Tahun ini Negeri Kanguru berencana mengucurkan bantuan hibah sebesar 578 juta dolar Australia.
Bantuan selama setahun peÂnuh ini antara lain untuk menÂduÂkung program pemerintah dalam bidang pendidikan, infrastruktur dan perlindungan sosial.
Tercatat, sejak 2010 Australia meningkatkan bantuannya sebeÂsar 356,2 juta dolar Australia, 2011 sebesar 558 juta dolar AusÂtralia, dan 2012 senilai 578 juta dolar AusÂtralia. Dalam pemÂberian bantuan, Australia menempati urutan pertama.
“Masih banyak masyarakat InÂdonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pemberian banÂtuan bertujuan membantu unÂtuk peÂningkatan perekonomian IndoÂnesia dan diharapkan meÂningÂkatkan hubungan perdaÂgangan dan investasi antar dua negara,†kata Kepala Perwakilan AusAID di Indonesia Jacqui De Lacy.
Bantuan tersebut dialokasikan untuk mendukung program peÂmeÂÂÂrintah dalam bidang penÂdiÂdiÂkan, infrastruktur dan perlinÂduÂngan sosial. Dengan rincaian, daÂna sektor kesehatan sebesar 17 persen, pendidikan 42 persen, inÂfrastruktur 26 persen, pemeÂrinÂtahan 7 persen, penangÂguÂlaÂngan bencana 3 persen dan proÂgram lain-lain 5 persen.
Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty mengaÂtaÂkan, sebagai negara tetangga, Australia merasa berkewajiban membantu Indonesia dalam upaÂya reformasi dan peningkatan keÂpercayaan publik yang terus meÂnurun di berbagai sektor.
Selain dalam bentuk dana, Australia juga memberikan duÂkungan dalam kegiatan. Dalam hal dukungan dana salah satunya ikut mensponsori pendaftaran calon pegawai baru yang transÂparan dan kompetitif. Sedangkan bentuk dukungan keÂgiatan ikut memproduksi iklan layanan masÂyarakat terkait pengaÂduan pelaÂyanan ke OmÂbudsman.
Bantuan dana tersebut juga akan digunakan untuk menekan korupsi dan membantu Indonesia memperkuat reformasi serta peÂlayanan sektor publik melalui beÂberapa kegiatan. “Dukungan daÂna yang diberikan selama satu tahun, antara lain juga untuk proÂduksi iklan layanan masyarakat yang informatif,†kata Moriarty dalam rilisnya saat Konferensi dan Pertemuan Pemangku KepenÂtingan Reformasi Publik di GeÂdung Bappenas, Selasa (28/8).
Menurut Moriarty, nantinya dukungan dana itu disalurkan melalui AusAID agar Indonesia bisa lebih tajam memerangi koÂrupsi dan melakukan tata kelola pemerinÂtahan yang lebih baik.
Menurutnya, tata kelola pemeÂrintahan yang baik merupakan unsur penting dalam melaksaÂnaÂkan pembangunan di sektor inÂfrastruktur, kesehatan, pemÂbaÂngunan pedesaan, tata kelola peÂrekonomian, hukum, dan peÂmiÂlihan umum.
Bantuan itu juga akan direaliÂsaÂÂsikan dalam bentuk tukar peÂngalaman dengan sejumlah pakar internasional yang hadir di JaÂkarta. “Tujuannya agar keÂperÂcaÂyaan publik meningkat, dan koÂrupsi di sektor pelayanan puÂblik bisa dihentikan,†ujarnya.
Menteri Pendayagunaan ApaÂratur Negara dan Reformasi BiÂrokrasi (MenPAN dan RB) Azwar Abubakar menjelaskan, bantuan Australia itu tidak hanya untuk rekÂruitmen calon PNS saja, meÂlainkan perbaikan birokrasi seÂcara global dalam segala bidang.
“Dana itu untuk pembangunan infrastruktur secara global. KeÂmudian dibagi-bagi lagi untuk segala bidang,†kata Azwar.
Indonesia memerlukan waktu agar bisa menyelesaikan reformaÂsi birokrasi sesuai target. Ia sangat berharap dapat belajar dari AustraÂlia dan meyakini negara tetangga akan sangat membantu memÂpercepat proses reforÂmasi birokÂrasi serta melenyapkan korupsi.
Soal besarnya jatah yang diteÂrima Kementerian PAN dan RB untuk penerimaan CPNS dan reÂformasi birokrasi, bekas anggota DPR ini mengaku belum mengeÂtahuinya secara pasti.
Diakui Azwar, sejak beberapa taÂhun Australia memang menjadi saÂlah satu negara yang sering membantu Indonesia.
Diungkapkan, Australia dulu juga memiliki birokrasi yang kurang bagus sehingga perlu perjuangÂan dan waktu untuk memperÂbaiÂkinya. Karena itulah, sebagai neÂgara tetangga, peÂmeÂrintah AusÂtralia memandang perlu ikut membantu proses peÂmulihan biroÂkrasi Indonesia.
Soal adanya kepentingan poÂlitik di balik bantuan tersebut, Azwar meminta kepada seÂmua pihak tidak berfikir negatif.
“Kenapa harus takut? BantuanÂnya positif. Tidak ada intervensi dalam menentukan kebijakan pemerintah. Kita sambut baik perhatian setiap negara tetangga dan negara sahabat. Indonesia menyambut baik negara yang ingin menjalin hubungan baik,†tandas MenPAN.
Siap Awasi Pengelolaannya
Abdul Wahab Dalimunthe, Anggota Komisi II DPR
Komisi II DPR akan memÂberiÂkan pengawasan ekstra terhadap hibah dari Australia yang diguÂnakan untuk peningkatan pelayaÂnan publik, reformasi birokrasi yang dikelola KemenPAN dan RB.
Birokrasi merupakan lahan baÂsah para koruptor untuk menyeÂlewengkan duit negara. Jangan sampai dana yang digelontorkan untuk membantu pemberantasan korupsi itu justru malah dijadikan lahan dikorupsi.
Hibah yang diberikan Asutralia sangat wajar, karena negara-neÂgara sahabat lainnya pun perÂnah memberikan hibah. Tinggal baÂgaimana pemerintah Indonesia mengelolanya secara transparan dan akuntabel. Selain menerima, Indonesia juga sering memberiÂkan bantuan dan hibah kepada negara-negara tetangga. Ini meÂnunjukkan betapa eratnya persaÂhabatan antara negara.
Sejak reformasi, sistem biÂrokÂrasi di Indonesia belum sepeÂnuhnya mengalami perbaikan. Kini sudah saatnya seluruh biÂrokrasi di semua bidang harus segera diperbaiki. MenghilangÂkan korupsi berarti juga harus memperbaiki sistem birokrasi.
Hal lain yang harus diwaspadai terÂhadap bentuk bantuan dari neÂgara asing adalah jangan sampai mempengaruhi pemerinÂtah InÂdoÂnesia dalam mengambil keÂbijakan. Pemerintah tidak boleh diintervensi kepentingan pihak asing. [Harian Rakyat Merdeka]
< SEBELUMNYA
BERIKUTNYA >
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: