Perempuan Yang Diungkap Al-Qur’an (8)

Istri Nabi Luth Dan Kamu Homo

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 24 Februari 2016, 08:44 WIB
Istri Nabi Luth Dan Kamu Homo
nasaruddin umar:net
HOMO seksual salah satu di antara dosa yang tertua dalam sejarah umat manusia. Al-Qur’an mengabadikan per­istiwa kejahatan kesusilaan ini di dalam beberapa surah, yaitu: Q.S. al-Tahrim/66:10, Q.S. al-A'raf/7:80-83, Q.S. al-‘Ankabut/29:29-30, Q.S. Hud/11:82-83,77. Istri Nabi Luth (Imra'ah Luth) dinyatakan sebagai salah seorang perempuan paling khianat dalam Al-Qur'an, seba­gaimana disebutkan dalam ayat: Allah membuat istri Nuh dan istri Lut perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah penga­wasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya); "Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)". (Q.S. al-Tahrim/66:10).

Pengkhianatan istri Lut dianggap paling keji karena bukan hanya mengkhianati suamin­ya, tetapi memberi dukungan terhadap kaum homoseksual. Istrinya bukannya mendukung misi dakwah suaminya yang menyeru kaum­nya untuk menghentikan kebiasaan buruk mer­eka sebagai homoseksual, tetapi bekerjasama dengan seorang perempuan tua yang bertindak sebagai mucikari. Ia memberi keping-keping uang emas kepada istri Nabi Lut agar mau me­nyampaikan kalau suaminya kedatangan tamu laki-laki tampan. Akhirnya datanglah sejumlah malaikat menyamar sebagai laki-laki tampan yang pada akhirnya menjadi babak akhir keja­hatan seksual tersebut.

Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka se­lalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Lut berkata: "Hai kaumku, inilah putri-putri (neg­eri) ku mereka lebih suci bagimu, maka bertak­walah kepada Allah dan janganlah kamu mence­markan (nama) ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kamu te­lah tahu bahwa kami tidak mempunyai keingi­nan terhadap putri-putrimu, dan sesungguhnya kamu tentu mengetahui apa yang sebenarnya kami kehendaki." Lut berkata: "Seandainya aku ada mempunyai kekuatan (untuk menolakmu) atau kalau aku dapat berlindung kepada kelu­arga yang kuat (tentu aku lakukan)." Para utu­san (malaikat) berkata: "Hai Lut, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-ka­li mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorang di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab ke­pada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?". (Q.S. Hud/11:78-81).

Jika kejahatan dan kemaksiatan merajalela dan para kaum pendosa tidak mau memperha­tikan seruan Nabinya, maka pada akhirnya ma­lapetaka akan menimpa kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat Nabi Lut pada akhirnya ditimpakan musibah yang amat mengenas­kan, termasuk yang terkena musibah itu ialah istrinya sendiri, sebagaimana dinyatakan da­lam ayat: "Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia ter­masuk orang-orang yang tertinggal (dibinasa­kan)".(Q.S. al-A'raf/7:83)." ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA