Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Ustadz Thoyyib: Ayo, Tebus Indonesia yang Tergadai Lewat Gerakan Wakaf!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Rabu, 16 September 2015, 03:47 WIB
Ustadz Thoyyib: Ayo, Tebus Indonesia yang Tergadai Lewat Gerakan Wakaf<i>!</i>
Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis/net
rmol news logo Dengan jumlah umat Islam Indonesia yang demikian besar, wakaf memiliki potensi luar biasa. Kalau potensi tersebut bisa dimaksimalkan, diyakini tidak ada lagi masyarakat yang putus sekolah dan tidak ada lagi yang tak bisa berobat ke rumah sakit.

Demikian disampaikan Direktur Wakaf Al Azhar, Muhammad Rofiq Thoyyib Lubis, dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL usai acara Gerakan 1.000 Sahabat Wakaf, Menebus Indonesia yang tergadai, Mewujudkan Indonesia Gemilang Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghafur digelar Wakaf Al-Azhar di Aula Buya Hamka, Kompleks Masjid Al Azhar, Jakarta Selatan (Selasa, 15/9).

"Zakat saja (potensinya) Rp 275 triliun dari 2,5 persen. Sementara wakaf tak terhingga, itu kalau isyarat dari Rasul. Meski memang lihat kasusnya. Tapi oke lah 30 persen (dari harta) seperti disebutkan dalam Hadist. Itu sudah 12 kali dari potensi zakat, lebih dari Rp. 2.500 triliun per tahun di negeri ini. Kalau itu bisa dihimpun, pantas nggak negeri ini utang, pantas nggak di negeri ada orang kelaparan, pantas nggak di negeri ini ada orang yang tak bisa menebus biaya obat dan perawatan di rumah sakit," jelas Ustadz Thoyyib, begitu sapaan akrabnya.

Berbeda dengan zakat yang peruntukannya jelas, wakaf adalah memberikan harta untuk dikelola oleh nadzir (pengelola), lalu hasil pengelolaannya digunakan untuk kesejahteraan umum (maukuf alaih). Untuk memaksimalkan kegunaannya, Al Azhar mengembangkan wakaf produktif.  "Kita membangun Badan Usaha Milik Wakaf. Kita punya perusahaan transportasi. Kita sudah memiliki lima unit medium, 3 VIP. Yang 5 unit disewa Newmont dengan kontrak 3 tahun, Rp 2,4 miliar. Itu buat beasiswa," jelasnya.

Al Azhar juga mengembangkan wakaf produktif lainnya sehingga hasilnya dapat terus digunakan untuk kemaslahatan hingga akhir zaman. Selain transportasi, Al Azhar bergerak di bidang properti dan perkebunan. Untuk perkebunan, saat ini ada 4 hektar perkebunan jabon dan sedang merintis perkebunan kelapa sawit.

Perkebunan sawit ini rencananya dibangun di Sulawesi seluas 30 ribu hektar. Mereka sudah meninjau lokasinya. Para ketua adat sudah menyetujui. Namun pembicaraan belum bisa dilanjutkan mengingat daerah tempat lahan tersebut yang termasuk melaksanakan pilkada 2015 sehingga dipimpin pelaksana tugas kepala daerah. Makanya harus menunggu kepala daerah depenitif.

"Untuk perkebunan, mereka bisa berwakaf mulai dari 1 meter. Rp 15 ribu total per meter. Rp 10 ribu wakafnya, Rp 5 ribu operasionalnya. Kenapa dipisah? Nilai wakaf tidak boleh diganggu gugat. Tapi kan kita butuh kantor, telepon, listrik, karyawan, marketing, kunjungan ke lokasi, bawa tim ahli, mengukur tanah, dan lain sebagainya. Jadi Rp 5 ribu biaya operasional. Ini Perlu dijelaskan karena banyak orang salah paham kita ambil 30 persen. Seumur hidup sekali saja dibiayai selanjutnya manejemen yang membiayai sesuai prosedur dan UU ditetapkan BWI. Dengan Rp 10 ribu, siapa yang nggak mampu, tukang ojek, gojek, pasti sanggup Rp 15 ribu sebulan. Kalau dulu para pejuang kita mengatakan 'ayo selamatkan setiap jengkal bumi ini dari penjajah'. Taruhan nyawa mereka dan waktu. Hari ini selamatkan negeri ini tiap meternya, cukup Rp 15 ribu. Nggak perlu pakai korban nyawa," ucapnya.

Wakaf Al Azhar sendiri mengembangkan inovasi yang disebut dengan Quantum Wakaf sebuah percepatan Wakaf. Yaitu, melalui Wakaf Polis Asuransi Syariah.

"Tapi untuk mempermudah, masyarakat bisa merencanakan melalui bank. Misalnya, saya mau wakaf 1 hekter melalui bank. Saya mau 10 hektar bisa melalui asuransi syariah. Kenapa melalui asuransi, karena kalau terjadi risiko, karena usia kita tidak tahu, risiko tadi dijaminkan oleh asuransi lewat dana tabbaruknya. Sehingga niat kita untuk berwakaf 10 hektar itu tidak mustahil terlaksana. Banyak yang sudah berwakaf, ada Rp 10 miliar, Rp 50 miliar, ada sedang proses 100 miliar," ungkapnya.

100 persen harta diwakafkan?

