WAWANCARA

Suryamin: Ada Warga Yang Tidak Membuka Pintu, Akhirnya Petugas Hanya Menandai Dulu

Senin, 30 Mei 2016, 08:47 WIB
Suryamin: Ada Warga Yang Tidak Membuka Pintu, Akhirnya Petugas Hanya Menandai Dulu
Suryamin:net
rmol news logo Sejumlah warga mengeluhkan petugas yang diterjunkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada sensus ekonomi 2016 yang terkesan asal-asalan dalam melakukan pendataan. Warga menilai petugas hanya menempelkan stiker tanpa melakukan wawancara penghuni rumah. Padahal, data yang akurat sangat diperlukan untuk dijadikan dasar perencanaan pembangunan ke depan.

Menanggapi hal itu, Kepala BPS Suryamin membantahnya. Dia bilang, petugas BPS tidak mungkin melakukan pendataan asal-asalan. Dari hasil penelitian yang dilakukannya, ada warga yang memang enggan rumahnya ditempeli stiker. "Bahkan ada ju­ga warga yang sama sekali tidak membuka pintu untuk petugas sensus. Si rumah tangga itu ng­gak pernah buka pintu," katanya. Berikut ini penjelasan Suryamin saat berbincang dengan Rakyat Merdeka, kemarin.

Sampai saat ini sudah se­jauh mana pendataan sensus ekonomi?
Sampai sekarang ini, sudah 89,96 persen wilayah yang sudah di blok sensus, yang sudah didata. Data entry untuk laporan yang kita kunjungi itu ada rumah tangga, usaha-usaha. Masing-masing rumah tangga ditanya, apakah memiliki kegia­tan ekonomi atau tidak. Di dalam rumah tangga pendataan itu ada dua proses.

Bagaimana prosesnya?
Di dalam rumah tangga itu sia­pa saja anggota-anggota rumah tangganya, dan masing-masing anggota rumah tangga punya kegiatan ekonomi nggak. Dan juga dari perusahaan yang di­lakukan yang dilakukan di rumah ataupun di luar rumah. Untuk perusahaan, jumlah berubah terus karena sudah ada yang di entry, tapi juga masih ada yang dipegang oleh petugas. Sekarang masih disisir dari lapangan dan masih mendatangi.

Banyak aduan warga yang mengaku tidak diwawancara, tapi rumahnya ditempeli stik­er yang menyatakan mereka telah disensus?
Jadi bukan asal-asalan tempel stiker. Dari hasil penelitian, karena saya juga terjun lang­sung, penyebabnya itu karena dua hal.

Apa saja?
Yang pertama, ada yang tidak mau ditempelnya itu di pintu atau di kaca jendela. Sehingga tempat menempelkannya di tem­pat yang kurang pas. Itu sesuai dengan data juga sebenarnya. Nah selanjutnya, ada juga warga yang sama sekali tidak membuka pintu untuk petugas sensus. Si rumah tangga itu nggak pernah buka pintu.

Masalahnya, warga men­gaku tidak diwawancara?
Saya sudah klarifikasi, tidak ada itu warga yang tidak diwawancara. Tidak boleh, harus wawancara. Masalahnya, ada warga yang sama sekali tidak membuka pintu. Akhirnya petu­gas ini menandai dulu. Kalau ng­gak wawancara itu nggak boleh dan sudah saya klarifikasi juga (ke internal).

Ada memang satu dua (yang tidak wawancara), tapi karena itu tadi, warga yang tidak membukakan pintu. Tapi sudah saya tegaskan, itu tidak boleh. Wawancara harus dilakukan. Karena kita harus menggali informasi, karena kita mencakup kegiatan ekonomi yang kasat mata seperti warung, atau tidak kasat mata seperti bisnis online.

Dari penjelasan Anda, kok ada kesan warga takut disen­sus ya…
Ya bisa saja. Karena pemer­intah sekarang ini lagi gencar-gencarnya mengejar penunggak pajak, apalagi isu-isu tax amnes­ty dan sebagainya. Nah sekarang pas momen sensus. Padahal ini bukan untuk mengejar pajak.

Nah, kita sekarang ini mela­lui pendekatan rumah tangga juga melalui pendekatan usaha. Karena kan usaha-usaha yang ada di lokasi tetap yakni di rumah tangga, juga di perusa­haan-perusahaan. Di kawasan-kawasan, di kawasan perdagan­gan atau industri, pertokoan. Sekarang itu sudah sampai di lokasi-lokasi kawasan bisnis. Jadi sekitar 89 persen lebih. Tapi masih ada kendala juga di rumah-rumah tangga itu.

Apa kendalanya?
Masih harus dikunjungi lagi blok-blok sensus rumah tangga itu.

Kenapa harus dikunjungi lagi?
Karena ada yang waktu petu­gas kita menyisir itu, rumahnya tutup. Nggak pernah ketemu karena mungkin pagi sudah be­rangkat, atau siang belum pulang. Pulangnya mungkin malam. Nah itu kita mesti menyisir lagi rumah-rumah tangga yang seperti itu.

Blok-blok sensus saat ini menyisir kawasan perdagangan. Kalau kawasan ekonomi ada kendala juga, petugas harus mendapatkan izin dari pengelola kawasan. Tapi setelah dikerjakan lancar juga. Kalau kita mendeka­ti minta izin, baru keluar izinnya saat pertengahan bulan.

Fokus sensusnya apa sih sebenarnya?
Sektor pertambangan dan galian. Kemudian industri pen­golahan, manufaktur. Sektor angkutan, perdagangan, prop­erti, restoran, biro perjalanan, pariwisata dan juga jasa-jasa lainnya. Makanya, mohon ke­pada masyarakat untuk melu­angkan waktu. Pertanyaan yang diajukan petugas tidak sulit.

Lantas, kapan ditargetkan selesai?
Jadi nanti meskipun tanggal 31 Mei telah usai, kita tetap melakukan pendataan. Karena kan nada beberapa perusahaan besar, minta waktu untuk didata. Tanggal itu selesai kita tetap melakukan pendataan karena target kita populasi.

Kapan hasilnya akan diu­mumkan?
Yang pertama data global, untuk jumlah usaha tanggal 16 Agustus pada pidato kenegaraan presiden. Yang kedua, untuk jumlah yang diserap nilai penda­patannya, produksinya, itu nanti akhir tahun. Oleh karena itu, partisipasi menjadi kunci untuk kualitas data, selain dari petugas BPS yang terlatih. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA