Harapan rakyat begitu besar agar Indonesia menjadi negara maÂju. Maju di sektor penÂdiÂdikÂan, keÂseÂhatan, pertanian, indusÂtri, teÂnaga kerja, dan terutama di sektor energi.
Ini merupakan tantangan terÂbesar bagi pemerintahan JokoÂwi-JK, terutama di bidang enerÂgi. SeÂbab, sumber energi IndoÂnesia muÂÂlai menipis. Minyak bumi, dikaÂbarkan paling lama hanya bisa meÂmenuhi kebutuhan dalam negeri hingga 23 tahun menÂdaÂtang.
Demikian disampaikan KepaÂla Badan Pengatur Hilir Minyak Dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng di Jakarta, kemarin.
“Fakta ini tentu saja menyeÂdihÂkan. Apalagi Indonesia sudah teÂlanjur terlalu tergantung deÂngan energi, yang utamanya berÂbahan bakar fosil. Tidak heÂran, IndoÂneÂsia boleh dikateÂgorikan sebagai negara yang dalam amÂbang krisis energi,’’ papar Andy.
Berikut kutipan selengkapnya;Apa harapan terhadap peÂmeÂrintah Jokowi-JK?Tentu kita berharap, Presiden JoÂkowi mampu membawa IndoÂnesia kepada kebijakan energi yang lebih baik. Mampu memÂbaÂwa Indonesia kepada target untuk mencapai kemandirian energi, dan ketahanan energi.
Secara umum ada beberapa tarÂget yang harus dicapai di biÂdang energi. Sebut saja di antaÂranya mengarahkan harga enerÂgi yang lebih rasional, mengÂhaÂpus subsiÂdi energi fosil, meÂningÂÂkatkan efiÂsiensi energi dan konÂservasi enerÂgi. Termasuk diÂverÂsifikasi energi di sektor inÂdustri dan transportasi.
Yang tak kalah pentingnya adalah mengaÂtasi tingginya disparitas harga antara bahan bakar miÂnyak (BBM) subsidi dan non subsidi.
Kenapa disparitas harga BBM subsidi dan non subsidi harus segera dibenahi?Perbedaan harga yang tinggi antara BBM subsidi dan non subÂsidi merupakan masalah utama daÂlam mengatasi maraknya peÂnyelundupan BBM subsidi. TaÂhun ini merupakan momen yang paling tepat bagi pemerintah unÂtuk menaikkan harga BBM.
Sebab, meski trend harga miÂnyak mentah Indonesia (ICP) tengah menurun, selisih harga BBM berÂsubsidi dengan harga pasar masih cukup jauh.
Jika trend penurunan ICP dibaÂrengi kenaikan harga premium dan solar, bisa mendekatkan seliÂsih harga BBM bersubsidi deÂngan non subsidi. Dengan deÂmiÂkian, masyarakat bisa mulai berÂalih menggunakan BBM non subsidi seperti bensin pertamax.
Secara hukum ekonomi, meÂmang harusnya begitu. Dengan, selisih harga antara BBM subsidi dan BBM non subsidi bisa lebih kecil. Kalau dinaikkan, akan terÂjadi disparitas harga yang tipis, sehingga masyarakat menengah ke atas pun berpindah mengonÂsumsi BBM non subsidi.
Idealnya kenaikan harganya beÂrapa?Kenaikan harga BBM non subÂsidi Rp 2.000 sampai Rp 4.000 per liter sudah efektif untuk menÂjaga dari potensi jebolnya kuota BBM. Setidaknya, para pelaku peÂnyelundupan BBM berÂsubÂsidi akan berpikir dua kali.
Dengan harga minyak mentah yang semakin menurun, bukan tidak mungkin harga BBM non subÂsidi seperti pertamax bisa menÂcapai Rp 10 ribu per liter. Dengan demikian, pemerintah haÂnya perÂlu menaikkan harga premium Rp 2.500 dari harga saat ini.
Apa ini ada hubungannya dengan over kuota BBM berÂsubsidi tahun ini?Upaya menaikkan harga BBM subsidi tidak berhubungan deÂngÂan penanggulangan over kuota taÂhun ini. Kenaikan harga BBM lebih ditekankan pada upaya perÂbaikan kinerja energi untuk tahun ke depan. Karena itu, sudah sehaÂrusnya pemerintah lebih beÂrani dalam menerapkan kebijakan.
Ruang fiskal yang dilonggarÂkan itu kan tak hanya untuk memÂperbaiki postur APBN. Tapi, bisa digunakan untuk mendorong penggunaan energi alternatif, muÂlai BBG dan BBN, yang samÂpai sekarang pemanfaatanÂnya belum dimaksimalkan.
Bagaimana mengoptimalkan penggunaan energi alternatif?Salah satu penyebabnya adalah letak sumber gas bumi yang terÂseÂbar jauh dari pusat konsumsi dan terÂbatasnya infrastruktur. MaÂka perlu membangun infrasÂtruktur dan menyediakan bahan bakar gas bumi yang harganya kompetitif daÂri energi lain seperti BBM, batu bara, dan sumber energi lainnya.
Untuk membangun struktur inÂfrastruktur, dibutuhkan kepasÂtian dan ketersediaan pasokan gas, karena industri gas bumi ini
high risk and high cost. Tidak kalah penting kebijakan dan regulasi pemerintah serta
buyer yang diÂawali dengan kesepakatan jual beli gas lainnya. ***
BERITA TERKAIT: