Meski sebenarnya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah mengimbau pihak pemerintah agar berkenan menunda penggusuran terhadap kawasan Bukit Duri yang masih dalam proses hukum memediasi musyawarah mufakat antara rakyat dengan pemerintah. Namun pemerintah bersikeras untuk tetap menggusur Bukit Duri tanpa peduli apa pun. Masyarakat Bukit Duri yang masih bermukim di rumah masing-masing terpaksa menyambut hari raya Idul Adha dengan sanubari dirundung kegelisahan.
Pada dini hari 12 September 2016 pukul 00.31 seorang pemuda bernama Nizar , warga RT 06 RW 12 Bukit Duri dalam kegelisahannya memanjatkan sebuah doa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menurut saya, doa Nizar sebagai warga Bukit Duri sangat menyentuh lubuk sanubari nurani mereka yang masih memiliki sanubari nurani.
Secara lengkap, doa Nizar sebagai warga Bukit Duri adalah sebagai berikut :
Yaa Alloh ..
Air mata ini tidak bisa terbendung . mendengar Takbir dikumandangkan di Hari Raya Idul Adha ..
Berat rasanya melihat tempat berteduh yang sudah berpuluh puluh tahun disinggahi akan rata dengan tanah ..
Berpuluh puluh tahun kita hidup di Bukit Duri.
Lahir dan di besarkan sampai bisa teriaakk : " EMak Makan , eMak Banjir Mak , eMak main dulu ya , eMak belajar dulu ya di sanggar, eMak Tasyakuran dulu di ujungâ€
Dan masih banyak lagi Teriakan di kampungku ini.
Di bayar berapa saja kami tak mau pergi
Di usir segala cara kami tak mau pergi
Di gusur setengah mati bertahan sampai Mati .
Banjir beribu kali satukan semangat kami kepal tangan jejak kaki banjir beribu kali .
Kali Ciliwung Guru Kami.
Allohu Akbar .. Allohu Akbar .. Allohu akbar . laa illaha illaloh waullohu akbar . Allohu Akbar walillah ilhamd.
Minal aidin Walfa idzin mohon maaf lahir dan batin.
Selamat hari raya idul Adha 10 Dzulhijah 1437 H
[**]
BERITA TERKAIT: