WAWANCARA

Mahfud MD: Saya Yang Jadi Terhina Karena Dibilang Menghina

Selasa, 13 November 2012, 09:19 WIB
Mahfud MD: Saya Yang Jadi Terhina Karena Dibilang Menghina
Mahfud MD

rmol news logo Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD merasa tidak pernah menghina kalangan Istana. Sebab, tidak pernah menuduh orang Istana terlibat mafia narkoba.  

“Yang saya katakan, jangan-jangan ada permainan mafia yang berhasil mempengaruhi proses pemberian grasi itu,” kata Mah­fud MD kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Menurut bekas Menhan itu, ma­fia tersebut bisa bergentayang­an di luar dan tidak ada kaitannya de­­ngan orang-orang Istana. Na­mun, me­reka bermain canggih, se­hingga melalui jalur-jalurnya bisa mem­buat Presiden tidak mengi­kuti pen­dapat Mahkamah Agung (MA).

“Padahal sejauh yang saya kenal, Pak SBY itu orangnya te­liti dan hati-hati. Saya sependapat de­­ngan Yusril Ihza Mahendra, itu ke­­colongan,” katanya.

Seperti diketahui, Mensesneg Sudi Silalahi merasa keberatan dan terhina atas pernyataan Mah­fud MD  yang menduga ada per­mai­nan mafia yang ikut bermain di Istana dalam pemberian grasi kepada terpidana narkoba Meiri­ka Franola atau Ola.

Mahfud MD selanjutnya me­nga­takan, sama sekali tidak meng­hina siapapun.

“Tak ada satu kalimat pun dari saya yang menghina siapapun, apalagi Is­tana. Saya yang jadi terhina ka­rena dibilang meng­hina,” ujarnya.

Berikut kutipan selengkapnya:

Sebenarnya apa yang Anda katakan sehingga Istana mera­sa terhina?

Saya bilang bahwa saya men­duga ada permainan mafia yang ikut bermain di Istana da­lam grasi Ola itu. Jadi, mana meng­­­hinanya. Saya tidak menye­but Istana melakukan mafia. Ma­fianya itu kan di luar, tapi saya du­ga ber­main dengan canggih, se­hingga mempengaruhi Istana.


Apakah Anda bisa membuk­ti­kan dugaan itu?

Menduga dan meyakini itu bu­kan pelanggaran hukum. Yang ti­dak boleh itu kalau menuduh yang disertai penyebutan sub­yek pelaku. Kan sah saja men­duga berdasarkan rangkaian fakta.

    

Bagaimana rangkaian fak­tanya?

Ola itu diberi grasi aki­bat kon­tro­versial. MA yang me­nurut kon­stitusi paling kompeten  mem­­beri pertimbangan, ti­dak melihat alasan mem­beri grasi.

Presiden itu kan menggunakan saran-saran dari sumber lain. Itu sah saja. Karena soal grasi itu we­wenang Presiden.

Tetapi tidak lama setelah itu polisi menangkap pengedar nar­koba yang diduga kuat diken­dalikan Ola dari pen­jara. Ini gila kan. Makanya saya menduga ada permainan mafia.

   

Apa Anda yakin ada mafia narkoba?

Yakin. Penangkapan-penang­ka­pan di bandara yang berjari­ngan, pengendalian bisnis narko­ba dari lapas-lapas yang bermain de­ngan aparat seperti yang dite­mukan sidak-sidak Wamen­kumham Denny Indrayana, ter­tangkapnya para hakim, dan ke­terlibatan aparat penegak hukum dalam kasus-kasus narkoba, me­yakinkan saya bahwa mafia itu ada. Ia bukan kegiatan sporadis tapi sistematis.

   

Apakah pemberian grasi ke Ola tidak tepat?

Seharusnya tidak perlu diberi grasi. Kejahatan narkoba itu mem­bunuh masa depan generasi men­datang. Biar dibilang kon­servatif, sa­ya berpendapat tidak per­lu mem­beri grasi kepada pela­ku ke­jahatan narkoba, terorisme, dan ko­rupsi. Me­reka itu pem­bu­nuh kok.

   

Sudi Silalahi bilang lembaga kepresidenan tercemar dengan isu mafia narkoba yang Anda lontarkan...

Duileeh, tercemar dari sudut ma­­na. Saya kan tidak bilang Ista­na atau orang Istana pelaku ma­fia, melainkan dengan kecanggi­han­­nya, mafia narkoba itu ber­hasil mengirim bahan-bahan ke­pada Pre­siden melalui berbagai sum­­ber, agar Ola diberi grasi.

Jadi, mana pencemarannya. Ka­­­­lau mau merasa tercemar, banyak hal lain yang lebih layak dianggap sebagai mence­mar­­kan Istana. Introspeksilah. Sa­ya malah tercemar karena di­ang­gap mencemarkan.

Apakah ada masalah sebe­lumnya dengan Sudi Silalahi?

Secara pribadi, sangat baik. Ka­lau bertemu kami cipika-ci­piki, bergurau, mengenang saat-saat kami dekat dalam tugas.

Saat saya jadi Menhan, Pak Sudi sebagai Pangdam Jatim, dia sangat correct dan pintar mengaji. Kami punya pengalaman-penga­la­man indah, lucu, mengharukan, dan menegangkan pada saat itu.

Tapi kalau karena tugas dia ha­rus mengklarifikasi secara ke­ras statemen saya, maka itu ke­wajiban dia. Saya pun harus men­ja­wab di depan publik de­ngan ta­karan yang sama tegasnya.

   

Komunikasi Anda dengan Sudi Silalahi lancar-lancar saja?

Pasti dong. Secara pribadi, sa­ya dan Pak Sudi itu dekat dan se­­lalu berkomunikasi seperti sau­dara. Prinsipnya, tugas ya tu­gas, pribadi ya pribadi. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA