Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD merasa tidak pernah menghina kalangan Istana. Sebab, tidak pernah menuduh orang Istana terlibat mafia narkoba.
“Yang saya katakan, jangan-jangan ada permainan mafia yang berhasil mempengaruhi proses pemberian grasi itu,†kata MahÂfud MD kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurut bekas Menhan itu, maÂfia tersebut bisa bergentayangÂan di luar dan tidak ada kaitannya deÂÂngan orang-orang Istana. NaÂmun, meÂreka bermain canggih, seÂhingga melalui jalur-jalurnya bisa memÂbuat Presiden tidak mengiÂkuti penÂdapat Mahkamah Agung (MA).
“Padahal sejauh yang saya kenal, Pak SBY itu orangnya teÂliti dan hati-hati. Saya sependapat deÂÂngan Yusril Ihza Mahendra, itu keÂÂcolongan,†katanya.
Seperti diketahui, Mensesneg Sudi Silalahi merasa keberatan dan terhina atas pernyataan MahÂfud MD yang menduga ada perÂmaiÂnan mafia yang ikut bermain di Istana dalam pemberian grasi kepada terpidana narkoba MeiriÂka Franola atau Ola.
Mahfud MD selanjutnya meÂngaÂtakan, sama sekali tidak mengÂhina siapapun.
“Tak ada satu kalimat pun dari saya yang menghina siapapun, apalagi IsÂtana. Saya yang jadi terhina kaÂrena dibilang mengÂhina,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Saya bilang bahwa saya menÂduga ada permainan mafia yang ikut bermain di Istana daÂlam grasi Ola itu. Jadi, mana mengÂÂÂhinanya. Saya tidak menyeÂbut Istana melakukan mafia. MaÂfianya itu kan di luar, tapi saya duÂga berÂmain dengan canggih, seÂhingga mempengaruhi Istana.
Apakah Anda bisa membukÂtiÂkan dugaan itu?
Menduga dan meyakini itu buÂkan pelanggaran hukum. Yang tiÂdak boleh itu kalau menuduh yang disertai penyebutan subÂyek pelaku. Kan sah saja menÂduga berdasarkan rangkaian fakta.
Bagaimana rangkaian fakÂtanya?
Ola itu diberi grasi akiÂbat konÂtroÂversial. MA yang meÂnurut konÂstitusi paling kompeten memÂÂberi pertimbangan, tiÂdak melihat alasan memÂberi grasi.
Presiden itu kan menggunakan saran-saran dari sumber lain. Itu sah saja. Karena soal grasi itu weÂwenang Presiden.
Tetapi tidak lama setelah itu polisi menangkap pengedar narÂkoba yang diduga kuat dikenÂdalikan Ola dari penÂjara. Ini gila kan. Makanya saya menduga ada permainan mafia.
Apa Anda yakin ada mafia narkoba?
Yakin. Penangkapan-penangÂkaÂpan di bandara yang berjariÂngan, pengendalian bisnis narkoÂba dari lapas-lapas yang bermain deÂngan aparat seperti yang diteÂmukan sidak-sidak WamenÂkumham Denny Indrayana, terÂtangkapnya para hakim, dan keÂterlibatan aparat penegak hukum dalam kasus-kasus narkoba, meÂyakinkan saya bahwa mafia itu ada. Ia bukan kegiatan sporadis tapi sistematis.
Apakah pemberian grasi ke Ola tidak tepat?
Seharusnya tidak perlu diberi grasi. Kejahatan narkoba itu memÂbunuh masa depan generasi menÂdatang. Biar dibilang konÂservatif, saÂya berpendapat tidak perÂlu memÂberi grasi kepada pelaÂku keÂjahatan narkoba, terorisme, dan koÂrupsi. MeÂreka itu pemÂbuÂnuh kok.
Sudi Silalahi bilang lembaga kepresidenan tercemar dengan isu mafia narkoba yang Anda lontarkan...
Duileeh, tercemar dari sudut maÂÂna. Saya kan tidak bilang IstaÂna atau orang Istana pelaku maÂfia, melainkan dengan kecanggiÂhanÂÂnya, mafia narkoba itu berÂhasil mengirim bahan-bahan keÂpada PreÂsiden melalui berbagai sumÂÂber, agar Ola diberi grasi.
Jadi, mana pencemarannya. KaÂÂÂÂlau mau merasa tercemar, banyak hal lain yang lebih layak dianggap sebagai menceÂmarÂÂkan Istana. Introspeksilah. SaÂya malah tercemar karena diÂangÂgap mencemarkan.
Apakah ada masalah sebeÂlumnya dengan Sudi Silalahi?
Secara pribadi, sangat baik. KaÂlau bertemu kami cipika-ciÂpiki, bergurau, mengenang saat-saat kami dekat dalam tugas.
Saat saya jadi Menhan, Pak Sudi sebagai Pangdam Jatim, dia sangat correct dan pintar mengaji. Kami punya pengalaman-pengaÂlaÂman indah, lucu, mengharukan, dan menegangkan pada saat itu.
Tapi kalau karena tugas dia haÂrus mengklarifikasi secara keÂras statemen saya, maka itu keÂwajiban dia. Saya pun harus menÂjaÂwab di depan publik deÂngan taÂkaran yang sama tegasnya.
Komunikasi Anda dengan Sudi Silalahi lancar-lancar saja?
Pasti dong. Secara pribadi, saÂya dan Pak Sudi itu dekat dan seÂÂlalu berkomunikasi seperti sauÂdara. Prinsipnya, tugas ya tuÂgas, pribadi ya pribadi. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: