Mendapat kepercayaan, Komjen Tito menilai, senioritas meÂmang penting di tubuh Polri.
"Masalah senior itu penting, tapi yang utama adalah interÂpersonal skill. Yaitu membangun hubungan dengan semua pihak tapi bukan berarti menyenangÂkan semua pihak," tutur peraih Adhi Makayasa Akpol 1987 itu, saat ditemui di Jakarta, kemarin.
Lalu, apa saja targetnya seÂbagai calon pemimpin Korps Bhayangkara? Berikut penjelaÂsannya:
Presiden mengajukan nama Anda sebagai calon tunggal Kapolri?Bagi saya ini adalah keperÂcayaan dari Presiden dan amaÂnah dari Allah SWT. Saya akan laksanakan tugas dengan seopÂtimal mungkin untuk bangsa, negara dan masyarakat.
Persiapan Anda?Masih ada proses yang harus dijalani. Semoga saya mendapat dukungan semua pihak.
Ada pro dan kontra dalam pencalonan Anda, karena Anda dianggap berasal dari angkatan junior?Masalah senior itu penting, tapi yang utama adalah interÂpersonal skill. Yaitu membangun hubungan dengan semua pihak, tapi bukan berarti menyenangÂkan semua pihak.
Maksudnya?Penempatan jabatan di Polri tetap akan mengutamakan kompetensi dan visi reformasi. Jenderal senior yang tak punya kompetensi tentu tak akan diberi jabatan. Bukan berarti senior dapat tempat. Tapi yang punya kompetensi dan visi reformasi.
Senioritas bukan jaminan seseorang pasti mendapatkan respek dari bawahannya. Yang terpenting, pemimpin tersebut bisa menunjukkan komitmen dan kompeten dalam bertugas. Tidak menjamin senioritas pasti dapat loyalitas. Banyak organÂisasi yang senior bisa saja tidak diikuti juniornya. Junior pun kalau tunjukkan komitmen, juga dapat diikuti semuanya. Hubungan kami sangat baik dengan senior-senior. Di Polda Metro juga sama. Wakil saya angkatan 83, orang ketiganya 85, saya angkatan 87.
Sudah berkomunikasi denÂgan jenderal-jenderal senior?Banyak. Setelah diputuskan saya langsung mendatangi ruÂmah-rumah senior. Saya nggak bisa sebutkan, banyak sekali senior-senior.
Tanggapan mereka?Dan dari komunikasi kita, saya dapat pesan, prinsip senior mendukung. Tapi saya harus menunjukkan leadership yang dapat diterima.
Menerimanya bagaimana?Asalkan komitmennya lah melakukan reformasi dan perÂbaikan Polri.
Benar Anda sempat menoÂlak jadi Kapolri?Benar. Saya memang perÂnah menolak dengan halus ke Kapolri. Saya sampaikan mauÂpun ke Pak Menko Polhukam.
Kenapa menolak?Pada prinsipnya saya junior, saya mengharapkan senior-senior yang maju lebih dahulu, sehingga saya menolak secara halus ketika Kapolri menanyaÂkan kesediaan saya. Sebaiknya senior yang diberi tempat. Saya merasa tahu diri masih 6-7 tahun lagi pensiun.
Lantas bagaimana Anda kemudian menerima? Saya sendiri tidak tahu apakah nama saya masuk dalam (daftar yang dikirim) Wanjakti atau tidak. Saya justru tahunya dari media, saya tidak mengikuti apa yang terjadi di Wanjakti. Kemudian saya baru dikasih tahu tiga hari yang lalu oleh Mensesneg dan Setkab. Kemudian ini perintah dan saya laksanakan dengan maksimal nantinya.
Saat diberi tahu ada keputuÂsan, sebagai prajurit, tidak boleh membantah. Saya memahami saya termasuk junior dalam generasi Kepolisian. Tapi ini perintah. Prajurit tidak boleh melanggar perintah. Ketika presiden memilih seseorang, tradisi Polri/TNI itu adalah loyal pada pimpinan. Pasti akan saya lakukan semaksimal mungkin.
Anda dekat dengan Menko Polhukam?Saya baru kerjasama denÂgan Pak Luhut setelah jadi kepala BNPT karena kepala BNPT ketua hariannya adalah Menko Polhukam. Bukan hanya saya, kepala BNN, Bakamla, Kemenkumham, ini yang di bawah.
Lantas, apa program terdekat Anda jika disetujui DPR?Reformasi internal. Artinya reformasi birokrasi, mentalitas pelayanan masyarakat yang lebÂih baik, menekan budaya korupsi dan pelanggaran-pelanggaran anggota
Caranya?Membuat sistem mekanisme yang bagus. Baik di bidang reÂkrutmen, pembinaan karir, dan reward and punishment. Kalau ini berjalan baik maka outputÂnya akan baik. Publik akan merasakan dan profesionalisme penegakan hukum. Kamtibmas terwujud. ***