya mengira teknik pengolahan pertanian di Indonesia lebih terbelakang dibandingkan dengan negara saya. Namun setelah saya mengikuti pelatihan ini selama 20 hari, saya mengaku terkesan dengan metode pengolahan padi dan jagung di Indonesia," ujar Mr. Salisu Mawiada, seorang peserta dari Nigeria.

Dia juga mengatakan bahwa selama mengikuti pelatihan sangat terkesan dengan metode pengolahan/budidaya tanaman padi dan jagung yang tidak sepenuhnya dilakukan secara mekanisasi. Di mana, di negaranya semua pengolahan/budidaya dilakukan dengan mekanisasi.

"Saya sangat terkesan betapa efektifnya pengolahan yang dilakukan secara manual yang dapat memberikan hasil yang lebih baik terhadap produk akhir," beber Mawiada.

Mrs. Fatma Yousuf, salah seorang peserta dari Sudan mengaku kagum dengan sistem kelompok tani yang sangat sistematis dalam pengolahan padi. Di mana, tidak hanya terdapat bagian pengolahan, namun juga memiliki bagian yang mencari modal serta bagian yang melakukan penetrasi pasar. Sebagai petugas Kementerian Pertanian di negaranya, yang mengurus tentang metode pertanian sawah tadah hujan, Fatma Yousuf merasa pelatihan yang diikutinya telah membuka wawasan terhadap banyak teknik pengolahan sawah tadah hujan. Dia berharap jika ke depan dilaksanakan program pelatihan seperti itu dapat dibuka lebih banyak kesempatan kepada petani di negaranya.

Sementara itu, Mrs. Sarah Wambui yang merupakan peserta dari Kenya mengaku sangat terkesan dan mengapresiasi pelatihan tersebut. Terutama dengan sistem pertanian organik yang diterapkan dalam proses pengolahan/budidaya atau penggunaan pupuk kompos dan pupuk kandang. Hal itu dikarenakan proses pengolahan/budidaya pertanian di Kenya terlalu banyak memakai zat kimia. [wah]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA