Di antara pembahasan menarik dalam konfeÂrensi ini ialah bagaimana kehidupan sehari-hari Nabi bisa diaktualisasikan dalam kehidupan inÂdividu, keluarga, masyarakat, dan berbangsa dan bernegara. Rupanya dunia Islam mengalami persamaan mendasar tentang relasi-relasi keluarga yang semakin rapuh. Perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, termasuk kekÂerasan terhadap anak, menjadi tema pembicarÂaan para peserta. Masalah yang terkait dengan ini adalah bagaimana membalikkan suasana keakraban antar individu dalam setiap keluarga melalui peran para ulama dengan bekerja sama yang baik dengan mereka. Bagaimana peran ulama dan umara menjembatani antara keÂmodernan dan pembinaan generasi muda. BaÂgaimana menjembatani antara lingkungan pacu umat yang cenderung semakin liberal, semenÂtara nilai-nilai perkembangan pemikiran agama cenderung lebih statis, atau paling tidak, tidak simertis dengan harapan generasi muda.
Masalah lain yang diangkat dalam konferensi ini ialah bagaimana rahasianya Nabi keluar dari masalah ekonomi Yatsrib (kemudian diubah menjadi Madinah oleh Nabi) yang dibanjiri penÂgungsi (muhajirin). Di masa Nabi ada berbagai kelompok etnik yang secara kuantitatif besar, seperti suku Khazraj dan Suku 'Aus, namun ada juga sejumlah etnik minoritas seperti kelompok Yahudi, Nashrani, dan Zoroaster. Meskipun etÂnik kecil tetapi secara kualitas sangat baik. Ada tujuh oasis di sekitar Yatsrib, hampir semuanya dikuasai kelompok minoritas Yahudi. PertanÂyaan kita ialah rahasia apa yang dimiliki Nabi Muhammad sehingga dalam waktu singkat MaÂdinah bisa lebih maju.
Yang paling menarik dalam pembahasan topik ini ialah menanggapi kurang lebih sembiÂlan juta pengungsi Irak dan Syiria? Apakah para pengungsi itu bisa disebut kaum muhajirin? KaÂlau iya, maka siapa yang menjadi kaum anshar-nya? Tingkat penderitaan para pengungsi saat ini mungkin tidak kalah menderitanya daripada kebanyakan pengungsi yang meyertai Nabi ke Yatsrib saat itu. Negara-negara tetangga kedua negera yang dilanda perang saudara ini sepertiÂnya sudah cukup kewalahan. Kalangan pejabat di Amman, Yordania betul-betul mengeluhkan semakin bertambahnya pengungsi membanÂjiri negerinya. Itu belum pengungsi dari AfganiÂstan dan Yaman. Jika mereka dianggap muhaÂjirin, maka siapa yang akan menjadi kelompok anshar-nya? Negara-negara muslim tetangga seperti Turki, Iran?
Ketika Rasulullah beserta sahabatnya hiÂjrah ke Yatsrib (Madinah), warga Yatsrib tidak ada masalah. Bahkan kehadiran Nabi di tenÂgah-tengah mereka sudah suatu kebahagiaan tersendiri karena permohonan mereka untuk dipimpin Nabi Muhammad melalui
Bai'ah al-'Aqabah I dan
Bai'ah Agabah II. Meskipun deÂmikian, Nabi tetap memikirkan masa depan Yatsrib jika dari hari ke hari dibanjiri pendatang baru. Nabi mengkhawatirkan akan terjadinya kecemburuan sosial satu sama lain. Akhirnya Nabi menjalankan program
Al-Ikha', persaudaraan antara kaum pengungsi (muhajirin) di satu pihak dan tuan rumah (Anshar). Laki-laki dari kaum Muhajirin dikawinkan dengan perempuan kaum Anshar, demikian pula sebaliknya.