WAWANCARA

Jenderal TNI (Purn) Luhut  Panjaitan: Tegas Itu Tidak Mesti Mata Melotot Dan Lempar-Lempar Handphone

Jumat, 30 Mei 2014, 09:48 WIB
Jenderal TNI (Purn) Luhut  Panjaitan: Tegas Itu Tidak Mesti Mata Melotot Dan Lempar-Lempar Handphone
Jenderal TNI (Purn) Luhut  Panjaitan
rmol news logo Setelah mundur dari  Wakil Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Jenderal TNI (Purn) Luhut Panjaitan langsung all out memperjuangkan kemenangan Jokowi-JK.

Anggota tim pengarah pemenangan Jokowi-JK ini meyakini, pasangan capres-cawapres yang didukungnya akan memperoleh suara di atas 60 persen pada Pilpres 9 Juli mendatang.

“Saya yakin, perolehan suara Jokowi-JK pada pilpres nanti lebih dari 60 persen. Untuk wilayah timur Indonesia, pasangan itu bisa mendapatkan suara mayoritas sampai 70 persen. Target ini cukup rasional, karena figur Jusuf Kalla merupakan simbol wilayah timur Indonesia,” kata Luhut Panjaitan kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, Senin (26/5).

Kemenangan Jokowi-JK, lanjutnya, didasari alasan rasional, yakni ketokohan keduanya terasa memenuhi harapan publik. Jokowi-JK memilki karakter disiplin, tegas, dan pekerja keras.

’’Tegas itu tidak mesti mata melotot dan lempar-lempar handphone,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Kenapa Anda rela melepas jabatan di Partai Golkar demi mendukung Jokowi-JK?
Ini cuma soal perbedaan prinsip saja. Saya mendukung Jokowi, karena dia tegas menolak politik transaksional. Khususnya soal pembagian jabatan kepada partai yang mengusungnya.

Saya berpikir, kalau perjuangan berlangsung secara transaksional, itu menjadi contoh yang tidak baik untuk generasi selanjutnya. Kalau pemimpin memberi contoh adanya transaksional uang atau jabatan, menurut saya itu tidak mendidik. Makanya, saya merasa nyaman dengan keputusan Jokowi.

Bagaimana dengan tawaran jabatan menteri utama?
Menteri utama atau menteri senior yang dijanjikan Prabowo Subianto kepada Aburizal Bakrie itu tidak ada dalam konstitusi kita. Kemudian ada yang dijanjikan sebagai menteri ini, menteri itu, mungkin jumlahnya sudah mencapai 35 menteri.

Bagaimana dengan pembagian peran dalam koalisi pendukung Jokowi-JK?

Soal jabatan dan seterusnya akan dibicarakan setelah menang. Mereka kan ingin membangun kabinet kerja, bukan kabinet bagi-bagi jabatan. Pak Jokowi menyatakan, kalau kita menang nanti kita akan atur sama-sama. Itu yang saya sepakati.

Bagaimana kalau perbedaan dukungan di internal Golkar semakin tajam?
Saya melihat mereka ada yang dipindahkan dari posisinya. Menurut saya, itu nggak fair. Orang beda pendapat kok main geser-geser. Ada juga yang mendorong untuk membuat Munas Luar Biasa. Saya bilang nggak perlu mengambil langkah itu. Berbeda pendapat boleh saja, tapi nggak usah sampai berkelahi.

Anda ditugaskan sebagai pengarah tim pemenangan Jokowi-JK, apa saja tugasnya?
Tugasnya ya memberikan masukan-masukan. Sebelum ini pun saya sudah memberikan banyak masukan.

Anda akan ikut kampanye?

Ya. Saya akan turun. Tapi, saya belum mengetahui jadwal dan lokasi-lokasinya.

Bukankah  Anda pernah menjadi atasan Prabowo, kenapa Anda tidak mendukungnya?
Saya tahu banyak mengenai Pak Prabowo, Beliau pernah menjadi wakil saya, sekitar lima tahun. Jadi saya tahu dari A sampai Z tentang beliau. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA