Tidak heran jika di dalam sejumlah kitab tafsir, seperti Tafsir Al-Qurthubi dan Tafsir Al-Manar mewacanakan Nabi perempuan (nabiyyah). Paroh kedua abad 4H/10M, Abu Bakr Muhammad bin Mawhab al-Tujibi al-Qabri (w.406H/1015M) seorang ulama besar di Andalusia, Spanyol, juga menganggap Maryam sebagai nabiyyah. BahÂkan Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Hazm al- Andalusy (w.456H/1064M), juga mewacanakan adanya nabi perempuan, sebagaimana bisa diliÂhat di dalam karya besarnya, al-Fishash fi al-MiÂlal wa al-Ahwai wa al-Nihal, Juz V dalam sebuah topik khusus, Kenabian Perempuan (Nubuwwah al-Mar'ah). Ia juga disebut shiddiqah (Q.S. al- Ma’idah/5:75), yang sering diartikan dengan "seÂorang yang sangat benar, sangat dipercaya".
Jasa paling berharga dari Maryam ialah denÂgan segala risiko melahirkan putranya, Isa, tanpa suami. Tantangan yang diperolehnya diÂjelaskan di dalam hampir satu surah yang diberi nama Surah Maryam (19). Maryam membesarÂkan sendiri anaknya kemudian tampil sebagai salah satu Nabi yang paling populer. Bahkan dalam agama Kristen disebutkan sebagai "Anak Tuhan" (Yesus Kristus). Hanya saja yang berÂbeda dengan Al-Qur’an ialah kasus pembunuÂhan Isa. Menurut Kristen, Isa (Yesus Kristus) disalib untuk menebus dosa anak manusia. Ini menandakan Yesus Kristus sebagai lambang pengorbanan untuk menyelamatkan manusia.
Sedangkan Al-Qur'an, menyatakan Nabi Isa tidak dibunuh tetapi diangkat ke langit, sebaÂgaimana dijelaskan dalam ayat: Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya Kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, RaÂsul Allah", padahal mereka tidak membunuhÂnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka. … Tetapi (yang sebeÂnarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada- Nya (bal rafa'ahullah ilaih). (Q.S. al-Nisa'/4:157- 158). Ayat ini menandakan bahwa atas Nabi Isa maka ia diangkat ke langit, ke hadirat-Nya.
Dalam buku-buku Kristen, Sang Perawan Maryam digambarkan sedemikian rupa sehÂingga antara kemuliaan Sang Anak tidak kalah dengan kemuliaan ibunya. Sayang di dalam literatur Islam, pembahasan tentang Maryam tidak banyak dibahas, padahal banyak sekali ayat berbicara tentang Maryam menggunakan lafaz musytarak (konotatif) yang membuka pelÂuang untuk ditafsir dan ditakwil. Maryam (Mary) pada mulanya. Yang jelas Maryam telah menÂjadi kekuatan simbol yang melahirkan Isa yang dilangitkan Tuhan. ***