Tindakan nyata yang dilakukan Jokowi untuk mensejahterakan rakyat itu bukan lagi janji omong kosong. Tapi sudah konkret, ada faktanya.
Memang skalanya di tingkat daerah, yakni di Solo dan Jakarta. Tapi itu sudah bisa dijadikan acuan bahwa jika Jokowi dipercaya menjadi presiden lima tahun ke depan, tentu akan berbuat hal yang sama untuk rakyat Indonesia.
Demikian disampaikan Juru Bicara Tim Sukses Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) Khofifah Indar Parawansa kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
“Dua kali jalannya debat, itu excellent. Nilainya cumlaude. Semua gagasan dan pemikiran dari Pak Jokowi sudah disampaikan kepada publik,†papar Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) itu.
Berikut kutipan selengkapnya;Debat kedua dengan tema Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, apa tanggapan Anda?Tema itu sudah dipahami Pak Jokowi. Selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, beliau sudah menjalankan program kesejahteraan rakyat, seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP). Tentu kami puas dengan hasil debat itu.
Kenapa Anda puas?Kami puas melihat jalannya debat. Pak Jokowi lebih panjang dalam menjawab pertanyaan. Ketenangan beliau sangat terjaga sekali. Tutur katanya sistematis. Orang sangat mencerna apa yang disampaikan Pak Jokowi. Beliau tidak terlihat gugup di depan audience. Dari sisi waktu, tidak ada yang terbuang. Semuanya dijawab dengan pas.
Yang selama ini under estimate terhadap Jokowi, semuanya sudah terjawab. Debat malam itu pantas diberi skor 5-0 untuk keunggulan Pak Jokowi.
Apa sudah sesuai dengan harapan dari tim sukses? Dua kali jalannya debat, itu
excellent. Saya berikan nilai
cumlaude. Semua gagasan dan pemikiran dari Pak Jokowi sudah disampaikan kepada publik. Salah satunya mengenai membangun daya saing di tataran pelaku usaha kecil, Jokowi memperhatikan pasar tradisional. Dengan cara modernisasi pasar trasional akan dilakukan di 5.000 pasar tradisional, dan merelokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) agar mendapatkan tempat berdagang yang lebih baik.
Bagaimana dengan penyampaian materi debat? Karena tema besarnya adalah Pembangunan Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial, tentunya Pak Jokowi sudah paham. Selama menjabat Gubernur DKI Jakarta, beliau sudah menjalankan program seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS), Kartu Jakarta Pintar (KJP).
Kemudian beliau juga sudah launching Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat. Jadi bukan hanya paham akan konsep. Tapi sudah menjalankan konsep tersebut dan berhasil.
Benarkah Jokowi latihan debat dengan timses sebelum debat dilakukan?Itu bukan latihan. Saya menyebutnya hanya semacam diskusi dan
brain storming. Saling bertukar pikiran dengan anggota timses dan tim ahli. Jangan under estimate dulu. Siapapun yang akan menghadapi debat pasti ada semacam persiapan. Tujuannya untuk menajamkan konsep yang akan diajukan. Saling explore mencoba cari penajaman dari konsep yang kita punya.
Dari sisi penyelenggaraan debat, apakah masih ada yang kurang?Dalam debat kedua itu, saya melihat sudah ada perubahan dari penyelenggara, yaitu Komisi Pemilihan Umum (KPU). Jika dalam debat pertama tidak ada pengantar dari KPU. Tapi debat kedua ada Ketua KPU yang mendampingi. Jadi memperjelas bahwa debat diadakan oleh KPU. Selama ini tidak semua publik tahu kalau yang menyelenggarakan debat itu adalah KPU.
Bagaimana dengan moderator debat?Kita membutuhkan bahasa yang lebih formal agar mudah dimengerti oleh masyarakat. Kalau pun ada kekurangan, kami bisa memaklumi. Sebab, moderator bukan presenter, pasti akan sangat berbeda.
Kalau presenter lebih luwes dalam pembawaan jalannya debat. Dua moderator debat profesinya dosen, sehingga bahasanya relatif formal. Pembawaan lebih terarah karena memang dipandu daftar pertanyaan. Ini berbeda dengan dialog di televisi. Masing-masing diberikan waktu yang sama.
Moderator dipilih oleh timses kedua kandidat, bagaimana prosesnya? Awalnya calon moderator tidak tunggal. Ada tujuh orang. Kemudian KPU mempersempit nama-nama tersebut menjadi lima kandidat. Nama-nama itu diserahkan ke masing-masing timses, dan timses yang mengambil keputusan bersama.
Apa saja kriterianya?Tidak terindikasi sebagai tim pemenangan dari salah satu kandidat. Tidak berada dalam sebuah partai atau kelompok yang mendukung kandidat. Ada
scoring system yang diberlakukan oleh KPU.
Untuk debat kedua yang mendapatkan skor tertinggi sebagai moderator debat adalah Ahmad Erani Yustika. Saya rasa proses pemilihan moderator sudah obyektif. ***
BERITA TERKAIT: