Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Puasa Ramadhan Dan Al-Qur'an

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/muhammad-sulton-fatoni-5'>MUHAMMAD SULTON FATONI</a>
OLEH: MUHAMMAD SULTON FATONI
  • Minggu, 12 Juni 2016, 14:55 WIB
<i>Puasa Ramadhan Dan Al-Qur'an</i>
SEJARAH puasa adalah sejarah peradaban manusia. Di nusantara tempo dulu, masyarakat mengenalnya dengan 'upawasa' (puasa). Bermacam-macam puasa, seperti puasa weton, puasa mutih, puasa patigeni, dan lainnya. Masing-masing puasa tersebut mempunyai bobot kuantitas, kualitas dan output. Seiring kedatangan Islam praktik puasa mengalami perubahan tata cara dan makna. Namun Agus Sunyoto dalam buku Atlas Walisongo mencatat bahwa para wali tetap menggunakan istilah 'puasa' sebagai padanan dari istilah 'shaum' atau 'shiyam' sebagaimana yang dikenal dalam literatur Islam. Padanan yang lain seperti mempertahankan istilah 'surga' sebagai padanan 'jannah', istilah neraka sebagai padanan 'nar jahannam', menggunakan istilah 'sembahyang' sebagai padanan 'shalat' dan seterusnya. Fenomena ini sebagai bagian proses islamisasi atas ajaran Kapitayan (agama kuno masyarakat nusantara), Hindu dan Buddha.

Suatu hari saya bertemu seorang kiai asal Lampung yang memperlihatkan rekaman visual putrinya yang masih berusia tiga tahun sudah mahir membaca kitab kuning (buku klasik berbahasa Arab). Subhanallah, saya takjub saat menontonnya. Lantas saya bertanya, bagaimana mungkin hal tersebut terjadi? Sang Kiai tidak menjawab namun ia bercerita bahwa dirinya berpuasa di hari kelahiran putrinya. Hal ini mengingatkan saya tentang kesunnahan puasa hari Senin. Para sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kesunnahan puasa hari Senin. Beliau menjelaskan bahwa Senin merupakan hari kelahirannya (yawmu wulidtu fihi), hari dimana ia diutus menjadi Rasul (yawmu bu'itstu) termasuk hari dimana Al-Qur'an diturunkan kepadanya (unzila alayya fihi).

Bagaimana dengan bulan Ramadhan? KH. Sholeh Darat Semarang (1820-1903M) dalam kitab Hidayatur Rahman saat menafsiri surah Al-Baqarah ayat 185 mengatakan bahwa sekumpulan hari-hari yang harus dipuasai itu Ramadhan, yaitu bulan yang telah Allah turunkan Al-Qur'an di dalamnya. Al-Qur'an sebagai petunjuk manusia menuju arah yang benar. Al-Qur'an yang menerangkan beberapa hukum yang menjadi petunjuk kepada agama. Al-Qur'an yang memisahkan antara yang haqq dan yang bathil. Karena itu siapapun yang mengalami bulan Ramadhan maka berpuasalah. Jika seseorang saat mengalami Ramadhan sedang sakit atau bepergian maka harus menghitung berapa hari dirinya tidak berpuasa lalu diganti puasanya. Hal ini sebagai konsekuensi diperbolehkannya tidak berpuasa karena Allah menghendaki kalian dalam suasana yang ringan, tidak memberatkan. Lalu sempurnakan hari-hari puasa Ramadhan kalian. Bersyukurlah kepada Allah atas pemberian-Nya, pujilah, takbirlah (hari raya) saat telah sempurna puasa kalian karena petunjuk agama yang telah Allah berikan. Jika Allah tidak memberitahu tentu kalian tidak mengerti. Sudah semestinya kalian bersyukur atas pemberian Allah.

Penjelasan KH. Sholeh Darat di atas menegaskan adanya relasi antara berpuasa Ramadhan dengan Al-Qur'an. Saat memasuki bulan Ramadhan diharuskan untuk berpuasa karena ada kemuliaan Al-Qur'an di dalamnya. Maka jelaslah mengapa bulan Ramadhan begitu agung dan mengapa balasan bagi orang-orang yang berpuasa menjadi rahasia Allah SWT. [***]

penulis adalah Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama; Wakil Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA