Khusus pilkada yang diselenggarakan di ibukota Republik Indonesia sebagai kota terbesar dan terpadat penduduk di kepulauan Nusantara memang merupakan barometer sebagai suri teladan bagi seluruh kota dan daerah di Indonesia. Meski sempat dihebohkan kasus dugaan penistaan agama melibatkan gerakan massa dalam jumlah besar 411 dan 212 namun akhirnya pilgub Jakarta berlangsung secara aman, tenteram, damai dalam suasana gembira selayaknya suatu pesta demokrasi.
Yang membanggakan adalah semangat kedewasaan dan kekesatriaan yang diwujudkan oleh ketiga pasangan calon. Yang kalah menerima hasil pemilihan umum secara legowo sementara yang menang tidak melecehkan apalagi menghina namun tetap menghargai dan menghormati yang kalah.
Pilgub Jakarta yang akan dilanjutkan ke putaran ke dua memang layak dinobatkan sebagai suri teladan bagi seluruh kota dan daerah yang sedang asyik memilih pemimpin masing-masing.
Dua pasangan calon gubernur Jakarta yang maju ke putaran ke dua segera mengkonsilidasikan diri masing-masing demi memenangkan pilgub Jakarta dengan cara yang santun, damai dan beradab. Tiada saling mencemooh, menghujat apalagi memfitnah pada kedua palon gubernur Jakarta karena masing-masing tetap berpegang teguh pada inti makna demokrasi sejati yaitu saling menghormati dan menghargai dalam perbedaan pendapat.
Baik pasangan Ahok-Djarot mau pun Anies-Sandi bersikap dewasa dan kesatria demi membuktikan bahwa persaingan politik di alam demokrasi Indonesia tidak perlu dan tidak harus dilakukan dengan kebencian. Insya Allah, budi pekerti kedewasaan dan kekesatriaan kedua pasangan calon gubernur bisa didayagunakan sebagai suri teladan sikap dan perilaku para pendukung masing-masing pasangan calon.
Sementara yang didukung terbukti mau dan mampu bersikap santun, damai dan beradab maka tidak ada alasan bagi para pendukung untuk bersepak-terjang saling sengit mengejek, mencemooh, menghujat, menghina apalagi memfitnah. Kampanye hitam yang memburuk-burukkan pihak lawan niscaya tidak pantas dilakukan oleh masyarakat yang beradab.
Insya Allah, para pasangan calon dan para pendukung pasangan calon bersatu-padu dalam ikhtiar masing-masing mewujudkan makna luhur yang terkandung di dalam jihad al-nafs yaitu perjuangan menaklukkan diri sendiri. Diharapkan masing-masing kubu akan gigih berupaya mengendalikan dan menahan diri untuk tidak melakukan perangai sepak-terjang saling mengejek, mencemooh, menghujat, menghina apalagi memfitnah.
Masing-masing paslon dan para pendukungnya justru saling bersaing untuk bersikap dewasa dan kesatria sesuai makna demokrasi sejati yaitu saling menghormati dan saling menghargai di dalam kemelut persaingan memperebutkan suara rakyat pada putaran kedua pilgub Jakarta.
Insya Allah, kedua pasangan calon gubernur Jakarta dan para pendukungnya masing-masing benar-benar konsekuen dan konsisten gigih berupaya saling mengungguli dalam bersatu padu berjuang demi membuktikan bahwa pesta demokrasi di Jakarta berhasil diselenggarakan secara santun, damai dan beradab.
[***]
Penulis adalah pembelajar makna demokrasi