.Sekalipun kunjungan kerja (kunker) DPR ke luar negeri sering mendapat kritikan keras, Badan legislatif (Baleg) DPR tetap ngotot melakukan kunker ke Jerman dan Inggris. Ketua Baleg DPR, Ignatius Mulyono menegaskan, kunker ke dua negara tersebut sangat penting untuk menghasilkan UU yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Masyarakat memang banyak yang mengkritisi, apakah kunker tersebut bermanfaat. Bagi kami, sebagai orang yang menÂdapat tugas dan bertanggung jaÂwab menghasilkan unÂdang-unÂdang yang tepat, maka diÂperÂlukan materi pokok yang lengÂkap,†katanya kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Ignatius menilai, kedua negara tersebut sudah mampu menciptaÂkan insinyur profesional dan punya teknologi tinggi. “Kedua neÂgara tersebut punya sistem penÂcetakan insinyur andal,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Hanya faktor itu saja, DPR memilih kunker ke Jerman dan Inggris?
Tidak. Selain itu, kedua negara tersebut juga sudah punya unÂdang-undang keinsinyuran.
Ada yang menilai, kunker ke luar negeri mayoritas waktuÂnya untuk piknik. Komentar Anda?
Tidaklah. Kunker ke Jerman dan Inggris itu, kami mengunÂjungi persatuan insinyur dan deÂwan keinsinyuran.
Kami juga mengÂunjungi bebeÂrapa perguruan tingÂgi yang menÂcetak sarjana teknik professional. Kami perlu menÂdatangi parlemen yang menaÂngani teknologi. TeÂrakhir, kami ingin bertemu dengan para pengÂguna jasa keinsinyuran.
Apa pentingnya melakukan kunker ke luar negeri?
Kami rasa sangat penting, kaÂrena menginginkan undang-unÂdang ini betul-betul bermanfaat bagi masyarakat. Perlu diketahui, kita akan menghadapi Asia Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015. Indonesia bakal jadi incaÂran para pencari kerja asing proÂfesional, termasuk insinyur.
Memangnya insinyur IndoÂneÂsia tidak mampu bersaing dengan asing sehingga perlu membuat UU khusus?
Selama ini, insinyur kita maÂsih di bawah strata lulusan luar neÂgeri.
Buktinya apa?
Buktinya, teknisi kita yang beÂkerja di Timur Tengah rata-rata diÂkenakan asuransi dengan premi yang lebih besar. Sedangkan, insiÂnyur dari negara lain tergoÂlong kecil.
Pasalnya, kualitas sumÂber daya manusia mereka diÂniÂlai leÂbih unggul dan bisa diÂperÂtangÂgung jawabkan. Negara kita perÂlu meÂnetapkan sertifikasi keinÂsinyuran.
Mahasiswa kita yang sudah meraih predikat sarjana teknik seharusnya mendapat pendidikan tambahan, seperti pelatihan dan uji kompetensi. Alhasil, lulusan perguruan negeri kita setara dengan insinyur luar negeri.
Apakah sistem pendidikan di Indonesia salah?
Bukan seperti itu, pendidikan kita sudah bagus. Tapi, sistemnya belum memberikan sertifikasi keÂpada tingkat profesi keinÂsinyuÂran. Selama ini, lulusan sarjana teknik bisa langsung mengenÂdalikan proyek yang berisiko berat.
Padahal, kalau untuk menaÂngani proyek besar harus ditaÂngani insinyur yang punya strata kelas utama.
Anda yakin UU keinsinyuran yang akan dibuat itu bisa berhasil?
Jadi, begini. Kami ini kan dituÂgaskan membuat undang-unÂdang. Kami berwenang meÂnyuÂsun undang-undang, maka haÂrus dilakukan optimal.
Apa tolok ukurnya kalau suatu undang-undang dikataÂkan optimal?
Undang-undang bisa dikatakan optimal jika benar-benar membeÂrikan kemaslahatan kepada maÂsyarakat. Undang-undang itu bisa mendukung pelaksanaan proÂgram pemerintah, betul-betul meÂlakÂsanakan konstitusi, dan tidak keluar dari empat pilar keÂbangÂsaan dan harus bermanfaat. Kalau tidak, leÂbih baik jangan diunÂdangkan.
Apakah seluruh RUU yang dibuat harus melakukan kunÂker ke luar negeri?
Tidak. Ada 69 RUU yang saat ini disiapkan dan cuma 16 RUU saja yang punya anggaÂran ke luar negeri untuk studi banÂding.
Apa saja 16 RUU itu?
Saya nggak hafal. Tapi, salah satunya adalah undang-undang keinsinyuran. Jadi, sudah sejak awal dirancang. Nggak benar kaÂlau setiap RUU harus melakukan kunker ke luar negeri. Tak seperti itulah.
Bukankah kunker tersebut menghabiskan anggaran neÂgara?
Kami ini ingin sekali menyaÂkinÂkan bahwa aturan jasa insiÂnyur itu bisa dipertanggungÂjaÂwabÂkan. Jika undang-undangÂnya sudah ada, tugas-tugas keinsiyuÂran diharapkan bisa mengeÂfiÂsienÂkan anggaran, dan sebaÂgainya.
Proyek-proyek pembangunan infrastruktur di masa mendatang ditangani tenaga profesional. Jangan terulang kejadian, seperti runtuhnya jembatan di KertaneÂgara, Kalimantan. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: