Sebab, ARB dinilai gagal menghantar Partai Golkar sebagai pemenang dalam pileg lalu, dan gagalnya ARB menjadi capres atau cawapres.
Menanggapi hal itu, Wakil Ketua Umum Partai Golkar Fadel Muhammad tidak setuju pergantian ARB secara mendadak. Sebab, dalam Munas ke-8 di Riau, 2009, memutuskan pergantian ketua umum dilakukan pada Januari 2015.
“Saya pikir kita harus bersikap
gentleman dan menghargai putusan organisasi. Kita harus menghargai ketua umum Pak ARB,†kata Fadel Muhammad kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta, Senin (14/7). “Kalau ada yang ingin menjadi ketua umum Golkar, silakan. Cuma saya menghimbau agar menghargai hasil Munas di Riau,†tambahnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Bukankah banyak elite Golkar minta agar Munas dipercepat?Memang sekarang banyak yang minta Munas dipercepat atau bahkan Munaslub. Maka ada yang mengindikasikan Golkar pecah.
Yang mesti diingat, saya itu adalah Ketua Munas Golkar ke-8 di Riau, 2009, dengan putusan sudah jelas, Munas berikutnya 2015.
Apa benar Munas dilaksanakan 2015 keinginan ARB?Tidak benar. Yang benar adalah Pak Jusuf Kalla saat itu panggil saya ke ruangannya di DPP dan memberitahukan kepada saya bahwa DPP sudah memutuskan Munas Golkar berikutnya awal 2015.
Lalu saya bilang, bukankah seperti biasanya Oktober 2014 Munas harus dilakukan. Tapi Pak Jusuf Kalla bilang nggak. Beliau menegaskan kepada saya bahwa seharusnya yang berkeringat itu yang mengatur di kabinet dan kebijakan Golkar selama 5 tahun ke depan. Jadwal yang seharusnya memang 20 Oktober 2014.
Apa Anda saja yang tahu soal itu?Kalau tidak salah waktu saya menemui Pak Jusuf Kalla, ada Agung Laksono juga kok. Maka saya sebagai ketua Munas waktu itu meminta kepada Komisi Organisasi dalam Munas merubah jadwal Munas berikutnya. Saya yang pegang palunya dan itu saya ketuk palu di rapat pleno, semua sepakat Munas berikutnya Januari 2015. Saya sebagai Ketua Munas tahu seluk-beluknya dan dapat saya pertanggungjawabkan semuanya.
Jadi, Munas Golkar di tahun 2015 itu bukan kemauan Pak ARB, karena beliau terima jadi saja. Ini atas perintah ketua umum sebelumnya yakni Pak Jusuf Kalla.
Apa Anda akan beberkan fakta-fakta itu?Ya, saya akan saya beberkan fakta mengenai kenapa Munas diselenggarakan 2015 pada sidang pleno DPP Partai Golkar.
Kapan?Saya perkirakan pleno DPP akan diselenggarakan sesudah Lebaran. Penjelasan ini perlu diketahui supaya tahu duduk perkaranya.
Sekarang gejolak semakin keras dan sudah menjurus ke hal tidak benar. Saya tidak memihak kepada siapa-siapa. Tapi kebenarannya seperti itu.
Ada yang ingin ARB secepatnya diganti karena dianggap gagal pimpin Golkar, ini bagaimana?Tidak bisa begitu dong. Memang suara Partai Golkar hanya naik satu persen dibanding Pemilu 2009. Tapi kan tidak turun. Itu semua berkat kepengurusan yang sekarang ini.
Ada yang bilang karena Aburizal Bakrie gagal menjadi capres atau cawapres dalam pileg lalu, ini bagaimana?Itu masih bisa diperdebatkan, karena Pak ARB sadar elektabilitasnya tidak terlalu tinggi dibanding calon lainnya. Beliau realistis dan cerdas mengambil langkah yang rasional.
Pak ARB tidak jadi nyapres itu sudah dijelaskan juga dalam rapat pleno, termasuk keputusan untuk berkoalisi dengan Prabowo Subianto. Semua menerima pernyataan Pak ARB.
Apa himbauan Anda terhadap masalah ini?Kita semua harus menghormati keputusan Munas 2009. Siapa pun yang memimpin di Golkar harus dihormati, termasuk pemimpin terpilih berikutnya.
Kader Golkar harus komit dengan pemimpinnya. Bukan karena ambisi segelintir orang, maka merusak semuanya. Pergantian kepemimpinan Golkar waktunya belum tepat. Kita semua harus taat hasil Munas.
Kenapa ada desakan Munas Golkar dipercepat?Ini mereka mau mengatur kabinet, karena kabinet disusun Oktober ini. ***
BERITA TERKAIT: