Kini, untuk makan sehari-hari saja, Ki Ihan semakin kesusahan. Menjadi peminta-minta pada sesama bukanlah pilihan Ki Ihan, sementara para tetangga sudah larut dalam kehidupan yang individualistik.
Ki Ihan pasrah. Dia merenung, dan dengan keterbatasan pengetahuan, ia menemukan ide: mengirim surat dan meminta tolong pada Tuhan. Ia pun menulis surat, dalam secarik kertas.
Setelah menulis, ia lipat dan memasukkanya ke dalam amplop lusuh. Di amplop, ia tulis : Kepada Tuhan yang Maha Esa. Di bawah tertulis alamat lengkap rumah, yang ia kontrak murah selama puluhan tahun. Siang hari, Ki Ihan masukkan amplop itu ke kotak pos yang ada di pinggir jalan.
Sore hari, tukang pos kaget ketika mensortir surat. Ia segera lapor kepada kepala kantor pos. Kepala kantor pos pun kaget ada surat dengan tujuan "Kepada Tuhan." Ia takut, sebagaimana pekerja pos yang lain. "Jangan-jangan ini dari teroris," pikir mereka.
Segera, Kepala Kantor Pos membawa surat itu ke kantor Polisi terdekat. Si polisi juga kaget. Ramai-ramai mereka buka surat itu, setelah dianalisa tidak membahayakan. Tertulis:
"Tuhan, Saya Ki Ihan, dan istri. Saya kelaparan, sementara tak ada tetangga yang peduli dan pemerintah sibuk sendiri. Tuhan, saya terpaksa kirim surat ini. Mohon Tuhan, beri kami uang Rp 1 juta, untuk bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari, juga untuk bayar rumah kontrakan. Tertanda Ki Ihan."Polisi miris membaca tulisan itu. Setelah diinvestigasi dan ditemukan rumah kontrakan Ki Ihan, kepala polisi dan anggota sepakat: patungan mengumpulkan uang seadanya untuk memberi bantuan pada Ki Ihan. Terkumpul uang Rp 750 ribu.
Kepala polisi memerintahkan anggotanya untuk memasukkan uang itu ke dalam amplop, dan memberikannya pada Ki Ihan.
Menerima amplop berisi Rp 750 ribu dari polisi, Ki Ihan bersyukur bukan main. Namun ia ragu, dan sedikit kecewa. Jumlah uang tak sebesar yang diminta. Ia pun menulis surat lagi, dan ditujukkan "kepada Tuhan" kembali, lalu dititipkan kepada anggota polisi tadi.
Si polisi pun membawa surat itu kepada komadannya. Kepala polisi dan anggotanya pun ramai-ramai membaca, dengan perasaan bangga. Tertulis:
"Tuhan, Saya Ki Ihan, dan istri. Terima kasih atas kirimannya. Namun saya mohon, lain kali jangan dititipkan sama polisi. Buktinya, kalau dititipkan sama mereka, ini dikorupsi Rp 250 ribu. Tertanda Ki Ihan"Asem tenan
[***]