WAWANCARA

Yulianus Paonganan: Drone Kita Termasuk Unik, Karena Tergolong Drone Amfibi, Bisa Mendarat & Take Off Di Darat Dan Air

Minggu, 21 Agustus 2016, 09:39 WIB
Yulianus Paonganan: Drone Kita Termasuk Unik, Karena Tergolong Drone Amfibi, Bisa Mendarat & Take Off Di Darat Dan Air
Yulianus Paonganan/Net
rmol news logo Menggandeng Kepala Staf TNI AL Laksamana Ade Su­pandi dan satu orang koleganya, pria yang akrab disapa Ongen ini berhasil mewujudkan mimpi Indonesia mem­produksi pesawat tanpa awak (drone) amfibi. Keberhasi­lan ini dirasakan spesial bagi anak negeri, lantaran drone yang dihasilkan Ongen sanggup take off dan landing tak hanya di darat tapi juga di atas air.
 
Ongen melabeli pesawat dronenya OS Wifanusa. Wifanusa merupakan kependekan kata will flying around nusantara. Setidaknya sudah dua tipe drone yang sukses digarap Ongen yakni; OS Wifanusa SL-D70 dan OS Wifanusa SL-D28.OS Wifanusa SL-D70 memiliki panjang rentang sayap mencapai 4,2 meter, sedang OS Wifanusa SL-D28 memiliki rentang sayap 6,4 meter.

Spesifikasi OS Wifanusa ini boleh dibilang wah juga lho. Drone ini sanggup terbang hing­ga 8-10 jam melesat dengan kecepatan 100 kilometer per jam di atas ketinggian 4000 meter di atas permukaan laut. Daya jela­jahnya mencapai 800 kilometer. Jangkauan kontrol autonomous system-nya sekitar 100 kilometer. Untuk urusan operasi penginta­ian, OS-Wifanusa dilengkapi dengan kamera suveillance, kamera medium format 80 MP plus kamera multispektral.

Kini drone produksi anak bang­sa ini sudah lulus uji fungsi dan mengantongi sertifikat kelaikan militer dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA) Pusat Kelaikan Kementerian Pertahanan (Kemhan). Doktor Maritim lulusan IPB ini berhasil menyelesaikan tiga set drone pesanan Kemenhan. Nantinya ketiga set drone ini akan digu­nakan oleh dinas topografi TNI Angkatan Darat untuk penga­wasan di wilayah perbatasan di Kalimantan dan di Zona Ekonomi Eksklusif Natuna (ZEE Natuna).

Keberhasilan Ongen ini meru­pakan buah dari jalan pan­jangnya. Dia bersama timnya melakukan riset drone ini sejak 2013. Kepada Rakyat Merdeka dia membagi kisahnya;

Sejak kapan Anda meng­garap OS Wifanusa ini hingga akhirnya drone buatan Anda berhasil mengantongi serti­fikat dan dipesan Kemhan?
Ini cerita panjang. Dari mu­lai kita menginisiasi riset pada Januari 2013 melalui Indonesia Maritime Institute kita aktif kampenye tentang maritim. Nah, waktu itu teman-teman merasa kalau hanya kampanye-kampa­nye begitu saja, kurang greget. Dari situ kita bertekad untuk bisa menghasilkan sesuatu yang berguna bagi dunia maritim. Dari situ kita mengumpulkan ide dan muncullah ide untuk membuat flying boat (perahu terbang) dengan memadukan dua ilmu yakni; naval engineering denganaeronautical. Waktu itu kita beri­nisiatif melakukan riset untuk mewujudkan (flying boat) itu. Kita berjibaku bersama tim riset waktu itu. Setelah bekerja delapan bulan suntuk kita masih gagal.

Setelah sempat gagal, Anda menyerah?
Tidak. Saya kembali mem­bentuk tim riset baru lagi yang kedua. Dan ternyata setelah bekerja berbulan-bulan kem­bali gagal. Saya nggak mau menyerah, terus saya bentuk tim yang ketiga. Dan syukurlah baru berhasil membuat model flying boat dan berhasil terbang.

Senang dong karya Anda berhasil terbang waktu itu, lalu selanjutnya...
Nah untuk membuat pesawat itu kan dimulai dengan skala yang kecil, sedang, baru yang ukuran rill. Setelah membuat ukuran yang mini, kita sampai pada pembuatan skala sedang yakni skala 1:3. Saat itu dari beberapa hasil pengujian diang­gap sudah stabil sudah layak untuk kita lanjutkan ke skala 1:1. Setelah dari situ kita lanjutkan ke skala yang rill yang targetnya berpenumpang empat orang. Jadi saat itu saya belum terpikir membuat pesawat tanpa awak atau drone.

Lalu kenapa saat ini pesa­wat penumpang itu justru jadi drone?

Itulah ternyata dalam perjalan­nya waktu itu tiba-tiba boom­ing tentang drone. Rupanya Kemhan saat itu akan mengada­kan pengadaan drone. Mereka menanyakan itu pesawatmu bisa enggak jadi drone? Saat itu saya langsung bilang bisa. Logika, meski saat itu pesawat saya pesawat penumpang dan tidak dirancang untuk drone, tentunya mudah dong untuk dijadikan drone. Logikanya kan saya ting­gal masangin sistem auto pilot, autonomous system, pasangin kamera yang sesuai kebutuhan. Nah waktu itu teman-teman di Kemhan meminta saya untuk mencobanya. Saya diberi waktu dua bulan, setelah selesai, kita langsung uji terbang di waduk Jatiluhur dan sukses. Drone kita ini termasuk unik di dunia karena tergolong drone amfibi, bisa mendarat dan take off di darat dan air. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA