Pasalnya, dilihat dari simuÂlasi stress test yang dilakukan Centre of Bank Crisis (CBC), posisi ekonomi Indonesia nyaris di tepi jurang. Jika nilai tukar rupiah ambrol hingga Rp 15 ribu per dolar AS dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia merosot hingga 20 persen, maka hasilnya adalah salah satu perusahaan asuransi bakal gulung tikar.
Kemudian ada tiga bank kelas menengah terancam kolaps apaÂbila nilai tukar rupiah menembus angka Rp 16.000 per dolar AS.
Menanggapi hal itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo kepada Rakyat Merdeka meyakinkan bahwa pondasi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih kuat dari krisis 1998. Tingkat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar pun masih tergolong rendah, yakni 12,9 persen dibandingkan negara lain seperti Brazil (year to date) yang mencapai 33 persen. Sedangkan Turki 24 persen, dan Malaysia 21 persen.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kenapa Anda yakin kondisi saat ini berbeda dengan krisis moneter 1998?Beda sekali. Kita sekarang dalam kondisi yang baik.
Apa dasarnya kondisi sekaÂrang lebih baik?Pada 1997-1998 Perbankan kita itu lemah neracanya, modalnya kecil, NPL(Non Perfoming Loan)-nya besar. Sekarang kita lihat modalnya, capital adequacy ratio-nya di atas 20 persen.
Selain itu?Kita lihat dari transaksi berÂjalan, tadinya impor jauh lebih besar dari ekspor. Bahkan samÂpai 9 miliar dolar ASlebih deÂfisitnya. Sekarang sudah turun di kuartal kedua menjadi 4 miliar dolar AS. Jadi transaksi berjalan, defisitnya membaik.
Bagaimana dengan neraca perdagangan?Neraca perdagangan tahun lalu masih defisit. Sekarang Januari sampai Juli, surplus. Secara umum, fundamental ekonomi kita menuju kondisi yang lebih baik. Tapi memang pertumbuhan ekonomi kita kena dampak dari harga komoditas yang terus masih turun di dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia yang melemah.
Ditambah dengan ASyang mau naikkan tingkat bunga, Tiongkok mendevaluasi. Ini adalah kondisi ekstern yang memang mesti kita hadapi dengan baik.
Dalam kondisi seperti ini, pasti ada peningkatan kredit bermasalah?Kredit bermasalah kalau pun ada peningkatan, tapi secara gross hanya 2,6, secara netto hanya 1,4. Dilihat dari sini konÂdisi kita dalam keadaan baik. Kita mesti waspada dengan perkembangan dunia dan itu akan bisa kita lewati.
Dana asing yang masuk ke Indonesia juga merosot?Memang di pasar modal masih ada tekanan karena terjadi capiÂtal outflow. Kita juga perhatikan sebetulnya dana dari asing yang masuk ke Indonesia tahun ini masih bagus karena masuk kira-kira year to date itu Rp 45 triliun.
Tapi kalau setahun yang lalu di periode yang sama kan masuk Rp 150 triliun, sehingga masuknya dana memang berkurang.
Secara umum, bagaimana BI menyikapi kondisi saat ini?BI masih sangat mewaspadai perkembangan eksternal kita, kondisi AS, Tiongkok, harga komoditi yang turun, terus prediksi negara-negara berkemÂbang yang ekonominya banyak terkoreksi.
Membuat kita harus menjaga moneter, kita tetap prudent dan konsisten agar kita punya makro ekonomi yang tetap stabil.
Bagaimana dengan data Asosiasi Pengusaha Indonesia bahwa sekitar 50 ribu buruh sudah dilakukan Pemutusan Hubungan Kerja?Oh, justru perusahaan-peruÂsahaan itu kita dorong untuk selalu memperhatikan prinsip kehati-hatian dalam melakuÂkan pinjaman. Mungkin peÂrusahaan itu pendapatannya rupiah, tapi minjamnya valuta asing. ***
BERITA TERKAIT: