â€Persoalan ini terjadi setiap tahunnya. Tapi pemerintah tidak belajar dari pengalaman sebeÂlumnya,†kata Wakil Ketua KoÂmisi VI DPR, Aria Bima, kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Sebenarnya, lanjut Aria, bukan hal sulit untuk membereskan keÂnaikan harga sembako. Asalkan ada niat dari pemerintah untuk menjaga daya beli rakyatnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Apa penyebab kenaikan harga sembako?Pemerintah membiarkan koÂmoÂditas pasar dikuasai oleh paÂsar. Liberalisasi sektor pangan sudah kebablasan, sehingga pemerintah tidak bisa mengatasai liarnya harga pangan menjelang lebaran.
Kementerian yang ada tidak bisa mengontrol pergerakan harga komoditas.
Bagaimana cara menangguÂlanginya?Tempatkan orang-orang di kementerian yang memang meÂngerti persoalan kedaulatan pangan, sehingga tidak salah dalam merumuskan kebijakan. Pemerintah harus mengedeÂpankan kepentingan publik di atas segala-galanya. Kebijakan pangan menjadi rencana straÂtegis.
Bagaimana dengan operasi pasar yang dilakukan pemeÂrintah?Operasi pasar tidak bisa memÂbawa hasil yang diharapkan oleh masyarakat. Tidak bisa menurunÂkan harga di pasaran. Menteri-menterinya sidak ke pasar ketika sudah ada persoalan.
Bukankah ini ulah spekulan yang memainkan harga?Spekulan menguasai dari proÂduksi dan distribusi. Tapi kebijaÂkan pemerintah tidak ada yang bisa membuat mereka jera. MaÂkaÂnya momentum seperti ini meÂrupakan saat tepat bagi spekulan untuk mendapatkan untung seÂbesar-besarnya.
Mereka sudah menyetok bahan pangan jauh sebelum dimulainya hari raya. Ketika permintaan naik, barang tersebut ditahan. MaÂkanya ada kesan kelangkaan barang yang berakibat naiknya harga. Anehnya, meski stok suÂdah dilepas ke pasar, tapi harga sembako masih tinggi.
Apakah kenaikannya sudah wajar?Kalau cuma Rp 1.000 sampai Rp 2.000, itu hal yang wajar. Tapi ini keÂÂÂnaikannya sampai puluhan ribu. Jelas tidak wajar. MerugiÂkan maÂsyaÂÂÂrakat. Yang diuntungÂkan hanya okÂÂnum-oknum yang mengatur perÂmainan harga di pasaran. Petani saÂja tidak ikut merasakan mahalnya koÂÂmoditas yang meÂreka tanam. ***
BERITA TERKAIT: