WAWANCARA

Hinca Panjaitan: Hanya Pak SBY Yang Tahu Kenapa Memilih Saya Jadi Sekjen Demokrat

Kamis, 18 Juni 2015, 09:15 WIB
Hinca Panjaitan: Hanya Pak SBY Yang Tahu Kenapa Memilih Saya Jadi Sekjen Demokrat
Hinca Panjaitan/net
rmol news logo Saat pengumuman kepengu­rusan Partai Demokrat, Hinca yang merupakan Wakil Ketua Umum PSSI itu sedang di Swiss untuk mengikuti Kongres FIFA. Saat pulang ke Tanah Air, SBY bertolak ke Amerika Serikat.

Publik bertanya, hal istimewa apa yang membuat SBY me­nyerahkan kursi Sekjen Partai Demokrat kepada Hinca yang selama ini dipegang Edhie Baskoro Yudhoyono?

Menanggapi hal itu, Hinca Panjaitan mengaku tidak mengetahui alasannya, sehingga dipilih menjadi Sekjen Partai Demokrat untuk lima tahun ke depan.

"Tanya Pak SBY ya, karena be­liau yang memilih saya menjadi Sekjen," kata Hinca Panjaitan ke­pada Rakyat Merdeka, kemarin.

Berikut kutipan selengkap­nya:


Apa SBY tidak menyampai­kan alasannya kepada Anda?
Mungkin karena saya punya latar belakang hukum yang san­gat kuat. S3 saya juga di hukum tata negara. Kemudian juga background pengacara selama puluhan tahun.

Orang seperti itu kan banyak, apa tidak ada hal spesial?

Hanya beliau yang tahu apa alasan memilih saya menjadi Sekjen.

Seberapa dekat Anda den­gan SBY?

Saya dekat dengan beliau. Sejak 2010 beliau yang mengajak saya ke Demokrat. Mula-mula saya tidak mau. Tapi sombong kali saya kalau sudah tiga kali diajak nggak mau. Akhirnya saya bergabung ketika kepemimpinan Anas dan Ibas (Edhie Baskoro Yudhoyono). Saya menjabat Sekretaris Divisi Komunikasi Publik. Kemudian saat Kongres Luar Biasa Partai Demokrat di Bali, langsung menjadi ketua DPPsekaligus Juru Bicara. Setelah itu, saya all out mengurus partai.

Kalau saat kongres di Surabaya, apa ada komunikasi khusus dengan SBY?
Yang ada usai kongres, beliau berangkat ke Bali, saya pulang ke Jakarta. Beliau hanya pegang pundak saya; Hinca, kita segera bicara. Itu saja yang disampai­kan. Setelah itu, beliau ke Bali, saya terbang ke Swiss untuk mengikuti kongres FIFA.

Cuma itu?
Ketika masih di Swiss, saya kaget sekali ketika dikontak oleh Pak Amir Syamsuddin atas perintah Pak SBY. Kemudian pengumuman, tiba-tiba banyak ucapan selamat.

Dengan jabatan ini, politik macam apa yang akan Anda jalankan?
Saya akan berpolitik dengan konsep kening tak berkerut.

Artinya?

Bisa diterjemahkan sendiri itu, he-he-he.

Hal sukses apa yang Anda lakukan di Demokrat?

Saat saya dipilih sebagai salah satu dari 17 anggota Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat. Dari 17 anggota, hanya tujuh orang dari Partai Demokrat. Itu mengagetkan, tapi masuk akal bagi saya. Dua bu­lan saya memandu 11 capres di depan SBY. Saya kira itu adalah sebuah proses pendidikan poli­tik. Kemudian saya juga diper­caya menangani bidang media ketika Kongres di Surabaya.

Banyak yang mengkriti­si proses demokrasi yang berjalan di Kongres Partai Demokrat karena SBY dipilih aklamasi?
Saya kira hasil kongres itu bagus dan hebat. Kami mem­praktekkan sistem demokrasi ala sendiri.

Bukan karena lawan SBY ditekan?
Aklamasi itu memang bisa dipaksa, bisa ditaruh pistol di kepala. Tapi demokrasi ala Partai Demokrat adalah musyawarah untuk mufakat, secara bersama meletakkan hati dan pikiran di atas meja runding. Itu filosofinya Partai Demokrat. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA