Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sektarianisme, Tema Utama Maarif Fellowship 2015

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Rabu, 27 Mei 2015, 00:53 WIB
Sektarianisme, Tema Utama Maarif Fellowship 2015
rmol news logo Fenomena sektarianisme, baik di level global, nasional, dan lokal menguat belakangan ini. Di level global misalnya, terjadi pertentangan antara Sunni-Syiáh di Timur Tengah yang eskalasinya terus meningkat bahkan telah memakan korban nyawa dengan jumlah yang tak terhitung jumlahnya.

Konflik sektarianisme di Timur Tengah ini, juga banyak berujung pada fenomena takfiri (pengkafiran) yang menyebabkan keresahan dan konflik sosial yang sangat mengkhawatirkan. Sektarianisme di tingkat global ini juga tampak pada pembantaian ribuan etnis Rohingya di Myanmar yang dilakukan oleh Wirathu dan kelompok Budha di sana.

"Konflik akibat sektarianisme di Timur Tengah, Pakistan, dan Myanmar ini, menjadikan banyak saudara sekandung dan sesama satu bangsa yang mau melakukan apa saja demi untuk mempertahkan keyakinan dan kelompoknya," ujar Direktur Eksekutif Maarif Institute, Fajar Riza Ul Haq, dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Tebet Barat Dalam II No. 6, Tebet Barat, Jakarta Selatan (Selasa, 26/5).

Fenomena sektarianisme di tingkat global itu, tidak bisa dipungkiri telah banyak berpengaruh ke masyarakat Indonesia.

Konflik Sunni-Syiáh misalnya, sudah menyeruak masuk ke Indonesia. Tak hanya itu, juga juga orang Indonesia, sekitar 200-300 orang yang pergi untuk berjihad ke Suriah dan bergabung dengan ISIS. Sektarianisme di Indonesia juga nampak pada penolakan terhadap pemimpin dari kalangan minoritas yang memimpin kelompok mayoritas. Dan penolakan yang disertai argumen keagamaan dan kadang juga disertai aksi kekerasan ini, mendapatkan beberapa dukungan dari masyarakat.

Terkait hal itu, Maarif Institute menyelenggarakan Maarif Fellowship (MAF) 2015.

Ketua Panitia MAF 2015, Ahmad Imam Mujadid Rais, menjelaskan fellowship ini untuk melakukan kaderisasi intelektual pada kaum muda Indonesia untuk menjadi intelektual yang kritis, mencerahkan, dan memihak pada kemanusiaan dan keadilan sosial.

Selain itu fellowship ini juga untuk mewadahi potensi-potensi kreatif anak muda Indonesia untuk turut serta mencari jawaban terhadap berbagai persoalan sosial keagamaan yang terjadi di tanah air. Serta untuk memperkuat tradisi riset dan penulisan yang berbasiskan pada metode penelitian yang mumpuni serta pembacaan sumber-sumber yang otoritatif dan diskusi yang intensif serta serius.

Dia menjelaskan, program fellowship ini akan berlangsung selama 6 (enam) bulan yang terdiri dari tahap seleksi, riset, penulisan, dan penganugerahan. Fellowship ini ditujukan untuk mahasiswa S1 dan fresh graduate yang punya keinginan kuat dalam bidang penelitian dan penulisan.

Para kandidat yang lolos seleksi, nantinya akan diberi kesempatan menjadi visiting researcher di Maarif Institute dan akan diberikan training dan akses untuk menulis di berbagai media nasional.

"Karya hasil riset para penerima fellowship ini juga akan diterbitkan oleh Maarif Institute. Untuk menjaga kesinambungan program fellowship ini, para finalis akan menjadi associate peneliti di Maarif  Institute," jelasnya.

Untuk menggawangi program fellwoship ini, Maarif Institute telah menetapkan Dewan Juri yang terdiri dari: Budiman Tanuredjo, Dr. Francisia Erry Seda, Dr. Sandra Hamid, Dr. Muhammad Najib Azca, dan Dr. Ahmad Najib Burhani.

Batas pengiriman proposal riset para peserta pada tanggal 28 Juli 2015 (tentatif). Proposal penelitian dapat dikirim ke Panitia Maarif Felllowship (MAF) 2015 dengan alamat: Maarif Institute for Culture and Humanity, Jl. Tebet Barat Dalam II No. 6, Tebet Barat, Jakarta Selatan 12810 - Indonesia.

Dapat juga dikirim dalam bentuk file MS.Word melalui e-mail:[email protected], [email protected], dan [email protected]. Info lebih lengkap tentang program ini bisa dilihat diwww.maarifinstitute.org. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA