Dalam tahap awal ini, pemerintah membereskan infrastruktur yang menjadi kendala akses menuju ke Toba. Dimana landasan Silangit Airport, dari 2.400 meter menjadi 2.650 meter diperpanjang, lalu lebar dari 30 meter ke 45 meter. Dimensi Apron menjadi 140 x 300 meter persegi, mampu menampung 4 aircraft, pesawat berbadan lebar Boing 737-500.
Tak hanya itu, perbaikan terminal penumpang, dari 500 meter persegi ke 1.706 meter persegi, parkir menjadi 5.000 meter persegi, power house menjadi 240 meter persegi. Tetapi desain semua bangunan dan ornamenya tetap menggunakan pola budaya Batak.
"Tapi ingat, ini baru aksesibilitas lho ya? Atraksinya juga harus dibangun dan dirancang dengan baik," pengamat ekonomi Rhenald Kasali dalam keterangannya di Bandara Silangit, Tapanuli, (Selasa, 22/3).
Alam Danau Toba memang indah, semua orang mengakui itu. Tetapi mengandalkan keindahan danau dan panorama alam saja tidak cukup untuk menarik wisatawan. Harus lebih kreatif, melibatkan masyarakat, dan unik.
"Misalnya, ada unsur menanam pohon di bukit-bukit yang botak.
Experience di
homestay penduduk, agar menangkap local culture di sana. Itu jauh lebih bermakna dalam menjual pariwisata Danau Toba," ungkap Komisaris Utama PT Angkasa Pura II itu.
Soal
culture, Rhenald tidak begitu khawatir. Banyak penyanyi, pemusik, komposer, yang terlahir di tanah Batak. Mereka dikaruniai kelebihan suara yang merdu. Tarian dan kesenian lain juga cukup atraktif, dengan music tradisional yang membuat orang bisa bergoyang. Menurutnya, kesenian rakyat dan budaya turun-temurun itu harus dipelihara dan dihidupkan lagi.
Rhenald juga melihat
domestic market itu luar biasa besar. Daya beli orang Indonesia saat ini sudah makin kuat. Yang cepat menghidupkan kawasan wisata itu, ya pasar wisnus dulu.
Soal homestay, Rhenald cukup concern. Dia menyebut sharing ekonomiâ€, berbagai tugas bersinergi dengan stakeholder, agar cepat adaptasi masyarakat dalam hal hospitality semakin cepat. Jika mereka ramah, senyum, jujur, baik, dan bisa melayani dengan baik, maka seluruh kawasan itu akan terjaga karena secara social mereka sudah terlatih menjadi tuan rumah yang baik.
"Ayo masyarakat siapkan home stay, sewakan rumah, bangun home stay kecil milik sendiri, dirawat yang baik, dijaga kebersihan dan keindahan. Itu akan membangkitkan Pariwisata dengan sharing ekonomi. Masyarakat ikut partisipasi. Saya yakin ini akan bangkit semua dan target akan tercapai," kata pria berkacamata itu.
Sementara itu, Menpar Arief Yahya menjelaskan pihaknya menargetkan pembentukan Badan Otorita DPN Danau Toba Bulan Maret 2016 tuntas. "Badan inilah yang selanjutnya akan melakukan terobosan deregulasi kebijakan dan koordinasi pembenahan infrastruktur,†jelas Menpar Arief Yahya di Jakarta.
Menurutnya, Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) juga menjadi penting untuk mempercepat pembangunan di Destinasi Pariwisata Danau Toba. Badan Otorita itu kelak memiliki wewenang otoritatif dan juga koordinatif. Wewenang otoritatif artinya melakukan pengelolaan kawasan di Destinasi Pariwisata Danau Toba seluas lebih kurang 500 Ha.
"Sedangkan wewenang koordinatif, Badan Otorita akan melakukan koordinasi percepatan pembangunan di dalam area seluas lebih kurang 300.000 Ha di dalam wilayah Daerah Pariwisata Nasional (DPN) Danau Toba," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: