Misalnya, petikan dari doa sebagai berikut :
"
Wahai Allah, memang semua penjara overcapacity tapi kami tidak melihat ada upaya untuk mengurangi kejahatan karena kejahatan seperti diorganisir ya Allah. Kami tahu pesan dari sahabat Nabi Nuh bahwa kejahatan-kejahatan ini bisa hebat bukan karena penjahat yang hebat tapi karena orang-orang baik belum bersatu atau belum mempunyai kesempatan di negeri ini untuk membuat kebijakan-kebijakan yang baik yang bisa menekan kejahatan-kejahatan itu.
Biarlah kehidupan ekonomi kami, Bung Karno sangat khawatir bangsa kami akan menjadi kuli di negeri kami sendiri. Tapi hari ini, sepertinya kami kehilangan kekuatan untuk menyetop itu bisa terjadi. Lihatlah Allah. Bumi kami yang kaya dikelola oleh bangsa lain dan kulinya adalah bangsa kami. ya rabbal alamin. Kehidupan sosial budaya, seperti kami kehilangan jati diri bangsa ini, yang ramah, yang santun, yang saling percaya. kami juga belum tahu bagaimana kekuatan pertahanan dan keamanan bangsa ini kalau suatu ketika bangsa lain menyerang bangsa kami.
Ya rahman ya rahim tapi kami masih percaya kepadaMu, bahwa kami masih menadahkan tangan kepadamu artinya engkau adalah Tuhan kami, Engkau adalah Allah YME. Jauhkan kami dari pemimpin yang khianat yang hanya memberikan janji-janji palsu, harapan-harapan kosong, dan kekuasaan yang bukan untuk memajukan dan melindungi rakyat ini, tapi seakan-akan arogansi kekuatan berhadap-hadapan dengan kebutuhan rakyat."
Doa tersebut menjadi luar biasa akibat dipanjatkan anggota DPR RI dari Faksi Gerindra, Raden Muhammad Syafii sebagai doa penutup pada Rapat Paripurna Pembukaan Masa Persidangan I Tahun Sidang 2016-2017 dan Pidato Presiden RI dalam rangka Penyampaian RUU Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2017.
Doa yang dipanjatkan di hadapan Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan jajaran Kabinet Kerja tersebut, menjadi menggemparkan akibat sudah divideokan dan diunggah ke laman YouTube.
Kegemparan menjadi makin gempar, setelah media massa dan media sosial sibuk memberitakannya dengan berbagai predikat yang mempengaruhi opini publlk secara negatif bahkan destruktif sebab potensial mengadu-domba rawan memecah-belah sesama bangsa sendiri. Apalagi karena doa kebetulan dipanjatkan oleh seorang anggota parpol yang berseberangan posisi dengan pemerintah yang sedang berkuasa.
Doa menjadi rawan ditafsirkan sebagai sinisme, cemooh, hujatan, provokasi bahkan cacimaki.. Apabila kita simak doa Muhammad Syafii dengan nurani tulus bersih dari beban kepentingan politis, sebenarnya doa itu merupakan ungkapan sanubari seorang warga Indonesia yang mengharapkan Indonesia di masa depan menjadi lebih baik ketimbang masa kini.
Sekadar sebagai suatu terawang das Sollen terhadap das Sein. Indah, apabila kita berkenan bersama menyimak makna harapan yang tersurat dan tersirat di dalam doa Muhammad Syafii demi bersama melakukan mawas diri terhadap apa yang sedang kita lakukan di Tanah Air tercinta kita bersama ini.
Kemudian dengan bekal hasil upaya mawas diri akibat doa itu, marilah kita bersama bukan saling tuding-menuding, jegal-menjegal apalagi jotos-menjotos namun saling bahu-membahu dalam bergotong-royong berupaya memperbaiki apa yang keliru di masa kini demi membentuk masa depan yang lebih baik bagi bangsa, negara dan rakyat Indonesia. MERDEKA!
BERITA TERKAIT: