Hari pertama Kamis, (16/2), Senior Officials Meeting APEC yang dihelat di kota ujung dunia bagian utara tiba-tiba menjadi marak. Pembicaraan berlangsung hangat dan seolah menafikan turunnya salju berderai yang tak kunjung henti. Perhatian seratusan delegasi APEC yang menenuhi ruangan pertemuan berukuran besar tersebut tertuju kepada Indonesia. Maklum, Indonesia tiba-tiba mengajak hadirin untuk mengamini konsep yang disebut "Blue Economy.
Direktur Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika (Aspasaf) Kementerian Luar Negeri, yang juga Ketua Delegasi Indonesia, Yuri O. Thamrin, secara fasih mengemukakan bahwa konsep ini merupakan sebuah kebutuhan bersama, tidak hanya terkait dengan kepentingan Indonesia an sich. Namun pasti menjadi concern utama dari negara-negara yang memiliki laut yang merupakan mayoritas anggota APEC.
Diakui bahwa terminologi "Ekonomi Biru" memang bukanlah hal yang sama sekali anyar. Terminologi "Ekonomi Biru" sempat disebut-sebut dalam berbagai sidang internasional khususnya yang terkait dengan manajemen berkesinambungan dan melestarikan sumber-sumber kelautan. Tahun ini misalnya, "Blue Economy" menjadi tema pada international Expo di Yeosu, Korea Selatan.
Walau demikian, Yuri menyebutkan bahwa terminologi dimaksud telah dibesut sedemikian rupa oleh tim APEC Indonesia sehingga memiliki makna yang lebih komprehensif. Diungkapkan, adalah kewajiban setiap negara untuk melakukan tindakan kongkrit terhadap manajemen kelautan serta sumber-sumbernya, khususnya yang menyangkut dengan keamanan pangan (food security), perubahan iklim (climate change), pemberantasan pencurian ikan, kerjasama bidang riset dan pengembangan, serta peningkatan kesadaran atas isu-isu kelautan.
"Untuk itu Indonesia mengusulkan tiga inisiatif di APEC, yakni penurunkan tingkat pengambilan ikan yang tidak menjamin kesinambungan, penanganan perubahan iklim dan coral reef, serta meningkatkan koneksitas antar-kawasan," ujar Dirjen Aspasaf, lewat siaran pers yang dikirim diplomat RI di Moskow, M. Aji Surya, kepada Rakyat Merdeka Online sesaat lalu, Jumat, (17/2).
Sejauh dalam pertemuan hari pertama tersebut, beberapa negara langsung memberikan acungan jempol dan menyampaikan komentarnya yang bernada dukungan. China, Amerika Serikat, Rusia dan Australia termasuk beberapa negara yang secara prinsip mengakui pentingnya konsep yang digulirkan Indonesia. Namun begitu, mereka pada umumnya tetap berharap agar Indonesia lebih mendetailkan konsep tersebut sampai pada tataran yang lebih praktis guna dipelajari lebih lanjut.
Direktur KIK Aspasar Kemlu, Arto Suryodipuro menambahkan bahwa konsep yang diperkenalkan di tengah bekunya kota Moskow itu sudah dipikirkan masak-masak. Bahkan akan diperjuangkan menjadi tema utama APEC pada saat dihelat di Indonesia di tahun depan. “Kita akan terus kembangkan sesuai dengan visi APEC dan kepentingan nasional Indonesia,†ujarnya.
Yang paling penting, menurut beberapa delegasi asing, konsep ini tidak boleh tumpang tindih dengan pembahasan yang ada di forum-forum internasional lainnya. Untuk ini, Dirjen Aspasaf akan memperhatikannya dan bahkan memberikan jaminan bahwa yang akan dipetik justru nilai tambah yang dibutuhkan semua anggota APEC. [zul]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: