Perjalanan Pandawa Ke Swargaloka

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 25 Januari 2017, 08:27 WIB
Perjalanan Pandawa Ke Swargaloka
ilustrasi/Net
APA yang disebut sebagai kesetiaan merupakan benda asing di panggung politik masa kini. Terutama kesetiaan kepada rakyat dianggap lebih banyak mudarat ketimbang manfaat bagi kepentingan politik.

Maka di masa kampanye Pemilu, rakyat dirayu dengan janji-janji swargaloka agar memilih sang perayu menjadi pemimpin rakyat. Seusai pemilu, sama sekali tidak ada kesetiaan kepada rakyat sesuai mazhab habis manis sepah di buang.

Tampaknya memang di masa kini , para pemimpin rakyat tidak tahu atau pura-pura tidak tahu makna kesetiaan. Semisal yang tersirat dalam kisah perjalanan Pandawa ke Swargaloka.  

Seusai Bharatayuda, Pandawa bersama Drupadi sepakat untuk meninggalkan kehidupan duniawi dengan menempuh perjalanan ke Swargaloka. Sejak awal perjalanan, seekor anjing bergabung ke rombongan Pandawa Lima menempuh perjalanan ke Swaragaloka.

Belum lama waktu berselang, mendadak Drupadi lemah lunglai lalu terjatuh sehingga wafat. Tampaknya sanubari isteri Yudhistira sudah remuk-redam akibat terlalu berat memikul beban dosa merasa dendam terhadap Dursasana yang sempat mempermalukan Drupadi di depan umum. Kemudian Nakula terjatuh lalu meninggal dunia.

Rupanya Nakula tak tahan menanggung beban dosa arogansi merasa diri paling cerdas. Tak lama kemudian, Sadewa menyusul saudara kembarnya untuk menghembuskan nafas terakhir.

Sadewa menjadi korban kesombongan merasa diri paling bijak. Maka tinggal Arjuna, Bima dan Yudhistira masih bertahan menempuh perjalanan ke Swragaloka. Menjelang akhir perjalanan, kematian Drupadi, Nakula dan Sadewa disusul Arjuna yang memang senantiasa congkak akibat merasa diri paling rupawan serta paling sakti mandraguna di antara Pandawa Lima.  

Melihat Arjuna mati, Bima terkejut sehingga jantungnya kacau berdebar kemudian berhenti berdetak sama sekali . Bima menanggung dosa selalu bicara kasar tanpa peduli tata krama, sopan santun apalagi perasaan orang lain. Maka tinggal tersisa Yudhistira seorang diri didampingi seekor anjing tak jelas trahnya yang setia mendampingi Yudhistira.   

Akhirnya Yudhistira tiba di pintu gerbang Swargaloka. Yudhistira mengetuk pintu gerbang Swargaloka yang masih tertutup rapat. Perlahan pintu Swargaloka terbuka dan tampak Batara Indra menyambut kedatangan Yudhistira.  

Batara Indra mempersilahkan Yudhistira secara jiwa dan raga masuk ke Swargaloka sebab sang sulung Pandawa Lima dianggap bersih dari dosa kecuali dosa tidak mampu menahan hawa nafsu tidak mau kalah main judi melawan Sengkuni yang kemudian telah tertebus oleh dosa Sengkuni main curang dalam mengalahkan Yudhistira.   

Namun sebelum masuk ke Swargaloka, Yudhistira memohon kepada Batara Indra agar sang anjing diperkenan ikut masuk Swargaloka. Batara Indra menolak permohonan Yudhistira sebab tidak layak bagi seekor anjing apalagi secara jiwa-raga masuk ke Swargaloka. Mendengar penolakan Batara Indra, langsung Yudhistira duduk bersimpuh sambil membelai kepala sang anjing dan berkata  "Jika anjing ini tidak diperkenankan masuk Swargaloka maka saya tetap di sini saja demi mendampingi anjing ini".

Batara Indra terheran-heran Setelah susah payah menempuh perjalanan sedemikian jauh , kenapa akhirnya kamu tidak mau masuk Swargaloka hanya karena seekor anjing, Yudhistira?” . Yudhistira menjawab Saya wajib setia mendampingi anjing ini sebab dia telah setia mendampingi saya.

Ketika mendengar jawaban Yudhistira, Batara Indra tersenyum sementara sang anjing beralih raga menjadi raga aslinya yaitu Batara Dharma, dewa pelindung Yudhistira. Kemudian para Dewa mempersilakan Yudhistira melangkah maju melewati pintu gerbang untuk secara jiwa-raga masuk ke Swargaloka.[***]

Penulis adalah pembelajar makna kesetiaan  


< SEBELUMNYA

Hikmah Heboh Fufufafa

BERIKUTNYA >

Dirgahayu Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA