Banyak kata-kata
nyeleneh diÂalamatkan kepada Ketua Umum Partai Demokrat itu. Antara lain SBY disebut bermuka dua karena pernyataannya dan langkah yang diambil partainya berbeda.
Selain itu, SBY dinilai jago berÂsandiwara yang seolah-olah dirinya tidak mendukung pilkada lewat DPRD, tapi partainya di DPR bersikap
walk out. Menanggapi hal itu, Staf KhuÂsus Presiden Bidang Informasi dan Hubungan MasyaraÂkat, HeÂru Lelono menilai, tudingan dan kecaman yang dialamatkan keÂpada Presiden SBY terkait akÂsi walk out Fraksi Partai DeÂmoÂkrat salah alamat.
“Kalau SBY disalahkan, tidak fair. Beliau sudah menginsÂtrukÂsikan kepada partainya untuk memÂperjuangkan pilkada langÂsung dengan 10 perbaikan. Proses yang terjadi di DPR di luar peÂngatahuan Presiden, karena beÂliau sedang meÂlaksanakan tugas di luar neÂgeri,†ujar Heru Lelono kepada
RakÂyat MerÂÂdeka, Selasa (30/9).
Menurutnya, dalam kapasitas sebagai Presiden maupun Ketua Umum Partai Demokrat, SBY konsisten mendukung pelaksaÂnaan Pilkada langsung dengan meÂngusulkan sejumlah perÂbaikan.
Berikut kutipan selengkapnya: Apakah SBY benar-benar kecewa dengan hasil voting RUU Pilkada?Sejak awal, pandangan SBY soal Pilkada langsung sudah saÂngat jelas. Dalam sejumlah keÂsemÂpatan, beliau menyatakan, otonomi daerah dan kedaulatan rakyat jangan ditarik kembali. Jadi, kalau ada yang bilang, SBY pura-pura mendukung, saya pasÂtikan itu pendapat yang salah.
Analogi sederhananya, jika SBY tidak setuju pemilihan langÂsung, ya sudah disuarakan sejak dulu. Dalam kapasitas sebagai Presiden dan elite partai, beliau sangat mampu untuk menyuaÂrakan hal itu. Buktinya, opsi itu tidak pernah beliau suarakan.
Tapi, banyak kalangan meÂnilai kekecewaan SBY hanya sebatas pencitraan?Biar saja. Saya tahu persis apa yang dirasakan SBY. Sejak dulu, beliau sudah mendukung itu (pilkada langsung).
Apakah aksi walk out angÂgota Fraksi Partai Demokrat atas komando SBY?Pak SBY menginstruksikan kepada partainya untuk menduÂkung Pilkada langsung dengan memasukkan sejumlah agenda perÂbaikan. Arahan itu sangat jelas dan sudah lama disuarakan. MaÂsak arahan itu tidak bisa diterÂjemahkan.
Saat sidang paripurna DPR berlangsung, Presiden SBY seÂdang mewakili Indonesia menÂjalankan tugas di luar negeri. KaÂreÂna kegiatannya sangat padat, beliau tidak bisa terus-menerus memantau situasi di tanah air. Jadi, tidak mungkin SBY mengÂinstruksikan kepada partainya untuk melakukan aksi walk out.
Jika tidak ada instruksi, beÂrarti aksi walk out Fraksi ParÂtai Demokrat adalah sebuah pengkhianatan?Saya nggak tahu apa yang terÂjadi di internal partai. Saya buÂkan kader dan pengurus DeÂmokrat. Dalam fraksi ada yang berÂbeda, instruksi SBY nggak jaÂlan, salah siapa. Apakah itu seÂpeÂnuhnya salah SBY. Memang partai lain nggak pernah begitu, apa nggak pernah berkhianat.
Saya berharap, kita melihat persolan ini denga jernih. Jangan hanya menyalahkan SBY. Toh, sejak lama kita sudah tahu kalau SBY nggak mau pemilihan kepaÂla daerah dikembalikan kepada DPRD. Lalu, apa yang dikhiaÂnati SBY, berkhianat di mana.
SBY menyatakan tidak akan mengesahkan atau menandaÂtaÂngani Undang-undang Pilkada. Apakah pernyataan itu akan benar-benar direalisasikan?Saya yakin, Pak SBY tak akan meÂnandatangani Undang-UnÂdang U Pilkada tu. BahÂkan, tidak berÂhenti sampai di situ. Keingian beÂliau menggugat unÂdang-unÂdang ini ke MK dan MA pasti akan direaÂlisasikan. Ini seÂbuah masalah besar bagi beliau. ***
BERITA TERKAIT: