Kalau keinginan seluruh PeÂnguÂrus DPD PDI Perjuangan daÂlam Rakernas lalu itu dikabulÂkan, berarti Megawati lima perioÂde meÂmimpin partai berlambang kepala banteng moncong putih tersebut.
Pertanyaannya, apa tidak ada lagi kader yang mampu menaÂkhoÂdai partai beratribut serba merah itu. Padahal, regenerasi diperlukan untuk membawa partai itu lebih demokratis ke depan.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP PDI Perjuangan Trimedya PanjaiÂtan mengatakan, sosok Megawati masih diperlukan sebagai perekat partai. ’’Selain itu, Ibu Mega maÂsih diÂbutuhkan untuk mengaÂwal JokoÂwi yang 20 Oktober mendaÂtang dilantik menjadi Presiden ReÂpubik Indonesia,’’ kata Trimedya Panjaitan kepada
Rakyat MerÂdeka yang dihubungi via telepon, di Jakarta.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bukankah regenerasi itu dibutuhkan?Sebenarnya di PDI Perjuangan hanya ketua umum yang belum regenerasi. Sedangkan pengurus DPP lainnya, pengurus DPD, dan pengurus DPC, diisi semua anak-anak muda. Berarti sudah terjadi regenerasi.
Bahkan secara operasional parÂtai, Ibu Mega sudah memperÂcaÂyaÂkan kepada kader muda. Misalnya saja, Mbak Puan (Puan Maharani) dipercaya menjadi Ketua PeÂmeÂnangan Pemilu lalu, dan di RakeÂrnas lalu juga sebagai ketua. KeÂmudian Jokowi diperÂcaya menjadi capres dalam pilÂpres lalu.
Kapan jabatan ketua umum itu dilepas Megawati?Hanya Bu Mega yang tahu kaÂpan waktunya untuk tidak meÂnerima permintaan dari penguÂrus DPD dan DPC menjadi ketua umum.
Itu kan bukan maunya Bu Mega. Misalnya dalam Rakernas di Semarang itu, permintaan pengurus DPD itu kan spontan, bukan rekayasa. Pengurus DPD PDI Perjuangan 33 provinsi seÂpakat meminta Mbak Mega jadi ketua umum lagi.
Semua pengurus DPD itu suÂdah melakukan koordinasi deÂngan pengurus DPC masing-maÂsing. Kalau permintaan spontan begitu, tidak ada transaksional.
Berarti dalam Kongres PDI Perjuangan 2015, Megawati dikukuhkan lagi menjadi ketua umum?Ya. Sebab, Ibu Mega figur yang sudah teruji mampu memÂpererat partai. Sudah dua kali menang dalam pemilu legislatif, yakni 1999 dan 2014. Kemudian menjadi wapres dan presiden.
Bahkan dalam pilpres lalu, Jokowi-JK juga menang. Ini kan bentuk keberhasilaan Bu Mega.
Apa Jokowi dikhawatirkan jaÂdi ketua umum bila Mega tidak ketua umum PDI Perjuangan?Tidak ada kekhawatiran seperti itu. Sebab, Pak Jokowi sudah biÂlang berkali-kali akan konsentrasi sebagai presiden nantinya. Beliau 20 Oktober mendatang menjadi kepala pemerintahan dan sebagai kepala negara. Tentu sibuknya bukan main. Tidak ada keinginan beliau memimpin partai ini. Itu sudah klir di internal partai.
Kenapa bukan Puan MahaÂraÂni saja jadi ketua umum?Tentu yang bisa menjawab itu adalah pengurus DPD dan DPC. Sebab, mereka yang menentukan siapa yang jadi ketua umum.
Selain itu, hanya Ibu Mega yang tahu kapan waktu yang pas untuk melepaskan jabatan itu.
Yang jelas, Bu Mega masih diÂbutuhkan partai ini untuk ke deÂpan. Apalagi nanti PDI PerjuaÂngan sudah menjadi partai pemeÂrintah, sehingga perlu dijaga agar kader-kader tidak korupsi.
Apa trauma dengan banyakÂnya kader PDI Perjuangan terÂlibat korupsi periode 1999-2004?Itu juga jadi pemikiran. Jangan sampai kader-kader PDI PerÂjuangan terlibat korupsi. Sebab, target kita bukan hanya 5 tahun pemerintahan Jokowi. Tapi 10 taÂhun. Kalau PDI Perjuangan total memperjuangkan rakyat, dan tidak korupsi, tentu Pak Jokowi terpilih lagi dalam Pilpres 2019.
Bahkan target kita, PDI PerÂjuangan terus berjaya sampai 100 tahun Kemerdekaan Indonesia.
Berarti 31 tahun dong, apa mungkin?Itulah target kita. Bukan hanya untuk 10 tahun, tapi 31 tahun ke depan. Makanya kader-kader PDI Perjuangan terus diminta untuk tidak korupsi dan selalu berbuat untuk kemakmuran rakyat. ***