MENGENAL ISLAM NUSANTARA (17)

Anti Kekerasan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 24 Agustus 2015, 10:34 WIB
Anti Kekerasan
nasaruddin umar/net
ISLAM Nusantara tidak mengenal kekerasan. Untuk tu­juan apapun, atas nama apa dan siapapun, serta kepa­da siapapun, bahkan untuk kepentingan agama Allah pun, cara-cara kekerasan harus tetap dihindari, sebagaimana ditegaskan di da­lam ayat: Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). (Q.S. al-Baqarah/2:256). Jihad, sekali lagi, pada hakekatnya bertujuan untuk menghidupkan orang dan mengangkat martabat kemanusiaan. Al­lah Swt juga dengan tegas melarang melaku­kan tindakan pembunuhan kepada orang yang tak berdosa: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. (Q.S. al-Isra’/17:13).

Jiwa adalah sacral dalam Islam. Siapapun tidak boleh memandang enteng sebuah jiwa, kar­ena Allah Swt menegaskan bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan kare­na orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia selu­ruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara ke­hidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (Q.S. al-Maidah/5:32). Begitu indahnya ayat ini sehingga Barak Obama dalam pidato ilmiahnya di Universitas Cairo Mesir pernah mengutip ayat ini. Sedemikian besar perhatian Tuhan terhadap nya­wa dan jiwa setiap orang sehingga pernyataan ayat tersebut tidak pernah ditemukan di dalam kitab suci manapun, papar Obama.

Dalam Al-Qur'an Allah Swt menegaskan agar sesama manusia saling memuliakanmenyeru­kan kepada semua umat manusia untuk saling memuliakan satu sama lain: Walaqad karramna Bani Adam (Dan sesungguhnya telah Kami mu­liakan anak-anak Adam. (Q.S. Al-Isra'/17:70). Siapapun yang merasa anak cucu Adam tan­pa membedakan jenis kelamin, etnik, agama, dan kepercayaannya, wajib menghhormati satu sama lain. Kita wajib memuliakan umat manu­sia sebagaimana Sang Penciptanya memulia­kannya. Bukan hanya kepada orang lain, tetapi terhadap diri sendiri pun Allah Swt melarang untuk mencelakakan diri, sebagaimana dite­gaskan: Dan janganlah kamu menjatuhkan di­rimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyu­kai orang-orang yang berbuat baik. (Q.S. al- Baqarah/2:195).

Kewajiban untuk menyampaikan kebenaran memang perlu, sepahit apapun resikonya, se­bagaimana sabda Nabi: "Katakanlah kebe­naran itu sekalipun pahit akibatnya". Namun dalam menyampaikannya kita tetap diminta melakukannya dengan penuh kebijakan: Seru­lah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui ten­tang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Di­alah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Nahl/16:125). Da­lam ayat lain ditegaskan:

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat mem­beri petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, (Q.S. al-Qashash/28:56). ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA