Bagaimanapun juga, ada sejumlah ajaran moral di wilayah Nusantara ini tida serta merta bisa dianggap sebagai Islam Nusantara. KriteÂria sebuah ajaran yang dapat diklaim sebagai Islam Nusantara ialah nilai-nilai ajarannya seÂsuai dengan ajaran dasar Islam sebagai ajaran monoteistik. Jika ada ajaran yang nyata-nyata mengembangkan ajaran syirik, yakni mengakui adanya kekuatan dan kekuasaan selain Allah Swt tidak bisa disebut Islam Nusantara. TerÂmasuk juga praktek animisme (Latin: anima = roh), sebuah faham dan keyakinan yang menÂganggap segala sesuatu mempunyai roh yang harus dihormati oleh manusia. Roh-roh dari seÂgala sesuatu bisa menjadi baik dan bisa menÂjadi buruk. Untuk memelihara kebaikan roh maka manusia harus respek dan memuja merÂeka. Jika roh-roh itu marah maka bisa memÂberikan efek negative kepada manusia seperti datangnya penyakit, musibah, dan kegagalan, serta kekecewaan. Cara untuk mengatasi perÂsoala-persoalan tersebut menurut keyakinan orang yang memercayainya harus memberikan pemujaan terhadap roh-roh yang diduga peÂnyebab munculnya kesulitan hidup.
Animisme adalah kepercayaan lama ketika manusia masih tunduk sepenuhnya kepada alam raya. Mereka beranggapan bahwa alam raya ini memiliki kekuatan dahsyat yang bisa menghancurkan manusia. Itulah sebabnya maÂnusia harus memuja semua makhluk yang diniÂlai memiliki kekuatan gaib lebih besar. Manusia harus memuja kebesaran pohon, keluasan laut, ketinggian gunung, keganasan harimau, kegeÂlapan goa.
Selain animisme, masih ada nilai ajaran yang perlu dicermati yaitu praktek bid'ah, khurafat, dan praktek-praktek syirik lainnya. Bid’ah ialah suatu kebiasaan yang bersifat ritual dilakukan seseorang yang tidak pernah dilakukan atau diperintahkan oleh Nabi. Seperti melakukan shalat sunnat sesuÂdah subuh atau sesudah ashar. Meskipun jiwa kita lagi mood untuk mendekatkan diri kepada Allah swt namun tidak boleh kita mengada-adakan ibaÂdah yang tidak pernah dicontohkan Nabi atau para sahabatnya. Khurafat ialah praktek kepercayaan yang cenderung syinkretik karena menggabung-gabungkan antara ajaran agama dan praktek animiÂisme, seperti banyak dilakukan di beberapa tempat di wilayah Indonesia. Mereka menggunakan ritual keislaman tetapi dilaksanakan di depan batu-batu besar, kuburan tua, pohon besar, kaki gunung, dan upacara adat ritual lainnya yang cenderung atau terang-terangan mengakui adanya maha kuasa seÂlain Allah Swt.
Yang paling berbahaya ialah praktek syirik. Syirik berasal dari kata syarika-yasraku berarÂti mempersekutukan. Dari kata itu muncul kata syirk, syarik/musyrik, dan masyruk. ***