Satgas TKI belum diperpanjang Presiden SBY. Tapi mampu memperpanjang nyawa TKI Satinah.
Bekas Ketua Satgas TKI MafÂtuh Basyuni yang diutus pemeÂrinÂtah ke Arab Saudi berhasil memÂperpanjang nyawa Satinah.
“Paling tidak selama 6 bulan. Ini hasil yang positif. Kalau nanti berÂhasil melakukan diplomasi soal diyat (uang darah), maka SaÂtinah berhasil diselamatkan dari hukuman pancung,†kata bekas Juru Bicara Satgas TKI, HumÂphrey Djemat, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Ketua Umum AsoÂsiasi Advokat Indonesia (AAI) itu, perundingan yang dilakukan Maftuh Basyuni dengan keluarga korban cukup meletihkan.
Berikut kutipan selengkapnya:
Berapa lama perundingan itu?
Berhari-hari. Cukup meneÂgangÂÂkan. Akhirnya pihak keluarÂga korban bersedia memberikan perpanjangan waktu bagi penenÂtuan nasib TKI Satinah selama 6 bulan sejak 14 Desember 2012.
Betul. Uang diyat (uang darah) seÂÂbagai kompensasi untuk peÂmaafan/tanazul bagi Satinah belum ada titik temu.
Pemerintah melalui Maftuh BasÂyuni menawarkan uang diyat 3 juta riyal (sekitar Rp 7,5 miliar). Ini masih dirundingkan secara internal di pihak keluarga korban.
Pada dasarnya pihak keluarga korban masih tetap menuntut uang diyat sebesar 7 juta riyal ( sekitar Rp 17,5 miliar). Sekarang ‘bola’ ada di pihak keluarga korban.
Apa konsorsium asuransi TKI tidak membantu uang diyat itu?
Memang dipertanyakan tangÂgung jawab pihak konsorsium asuransi yang dibentuk KemenaÂkertrans.
Tidak bisa diterima dengan alasan yang bersifat normatif dan administratif belaka.
Memangnya kenapa?
Mereka berdalih Satinah sudah overstayer di Arab saudi maka tiÂdak ada lagi haknya untuk menÂdaÂpatkan bantuan asuransi.
AAI telah mendampingi para TKI bermasalah untuk mendaÂpatÂkan klaim asuransi di Bandara SoeÂkarno-Hatta telah menyakÂsikan senÂdiri bagaimana sulitnya para TKI mendapatkan klaim asuransi.
Seandainya dapat pun, itu tidak sesuai dengan apa yang janjikan dalam polis. Alasannya, tidak ada keÂlengkapan dokumen.
Bagaimana dari sisi kemanuÂsiaan konsorsium asuransi itu?
Itu yang kita pertanyakan. DeÂngan alasan kemanusiaan dan tangÂgung jawab sosialnya pihak konsorsium asuransi seharusnya menyelesaikan masalah uang diyat. Apalagi sebagian besar uang diyat sebesar 3 juta riyal yang ditawarkan itu berasal dari anggaran perlindungan Kemenlu dan sumbangan dermawan orang kaya Arab Saudi.
Seharusnya pihak konsorsium asuransi punya rasa malu. Masa orang Arab Saudi lebih punya empati terhadap Satinah. Padahal uang premi dari para TKI menÂcapai ratusan miliar.
Selama ini klaim asuransi TKI hanya 10 persen saja yang bisa diÂcairkan.
Bagaimana sikap MenakerÂtrans?
Seharusnya Menakertrans harus bertindak bijaksana. Jangan diam saja soal diyat itu. Ini kan menyangkut nyawa anak bangsa.
Siapa saja yang berperan meÂnyeÂlamatkan nyawa Satinah?
Menurut Pak Maftuh Basyuni, peran Gubernur Gaseem, Prince Faisal bin Bandar bin Abdul Aziz Al Saud, cukup besar membantu memediasi, sehingga ada sikap lebih lunak dari pihak keluarga korban.
Selain itu peranan lawyer tetap PerÂwakilan Indonesia, Mr AbÂdullah bin Abdulrahman Al MuÂhaemeed, sangatlah membantu perundingan yang dilakukan. Pengacara itu merupakan hasil seÂleksi Jubir Satgas TKI saat masih aktif.
Apa itu saja yang dihasilkan Maftuh Basyuni di Arab Saudi?
Bapak Maftuh Basyuni meÂnyamÂpaikan pula kasus TKI Tuti Tursilawati yang sudah divonis hukuman mati/pancung juga akan diperiksa kembali oleh Pengadilan dengan Majelis HaÂkim yang baru. Hal ini bisa terjadi karena adanya Perintah dari Raja Arab Saudi.
Di sini peran Presiden SBY cuÂkup besar. Sebab, 6 Oktober 2011 pernah mengirim surat khusus kepada Raja Arab Saudi untuk kiranya hukuman mati terhadap TKI Tuti Tursilawati dapat ditinÂjau ulang.
Surat Presiden SBY ini terÂnyata mempunyai pengaruh yang besar dan mendapat perhatian seÂrius dari Raja Arab Saudi. TerÂbukti sampai saat ini tidak ada huÂkuman pancung yang dilakukan, walaupun pihak keluarga korban belum bersedia memberikan pemaafannya.
Apa hasil positif dari Arab Saudi ini sudah disampaikan ke SBY?
Dalam waktu dekat ini, Maftuh Basyuni, akan melaporkan keÂpada Presiden SBY mengenai hasilnya menyelamatkan nyawa TKI Satinah setelah Presiden kembali dari kunjungannya ke Malaysia dan India.
O ya, bagaimana nasib TKI bermaslah nanti bila Satgas beÂnar-benar tidak diperpanjang?
Itu yang menjadi pertanyaan banyak kalangan yang disamÂpaiÂkan kepada kami. Banyak yang bilang bahwa Satgas bertindak nyata untuk menyelamatkan TKI. Hal seperti ini belum terlihat dilakukan kementerian dan pihak terkait. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: