Mahyudin disambut Ketua Harian PHDI Bali, I Gusti Ngurah Sudiana, dan jajarannya, serta para pendeta Hindu yaitu Ida Pandita Mpu Dhaksa Charya Manuaba, Ida Pandita Mpu Jaya Dangka Ramana Putra, Sire Mpu Dharma Sunu, dan Ida Bhagawan Pemecutan Manuaba.
"Saya sempatkam ke sini karena saya menyadari bahwa para pendeta ini adalah pelaku utama yang melaksanakan persatuan di Bali. Di pulau ini ada multi etnis dan banyak wisatawan asing, tetapi Bali tetap kondusif. Kalaupun ada kekacauan itu pasti dibuat oleh orang luar Bali,†ujar Mahyudin dalam pertemuan yang berlangsung khidmat dan sederhana.
Di depan para pengurus dan pendeta Hindu, Mahyudin menyanjung Bali sebagai tanah yang diberkati oleh Tuhan karena keindahan, kedamaian dan keramahan penduduknya, Semua hal positif ini, menurutnya, tak lepas dari peran para pendeta, pemuka masyarakat yang membawa kedamaian.
"Para pendeta ini adalah penggerak doa, doa inilah yang paling penting dalam kehidupan kita semua," kata Mahyudin.
Mahyudin juga mengaku gembira mendapat kesempatan untuk menimba ilmu dan informasi dari para pemuka masyarakat Hindu Bali. Itu merupakan kebutuhan bagi dirinya selaku pimpinan MPR dalam menjalankan kewenangan, terutama mengamandemen UUD 1945. Baginya, sedikit sekali kebijakan parlemen yang mulus diterima masyarakat dan baik untuk kehidupan berbangsa dan bernegara walaupun UUD sudah diamandemen empat kali.
"Mungkin saja kita perlu hidupkan kembali GBHN. Nah di sini saya menimba informasi dan pengetahuan dari para pendeta yang dihormati masyarakat," ungkapnya kepada para pendeta Hindu.
Sementara kepada Mahyudin, Ketua Harian PHDI Bali, I Gusti Ngurah Sudiana, menegaskan bahwa "Pancasila harga mati" adalah sikap yang diterapkan masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari.
"Sebenarnya di Bali, Pancasila diterapkan di mana-mana, termasuk di perekonomian Struktur sosialnya menyokong Pancasila. Bagi Bali, Pancasila itu harga mati, bergeser sedikit pun tidak boleh. Jangankan retak, bergeser sedikitpun tidak boleh," tegas Ngurah Sudiana.
Sedangkan salah seorang pendeta, Ida Pandita Mpu Dhaksa Charya Manuaba menumpahkan pendapatnya tentang keadaan terkini bangsa Indonesia. Ia menyebut, Indonesia sudah bagaikan kapal yang hendak karam. Kenyataan itu disebabkan tiadanya sistem pendidikan yang baik, terutama dalam pembangunan karakter generasi penerus.
"Tidak ada sistem pendidikan yang baik. D luar negeri,
character building sangat baik, mulai hal paling sepele seperti kebiasaan membuang sampah pada tempatnya," ucap pendeta,
"Begitu juga sistem kesehatan. Kartu sehat disebar di mana-mana tapi tidak berguna. Inilah kekacauan kita di luar kekacauan alam," lanjut pendeta kepada Mahyudin.
Mahyudin menyambut baik semua masukan dan pemikiran pemuka Hindu Bali itu dan berjanji akan menjadikannya bahan pemikiran penting dalam tugas kenegaraannya.
[ald]
BERITA TERKAIT: