Ia menulis kitabnya Bidayah al-Mujtahid yang sesungguhnya bertujuan untuk melenturÂkan pandangan para ulama fikih pada masanya yang terkotak-kotak sebagai akibat fanatisme mazhab. Kalangan pengikut Imam Abu Hanifah mengunggulkan pendapat imamnya. Demikian pula para pendukung Imam Malik, Imam Syafi', dan Imam Ahmad ibn Hanbal. Para murid atau pengikut salahsatu imam tidak segan-segan menjelek-jelekkan pendapat dan pengikut maÂzhab lain. Ibnu Rusyd berusaha meredekan ketegangan dengan menulis ‘buku pintar’ unÂtuk mempertemukan berbagai pengikut maÂzhab. Kitab Bidayah al-Mujtahid bisa dikatakan semacam 'Fikih Kebhinnekaan' pada masanya.
Dalam suatu masalah (maudhu') ia menguraikan sebab musabbab yang menyebabkan terÂjadinya perbedaan pendapat para ulama. Ia tidak tampil menghakimi para ulama yang berbeda pendapat tetapi mencoba untuk mempertemukan wawasan yang yang berbeda di antara mereka. Ia sangat berhati-hati di dalam menilai pendaÂpat Imam Abu Hanifah yang lebih moderat bahÂkan cenderung 'liberal', Imam Ahman ibn Hanbal yang lebih ketat, Imam Malik yang lebih tekstual, dan Imam Syafi' yang konsisten dengan pendaÂpatnya yang moderat. Kehadiran kiat Bidayah al-Mujtahid ikut merekatkan solidaritas umat. Ia juga menjembatani antara kalangan konserfatif yang sering diwakili oleh Imam Al-Gazali dan goÂlongan Mu’tazilah, meskipun juga ia pernah diÂtuding memiliki pendapat yang rancu (Ingat waÂcana Tahafut al-Falasifah dan Tahaft al-Tahafut). Dalam kondisi di mana masyarakat terjadi pemÂbengkakan kualitas, pasti ketegangan dan dialog panas sering terjadi. Namun jika tidak segera didÂinginkan maka hal itu akan cenderung destruktif. Di silah Ibnu Rusyd berusaha menghimpun dan menyatukan umat dengan kemampuan kearifan yang dimilikinya.
Ibnu Rusyd sendiri pernah menjabat hakim di Sevilla dan Cordova pada masa Khalifah al-Manshur Ibnu Rusyd, walapun pada akhirnya ia dibenci oleh khalifah karena ketajaman penÂanya. Ia muliti talenta. Terampil menjadi pejaÂbat, cekatan di medan perang, dan mendalami banyak disiplin ilmu, seperti kedokteran, huÂkum, matematika-tasawuf, dan filsafat. Ia meÂmang seorang "kutu buku" sejak kecil dan lahir dari genetik cerdas baik dari pihak ayah mauÂpun ibunya. Keturunannya juga banyak tercatat sebagai ilmuan tersohor.
Keunggulan Ibn Rusyd dalam bidang keilÂmuan dibuktikan dengan parktek keseharian Ibn Rusyd. Di pagi hari ia peraktek sebagai dokter dan ilmuan kimia-biologi, di siang hari ia perÂaktek sebagai ahli fikih dan memberi bantuan hukum kepada masyarakat. ***