“Saya sedikit marah karena mengganggu konsentrasi, kataÂnya saya disuruh kerja tetapi meÂdia nakal-nakal kasih komentar yang jelek-jelek. Sedikit tidak fair,†cetus Susi kepada
Rakyat Merdeka seusai sertijab di GeÂdung Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, kemarin.
Untuk diketahui, semenjak maÂsuk di Kabinet Kerja Jokowi, Susi dikenal fenomenal. Kendati beÂgitu, perempuan kelahiran PaÂngandaran, 15 Januari 1965 ini tiÂdak gentar dengan komentar miÂring tentang pribadinya. Dia berÂjanji, masalah tato, rokok hingga urusan tidak lulus SMA tidak akan menghambatnya untuk bekerja.
“Saya akan menunjukkan saya punya tanggung jawab, itu yang saya lakukan meski tidak berpenÂdidikan sebagaimana mayoritas menteri Jokowi lainnya yang berÂtitel profesor,†tegas Susi.
Berikut kutipan selengkapnya:Perasaan Anda menjadi menÂteri fenomenal di Kabinet KerÂja Jokowi?Saya sedikit berbeda dengan Pak Cicip, menteri sebelumnya. Saya belajar dari daerah. Ada di luaran sana yang mengatakan keÂpada saya, ada hal-hal yang tidak layak ibu menteri lakukan. Bu menteri tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Lah, saya pikir itu teÂguran bukan ke saya, karena nama saya bukan Bu Menteri tapi Bu Susi, he..he..he.
Soal berita yang menyatakan perokok, bertato dan tidak lulus SMA, komentar Anda gimana?Saya mau kerja, enough (cuÂkup-red). Mohon kepada media ya, kadang-kadang saya agak keÂsel juga, kalau mereka sudah taÂnyanya banyak menyangkut maÂsalah pribadi saya. Jadi stop jaÂngan tanya itu. Saya lebih ingin kerja. Kata Pak Presiden ini KabiÂnet Kerja. Jangan ganggu saya lagi, saya mau kerja. Ini sesi waÂwancara terakhir ya.
Kenapa Anda bilang seperti itu?Kalau nggak bilang gitu nanti saya ini mau jadi selebritis atau mau jadi Menteri KKP, sementara Anda nanya terus masalah itu.
Kalau boleh tahu, bagaimaÂna Anda sampai bisa menerima tawaran Jokowi menjadi menÂteri di kabinet?Insya Allah ini adalah keperÂcayaan dari Presiden kepada saÂya. Saya ambil pekerjaan ini buÂkan untuk menjadikan diri saya menjadi kaya. Bukan untuk menjÂadi hebat, tapi saya terima peÂkerÂjaan ini karena saya berpikir saya juga mempunyai pengalaÂman 33 tahun di perikanan dan 10 tahun di bidang penerbangan. Mudah-mudahan bisa membantu IndoneÂsia bisa menjadi lebih baik. MenÂjadi tuan rumah di neÂgeri sendiri. Saya siap untuk mengembangkan sektor kelautan Indonesia. Sektor ini bisa menÂjadi sumber ekonomi yang besar bagi Indonesia.
Apa program andalan dalam 100 hari ke depan?Untuk program 100 hari ke deÂpan ini saya akan meneruskan saÂja, sambil menganalisa apa yang kira-kira bisa di perdalam di dua buÂlan ke depan ini. Semua proÂgram yang ada sudah baik tapi seÂkaÂrang kita harus masukan koÂmersialisasi dari semua proÂgram kita yang kita lakukan unÂtuk meÂningkatkan kesejahteraan nelayan.
Rencana jangka pendek AnÂda membangun sektor keÂlauÂÂtan di Indonesia?Untuk program jangka pendek, saya akan fokus menyelesaikan masalah nelayan pesisir. Saya ingin ada semacam program banÂtuan secara menyeluruh, terutama membuka akses permodalan dan wilayah tangkap bagi nelayan pesisir di dalam negeri.
Kalau jangka panjang?Sedangkan untuk jangka panÂjang, saya bakal mengubah pola pikir nelayan agar lebih mengerti bisnis. Dari pola pikir itu, saya opÂtimistis nasib nelayan Indonesia yang dekat dengan kemiskinan secara bertahap akan berubah.
Ada nggak program lainnya yang ingin dicapai?Pokoknya semua program yang ada kita jalan bersama untuk memÂbuat satu kebijakan jangka panÂjang. Saya juga ingin menyiÂkat para pencuri ikan di laut Indonesia.
Bagaimana meÂngaÂÂtaÂsi para pencuri ikan?Tentang
illegal fishing (penÂcurian ikan), saya berjanji akan menuntaskan prakÂtik pencurian ikan ini di beberapa wilayah peÂrairan laut Indonesia. Saya akan mendata kapal-kapal peÂnangkap ikan, kemudian menÂdata perusaÂhaan mana saja yang kerap melaÂkukan
illegal fishing di perairan IndoÂnesia. Diduga, praktik ini dilaÂkukan oleh peruÂsahaan-perusaÂhaaÂn besar.
Anda akan mengembangkan daeÂrah yang jadi lumbung ikan naÂsional?Kita akan panggil semua keÂpala dinas dari daerah. Untuk tanya jawab seputar potensi ikan itu. Karena saya tidak mungkin mengetahui potensi ikan di suatu daerah dibanding orang sana. Saya senang mendapatkan masuÂkan dari yang mengerti, itu yang paling penting. ***
BERITA TERKAIT: