“Itu sampai posisi Juli 2013. Tiap tahun naiknya sekitar 15-16 persen,†ujar Agus Martowardojo kepada
Rakyat Merdeka, di Jakarta.
Sementara selama Ramadan hingga Idul Fitri, Agus mengatakan, uang yang beredar pada Ramadan dan Idul Fitri 2013 mencapai Rp 103,1 triliun. Nilai ini meningkat Rp 17,4 triliun dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.
Berikut petikan selengkapnya:
Tahun lalu beredar berapa banyak?Kalau tahun lalu hanya beredar mencapai sekitar Rp 300 triliun. Namun jumlah tersebut belum meliputi uang yang beredar di daerah-daerah terpencil dan perbatasan yang sulit terjangkau. Kalau kita jangkau daerah terpencil, mestinya akan naik lagi.
Faktor apa yang membuat peredaran semakin meningkat?Tentu karena kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Terutama selama Ramadan dan Idul Fitri. Kemudian anggaran pemerintah yang defisit, sehingga terpaksa mengeluarkan uang baru. Antara lain juga dipengaruhi oleh faktor pembagian gaji ke-13 PNS/TNI/Polri dan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM).
Selama Ramadan hingga Lebaran berapa yang beredar? Kebutuhan Ramadan hingga Lebaran mencapai Rp 103,1 triliun atau meningkat sebesar Rp 17,4 triliun dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. Rinciannya, kebutuhan Uang Pecahan Besar (UPB) sebesar Rp 93,4 triliun dan Uang Pecahan Kecil (UPK) sebesar Rp 9,7 triliun.
Apa yang membuat akhir-akhir ini rupiah terus melemah?Kami melihat banyak hal yang mengiringi itu. Inflasi kita juga ikut memengaruhi nilai tukar. Tapi, kalau kita ikuti nilai tukar rupiah, justru ini mencerminkan fundamental ekonomi. Hal ini selaras dengan perkembangan nilai tukar dari negara-negara di kawasan Asia.
Bagi kami itu sebagai sesuatu yang normal. Kami melihat transaksi di pasar mencerminkan nilai tukar yang disepakati oleh calon pembeli dan penjual.
Kondisi Indonesia saat ini tidak lebih buruk dari banyak negara mengenai kelemahan mata uang. Tapi kita juga perlu mencermati betul inflasi dan masalah defisit current account yang mungkin masih kita alami di tahun 2013 ini.
Apakah pelemahan rupiah seperti ini mempengaruhi perekonomian nasional? Secara umum kondisi rupiah kita mengarah ke equilibrium (titik keseimbangan) baru.
Melemahnya rupiah juga dipengaruhi faktor eksternal, yakni keputusan Amerika Serikat yang akan mengurangi stimulus moneternya dan pertumbuhan ekonomi China yang terkoreksi. Selain itu, harga komoditi juga mengalami koreksi.
Selain eksternal, faktor internal juga menjadi perhatian, khususnya inflasi. Kami menyambut baik pasar yang menunjukkan gairah dan aktivitas yang tinggi. Para eksportir dan supplier dana valas sudah bertransaksi.
Kami berharap kondisi ini terus berlangsung, sehingga kondisi valas kita likuid dan rupiah bisa stabil. Inilah nanti yang mencerminkan kondisi fundamental ekonomi kita.
Kami mohon masyarakat tenang seandainya rupiah berada di atas Rp 10 ribu per dolar AS. Bank Indonesia selalu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Apakah pelemahan rupiah akibat banyaknya dana asing yang dibawa ke luar dari Indonesia? Saya kira tidak. Saat ini malah ada tren investor masuk ke Indonesia. Kita lihat yield (imbal beli) surat utang Indonesia justru meningkat cukup tinggi. Selain itu, mereka melihat inflasi kita juga sudah bisa diprediksi. Mereka juga melihat bahwa nilai tukar kita sudah mencerminkan fundamental ekonomi. Ini akan menjadi atmosfer yang baik masuknya dana asing ke Indonesia.
Kami melihat saat ini korporasi dan retail banyak membutuhkan valas. Kebutuhan ini untuk membayar dividen, membayar utang, dan untuk merepatriasi keuntungan. Ini sudah bisa disuplai oleh pasar. Jika diperlukan BI selalu hadir (di pasar) secara terukur. Bagi BI yang diutamakan adalah stabilitas nilai tukar rupiah.
Sejauh ini langkah-langkah apa yang diambil BI agar rupiah tidak terus merosot?Kami akan terus mengkoordinasikan dan menerapkan berbagai bauran kebijakan. Salah satu yang baru-baru ini kami lakukan adalah lelang FX Swap (instrumen lindung nilai). Mekanismenya, bank atau pengusaha melepas dolarnya kepada BI untuk mendapatkan rupiah, dengan kesepakatan di masa datang (1 bulan, 3 bulan atau 6 bulan lagi) mereka bisa kembali mendapat dolar dari BI dengan jumlah dan kurs seperti ketika dilepas ditambah premi.
Apa yang diharapkan dari instrumen ini?Diharapkan investor asing tak perlu khawatir berinvestasi di dalam negeri dan BI juga bisa mendapat pasokan dolar. Dengan cara swap tentu akan membuat tekanan terhadap rupiah semakin kurang. Peminatnya banyak sekali. Kami merencanakan akan melelang FX Swap lebih dari sekali seminggu, sehingga menciptakan suatu kondisi yang baik bagi pemilik dana ataupun investor. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: