Agama Hindu datang lebih awal dari anak benua India bisa mengadaptasikan ajarannya dengan system kepercayaan lokal masyarakat. Bagi agama Hindu sistem kepercayaan seperti animism dan dinamisme tidak terlalu sulit menÂgakomodir ke dalam system ajarannya karena agama ini tidak mengenal konsep bid'ah, sesÂuatu yang tidak boleh dilaksanakan manakala tidak pernah dilegitimasi oleh sang pembawa ajaran, dalam Islam ialah Nabi Muhammad. Persentuhan agama Hindu dengan masyarakat Nusantara berlangsung dengan damai, seoÂlah-olah masyarakat pribumi menganggap ajaÂran Hindu bagian dari kelanjutan agama nenek moyangnya.
Agama Islam yang datang kemudian otomaÂtis harus berinteraksi dengan dua nilai. Pertama system nilai kepercayaan pribumi yang masih eksis dan sebagiannya menyatu dengan ajaran Hindu, dan kedua berinteraksi dengan ajaran agama Hindu dan agama Budha yang juga suÂdah mulai eksis di sejumlah wilayah Nusantara. Kehadiran agama Budha tidak dirasakan sebaÂgai agama baru di nusantara karena dikesankÂan sama dengan agama Hindu.
Ketika Islam mulai datang dan dikembangkan oleh para saudagar yang arif dan bijaksana, seÂolah ditempatkan sebagai bagian dari kelanÂjutan pembangunan sebuah bangunan. Islam mulai menawarkan nilai-nilainya sebelum serÂta-merta memperkenalkan norma-normanya. Ini mengingatkan kita kepada Nabi Muhammad saw ketika masih di Mekah, baru pepmerkenalÂkan sisten nilai belum memperkenalkan system norma yang berisi perintah dan larangan, beriÂkut dengan sanksi dan reward. Istimewanya, toÂkoh-tokoh penganjur Islam bisa bergandengan tangan dengan tokoh-tokoh agama Hindu dan pengauasa kraton.
Seni para penganjur Islam di masa awal memperkenalkan Islam betul-betul sangat mengesankan. Mereka dengan leluasa memÂperkenalkan Islam bukan saja di akar rumput tetapi juga di lingkungan Istana. Ini terjadi buÂkan hanya di Pulau Jawa tetapi juga di seluruh wilayah kepulauan Nusantara. Kehadiran Islam samasekali tidak dirasakan sebagai sebuah anÂcaman bagi keluarga keraton dan para pengaÂnut agama Hindu. ***