RMOL. Pasca ditangkapnya dua pilot Lion Air yang menggunakan sabu-sabu, Badan Narkotika Nasional (BNN) segera melakukan tes urine (air kencing) terhadap pilot dan pramugari seluruh maskapai di Indonesia.
“Kami harus gerak cepat, tidak pakai lama. Semua pilot dan pramugari dites urine-nya,†tegas Direktur Penindakan dan PengeÂjaran BNN, Benny Mamoto, keÂpada Rakyat Merdeka, di JaÂkarta, kemarin.
Seperti diketahui, BNN kemÂbali menciduk pilot Lion Air yang menggunakan sabu-sabu, yakni SS (44), Sabtu (4/2). Tersangka tertangkap tangan dengan barang bukti berupa sabu 0,4 gram.
Sebelumnya pilot Lion Air HaÂnum Adhyaksa juga ditangkap bulan lalu dengan barang bukti bong sabu. Setelah diuji urineÂnya, positif menggunakan narÂkotiÂka jenis sabu.
Benny Mamoto selanjutnya mengatakan, dua pilot itu hanya seÂbatas pengguna, bukan pengeÂdar. Makanya pengadilan diminta agar pilot tersebut direhabilitasi BNN.
“Tapi proses hukum tetap berÂjalan. Selama proses hukum berÂjalan dia diobati atau direhab. Nanti kalau sidang, kita hadapÂkan,†katanya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Selain tes urine, apa lagi yang dilakukan BNN?
Kita juga sudah sepakat untuk memberikan sosialisasi ke seÂkoÂlah penerÂbaÂngan yang mendiÂdik para calon pilot terÂmasuk praÂmugari. Semuanya akan diberiÂkan pengetahuan tenÂtang bahaya narÂkoba.
Ya. Selama ini belum ada penÂjelasan. Padahal, ini sangat penÂting diberikan kepada siswa agar kasus seperti ini tidak terulang.
Apa BNN memÂpunyai data pilot pengguna narÂkoba?
BNN menerima laporan atau inforÂmasi dari masyaraÂkat, baik melalui teÂlepon, SMS, email mauÂpun webÂsite. Tetapi semuaÂnya harus kami cross check dulu. Selidiki dulu keÂbeÂnarannya. KaÂlau buktinya meÂmang cukup, kami tindak seÂcepatnya.
Berapa lama penyelidikan seÂbelum menangkap pilot Lion Air?
Kami meneliti dan menyelidiki jaringan besarnya atau pemasok kelas kakapnya. Ini membutuhÂkan tiga hingga empat bulan. KeÂmudian kami fokuskan menangÂkap yang sudah jelas menggunaÂkan narkoba.
Untuk mencegah agar tidak berkembang lebih besar, kami langÂsung tangkap pelakunya. Kalau sampai ditunda, kami bisa disalahi seumur hidup. Makanya ditangkap dan diharapkan ada efek jera. Kami juga menelusuri bandarnya.
Sejak kapan dilakukan peÂnginÂtaian?
Saat kami sedang menyelidiki sindikat-sindikat internasional maupun regional, beredar suara-suara dari masyarakt yang meÂnyampaikan keÂpada kami bahwa pilot-pilot dan praÂmugari banyak yang meÂmakai narkoba.
Dengan adanya kabar-kabar itu, kami langsung memÂÂbuat tim khusus untuk menyelidiki ke lapangan. TerÂnyaÂta benar kabar terseÂbut. Dengan penangÂkapan ini tentunya membuat seluruh piÂhak terkait menÂjadi introspeksi.
Apakah benar 70 persen awak pesawat dari seluruh peÂnerÂbangan di Indonesia mengÂguÂnakan narkoba?
Itu adalah informasi dari salah satu pramugari. Angka tersebut haÂrus dicek dulu. Motivasi omoÂngan pramugari tersebut harus ditelusuri, jangan-jangan dia sakit hati sama pilotnya. Dia kan nggak melakukan penelitian.
O ya, bagaimana pencegahan narkoba di Indonesia?
Kalau boleh saya sampaikan, pengguna narkoba terus meÂningÂkat. Tahun 2011 sudah mencapai 3,8 jiwa dari total penduduk Indonesia.
Apa yang diperbuat BNN?
Kami lakukan pemberantasan untuk menekan pasokan dengan menangkap jaringan di bandara dan tempat lainnya. Tugas kami merehabilitasi untuk menyemÂbuhkan pengguna narkoba.
Kami selalu menghimbau, jika diketahui ada pengguna, maka keluarganya wajib lapor ke BNN. Kemudian kami menangkapnya, dan tidak pula diproses hukum, tapi kami rehabilitasi.
Berapa angka kematian yang diakibatkan narkoba?
Jika tidak disembuhkan, tentuÂnya akan mengakibatkan kemaÂtian. Saat ini dua orang tiap hari gara-gara narkoba. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: