Memang kunjungan Raja Arab Saudi yang ke Tujuh pimpinan wangsa Saud de facto benar-benar spektakular sebab melibatkan sekitar 1.500 anggota delegasi termasuk 25 pangeran serta 10 militer dan lebih dari 100 personal keamanan.
Raja Salman dan rombongan datang di Bandara Halim Perdanakusuma dengan menggunakan enam pesawat terbang Kerajaan Arab Saudi serta sebuah pesawat militer transpor Lockheed C-130 Hercules untuk mengangkut kargo seberat 506 ton, dua limusin Mercedes-Benz S600 dan dua unit elevator berlapis emas yang khusus disediakan bagi Raja Salman untuk turun dari pesawat kerajaan Arab Saudi ke bumi Indonesia.
Sebuah perusahaan kargo Indonesia mengerahkan 572 pekerja khusus untuk mengangkut tak terhitung koper para anggota delegasi kerajaan Arab Saudi. Konon biaya yang dibayar untuk kamar suite hotel di mana Raja Salman bermalam di Jakarta adalah sekitar Rp 120 juta per malam.
Tidak diketahui berapa harga kamar suite di mana para pangeran dan menteri Arab Saudi bermalam di Jakarta. Namun jelas segenap biaya tentu tidak berarti bagi kemahakayarayaan keluarga besar Saudi yang diduga meliputi jumlah sekitar 1,4 bukan biliun tetapi triliun bukan rupiah tetapi dolar bukan Hongkong tetapi Amerika Serikat. Maka selama beberapa hari delegasi Raja Salman memang sempat sejenak menghadirkan suasana impian serba gemerlap ke ibukota Republik Indonesia.
Setelah Raja Salman dan para pengiringnya terbang untuk berlibur ke Pulau Dewata maka marilah kita terbangun dari impian alam dongeng 1001 malam untuk kembali ke alam nyata Nusantara masa kini. Masih banyak yang perlu kita bersama lakukan di alam nyata kehidupan bangsa Indonesia..
Marilah kita berhenti meyakini bahwa rakyat miskin adalah tumbal pembangunan. Marilah kita bergotong royong melanjutkan pembangunan infra struktur tanpa mengorbankan lingkungan alam, budaya, sosial dan rakyat dengan tidak melanggar hukum, HAM, Agenda Pembangunan Berkelanjutan dan Pancasila.
Marilah kita bersama sadar bahwa jurang kesenjangan sosial di persada Nusantara masa kini bukan makin mengecil namun malah makin membesar. Marilah kita bersama jangan mengingkari kenyataan bahwa setelah pada 17 Agustus 1945 Bung Karno dan Bung Hatta memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia ternyata masih begitu banyak sesama rakyat belum menikmati nikmat kemerdekaan.
Marilah kita bersama berhenti memecah belah bangsa kita sendiri dengan masing-masing merasa diri sendiri paling benar. Marilah kita bersama berhenti saling curiga dan saling benci demi menghindari perangai saling hujat, saling fitnah, saling kriminalisasi.
Marilah kita bersama berikhtiar untuk senantiasa saling mengerti, saling menghormati dan saling menghargai dalam semangat Bhinneka Tunggal Ika demi menjunjung tinggi sila-sila Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dalam melanjutkan perjalanan perjuangan mengejawantahkan cita-cita terluhur bangsa yaitu masyarakat adil dan makmur
.[***]
Penulis adalah rakyat Indonesia
BERITA TERKAIT: