Pengkhianatan istri Lut dianggap paling keji karena bukan hanya mengkhianati suaminÂya, tetapi memberi dukungan terhadap kaum homoseksual. Istrinya bukannya mendukung misi dakwah suaminya yang menyeru kaumÂnya untuk menghentikan kebiasaan buruk merÂeka sebagai homoseksual, tetapi bekerjasama dengan seorang perempuan tua yang bertindak sebagai mucikari. Ia memberi keping-keping uang emas kepada istri Nabi Lut agar mau meÂnyampaikan kalau suaminya kedatangan tamu laki-laki tampan. Akhirnya datanglah sejumlah malaikat menyamar sebagai laki-laki tampan yang pada akhirnya menjadi babak akhir kejaÂhatan seksual tersebut.
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka seÂlalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata: "Hai kaumku, inilah putri-putri (negÂeri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertakÂwalah kepada Allah dan janganlah kamu menceÂmarkan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu teÂlah tahu bahwa kami tidak mempunyai keingiÂnan terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." Lut berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada keluÂarga yang kuat (tentu aku lakukan)." Para utuÂsan (malaikat) berkata: "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kaÂli mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab keÂpada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". (Q.S. Hud/11:78-81).
Jika kejahatan dan kemaksiatan merajalela dan para kaum pendosa tidak mau memperhaÂtikan seruan Nabinya, maka pada akhirnya maÂlapetaka akan menimpa kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat Nabi Lut pada akhirnya ditimpakan musibah yang amat mengenasÂkan, termasuk yang terkena musibah itu ialah istrinya sendiri, sebagaimana dinyatakan daÂlam ayat: "Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia terÂmasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasaÂkan)".(Q.S. al-A'raf/7:83)." ***