"Semua aset diwakafkan. Diwakafkan semua aset tanpa menghilangkan aset, tanpa menghilangkan hak-hak ahli waris. Saya contohkan, aset saya Rp 1 miliar. Harga rumah saya 800 juta, harga mobil Rp 200 juta. Saya ambil saja polis asuransi syariah, uang pertanggungan Rp 1 miliar. Saya wakafkan. Artinya apa, saya wakafkan jumlah asetnya, bukan asetnya. Jumlah aset saya 1 miliar saya wakafkan melalui asuransi syariah. Artinya 100 persen aset saya tidak terganggu untuk ahli waris saya. Ini kan doa kita 'Robbana atina fi dunya hasanah, wafil akhiroti hasanah'. Doa sapu jagad. Kalau mau baik di dunia  dan akhirat baik, harta dunia transfer ke akhirat tapi dengan cerdas melalui asuransi syariah," ungkapnya.

"Ketika orang sudah berwakaf melalui asuransi syariah, tidak lagi ada orang yang mati dengan sia-sia. Kenapa?  Karena begitu meninggal, dia sudah meninggalkan wasiat wakafnya untuk umat. Makanya siapapun yang baca RMOL, ayo sama-sama wakafkan sebagian rezeki kita atau kita wasiatkan untuk wakaf 1/3. Wasiatkan untuk wakaf, daripada kita tidak dapat apa di akhirat," sambungnya.

Apa boleh sembarang asuransi?


"Harus melalui Sahabat Wakaf. Agen asuransi syariah atau masyarakat umum yang sudah mengikuti training. Agar tidak salah menjelaskan, agar tidak jadi fitnah. Jadi kalau dia menjelaskan asuransi, tanya sudah training belum, punya sertifikat Sahabat Wakaf belum. Semua Sahabat Wakaf punya sertifikat," jawabnya.

Sejauh ini Sahabat Wakaf sudah ada di beberapa daerah. Seperti Lampung, Jakarta, Bandung, Kudus. "Insya Allah 34 provinsi siap mengundang kita untuk memberikan training. Kami targetkan akhir tahun 2016 masing-masing provinsi seluruh Indonesia sudah punya 1.000 Sahabat Wakaf. Jadi semuanya 34 ribu. Bulan Oktober nanti kita akan launching gerakan 10.000 Sahabat Wakaf di Istora," tukasinya.

Lalu apa hubungannya dengan tema yang diusung ini "Menebus Indonesia yang tergadai, Mewujudkan Indonesia Gemilang Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghafur"?

"Membaca tema ini, ada yang biasa-biasa saja, ada ketakutan, tapi ada yang semangat. Karena ini kisah nyata harus diakui. Indonesia memang tergadai, bukan digadai. Jangan memutarbalikkan fakta. Kalau saya bilang digadai, berarti ada oknum. Kalau tergadai ini terpaksa. Kita tidak membilang pemerintah tidak benar," ungkapnya.

Dia mengingatkan berdasarkan penjelasan praktisi perkebunan sawit yang hadir sebagai pembicara dalam kesempatan tersebut, Sukartono Soedomo, luas perkebunan sawit milik BUMN Malaysia di negeri ini lebih luas dibanding milik BUMN Indonesia.

"Berarti kan ada sesuatu yang terpaksa. Kita namanya termasuk negara miskin, mau tidak mau terpaksa. Tapi kalau berjamaah, negeri ini tidak miskin, negara ini berwibawa. Itulah makanya kita buat Menebus Indonesia yang Tergadai. Ini untuk menyadarkan anak bangsa bahwa dia jangan tersenyum terus, tertawa sementara saudaranya kelaparan di sana," katanya lagi.

"Kita ingatkan negara ini sudah tergadai, ayo kita tebus kembali. Dengan apa? Dengan cara terbaik. Dalam Al Baqoroh disebutkan 'Diwajibkan bagi kamu membalas mereka dalam peperangan, budak dengan budak, merdeka dengan merdeka". Saya terjemahkan, diwajibkan atas kamu melawan para pelaku pebisnis kapitalis dengan bisnis syariah. Salah satu lewatnya wakaf produktif. Jadi sistem lawan sistem."

Menurutnya apa yang dilakukan Wakaf Al Azhar ini tidak lepas dari impian Buya Hamka, yang ingin menjadikan Al Azhar seperti lembaga Al Azhar Mesir.

"Ini diawali dengan keberhasilan Al Azhar Mesir. Dulu pernah datang ke Indonesia Mahmoud Syaltout, Grand Syekh Al-Azhar Kairo, sahabat pena Buya Hamka yang ketika (Buya Hamka) imam Masjid Kebayoran Baru. Syekh Mahmoud Syaltout menawarkan bagaimana kalau masjid itu dinamakan Al Azhar. Biar semangat Al Azhar Mesir itu bisa dimiliki Indonesia, bisa memberikan pendidikan yang terbaik bahkan beasiswa semuanya," ungkapnya.

"Muncul pertanyaan, kenapa beasiswa kan yang sekolah di Al Azhar ornag-orang kaya. Kan gitu. Maksud beasiswa disini, mengirim guru-guru ke seluruh Tanah Air dengan standar Al Azhar. Bayangkan, SD dan madrasah di pedalaman berstandar Al Azhar. Itu cita-cita pertama Al Azhar. Kedua bagaimana mengirimkan dai. Al Azhar mengubahnya, kita didik mereka, lalu dikembalikan ke desa-desa. Ada juga memang dai kita kirim di daerah yang tak ada dainya. Tugas dai yang kita training tidak hanya ceramah, tapi juga mengontrol pembangunan. Bahkan kalau ada yang sakit, dai ini yang bawa ke rumah sakit. Biayanya dari kita. Sehingga dai disegani masyarakat, tidak dilecehkan. Dai juga kita bekali asuransi kesehatan. Sehingga kalau sakit tidak perlu utang," tandasnya.[ian]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA