Berbagai kepentingan subyektif bisa masuk melalui kelengahan isteri. Apa jadinya jika seorang ibu yang seharusnya menjadi contoh dan teladan tetapi melakukan penyimpangan? Dampaknya sudah barangtentu bukan hanya akan menimpa diri dan keluarganya tetapi juga kepada institusi dan rakyat banyak. Skandal imra'ah al-'aziz perlu dijadikan pelajaran, bukan hanya oleh para isteri tetapi juga oleh suami.
Bermula ketika saudara-saudara Nabi Yusuf cemburu melihat berbagai kekhususan yang dimiliki adik bungsunya, Yusuf. Selain wajahnya yang amat tampan juga mendapatkan perlakuan khusus dari ayahnya. Akhirnya muncul persekongÂkolan kakak-kakaknya untuk membinasakan diÂrinya. Mereka meminta izin ke ayahnya untuk mengajak adiknya bermain-main di sebuah taÂman pinggir kota. Sang ayah muncul feeling yang buruk sehingga ia menyatakan kekhawatirannya sebagaimana diungkapkan dalam ayat: "Berkata Yakub; Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kaÂlau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lenÂgah daripadanya." (Q.S. Yusuf/12:13).
Saudara-saudaranya meyakinkan ayahnya dengan mengatakan mana mungkin ia dimakan serigala sedangkan kami kuat untuk menjaganya: "Mereka berkata: Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), seÂsungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi." (Q.S. Yusuf/12:14).
Setibanya di di tempat yang direncanaÂkan, mereka menceburkan adiknya ke sebuah sumur dalam. Sebelumnya metreka melucuti pakaian adiknya lalu dicabik-cabik kemudian diolesi darah kambing. Mereka menunjukkanÂnya kepada ayah mereka bahwa adiknya gaÂgal dipertahankan dari sergapan serigala buas, sambil menunjukkan bukti pakaian yang berluÂran darah: "Mereka berkata: Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang beÂnar." (Q.S. Yusuf/12:17).
Mereka menyangka kalau adiknya sudah menÂinggal di dasar sumur tetapi ternyata ia berhaÂsil diselamatkan oleh rombongan kafilah yang menimbah air di sumur itu, sebagaimana dijelasÂkan dalam ayat: "Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seÂorang pengambil air," maka dia menurunkan timÂbanya dia berkata: "Oh; kabar gembira, ini seÂorang anak muda!"
Kemudian mereka menyembunyikan dia sebaÂgai barang dagangan. "Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan." (Q.S. Yusuf/12:19). Selanjutnya, Yusuf dibawa ke Mesir untuk dijual. Akhirnya ia dibeli oleh seorang pejabat kerajaan yang kebetulan sudah lama mendambakan anak tetapi tak kunjung datang. Ia menyerahkan kepaÂda isterinya dengan ungkapan: "Berikanlah kepaÂdanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak." (Q.S. Yusuf/12:21). ***