“Apabila kita berbicara UP4B, maka tidak lepas dari tiga pilar, yaitu NKRI, Otonomi Khusus, dan percepatan pembangunan,†ujar Ketua UP4B Bambang DarÂmono kepada Rakyat MerÂdeka, Jumat (11/11).
Menurut Bambang, ada dua pendekatan yang dijalankan UP4B. Pertama, pendekatan soÂsial ekonomi dengan meningÂkatÂkan hasil guna dan daya guna pelayanan publik. Seperti di biÂdang pendidikan, pelayanan keÂsehatan, penanggulangan keÂmisÂkinan, dan infrastruktur dasar yang harus dilakukan di Papua.
Kedua, pendekatan sosial poliÂtik dan budaya, dengan membaÂngun komunikasi konstruktif antara pemerintah dan masyaraÂkat Papua dalam banyak hal.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa yang menjadi prioritas dari UP4B?
Prioritas dalam konteks perceÂpaÂtan pembangunan ada berbagai hal, seperti sekolah dan rumah sakit. Beberapa rumah sakit di Papua ada yang tidak berfungsi dengan baik. Ini mengganggu peÂlaÂyanan kesehatan masyarakat. Keberadaan rumah sakit tersebut perlu diperhatikan, sehingga peÂnanganan kesehatan bisa dilakuÂkan dengan baik ke depan.
Sejauhmana pelaksanaanÂnya, jangan-jangan ini hanya rencana saja?
Semua hal terkait dengan UP4B dan percepatan pembaÂnguÂnan di Provinsi Papua dan ProÂvinsi Papua Barat ada di daÂlam Peraturan Presiden Nomor 65 dan 66 Tahun 2011. Salah satunya diÂsebutkan, langkah percepatan pembangunan terseÂbut dilakÂsaÂnakan melalui peningÂkatan koorÂdinasi, sinergi, dan sinÂkroÂnisasi perencanaan serta peÂngenÂdalian pelaksanaan program.
Kegiatan yang berasal dari berbagai sumber pendanaan dan pelaku pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perÂundang-undangan di bidang keuangan neÂgara.
Dana otonomi khusus untuk Papua dikaÂbarÂkan boÂcor, apa tuÂgas Anda tidak terganggu?
Saya harap berbicara masalah otonomi khusus (Otsus) tidak diÂkaitkan deÂngan kebocoran. Otsus akan terus dilakukan agar masyaÂrakat PaÂpua meÂmiliki keÂmamÂpuan yang sama deÂngan masyaÂraÂkat IndoÂnesia lainnya. Itu dilaÂkuÂkan daÂlam waktu 25 tahun. Sekarang sudah berjalan 10 tahun.
Selain dari APBN, ada dana Otsus yang diberikan kepada maÂsyarakat Papua untuk pengenÂtasan kemiskinan, pelayanan penÂdidikan, pelayanan kesehatan, infrastruktur, dan kegiatan dalam rangka affirmative action.
Otsus dinilai gagal, bagaiÂmana komentar Anda?
Saya banyak mendengar kabar seperti itu. Tapi jangan cepat kita bicara gagal atau tidak gagal. Biar hasil tersebut keluar melalui evaÂluasi yang dilakukan oleh pihak yang mempunyai kompetensi.
Pandangan saya, biarkan otsus ini berjalan terlebih dahulu seÂlama 25 tahun, baru bisa dikataÂkan gagal atau tidak. Nanti bisa dilihat distorsinya di mana untuk dikemÂbalikan pada track-nya. Saya sebagai kepala UP4B harus bisa melihat itu, memetakan berÂbagai persoalan, dan kita lurusÂkan kembali.
Apa Organisasi Papua MerÂdeka (OPM) diajak komuniÂkasi?
Kami akan melakukan komuÂnikasi dengan siapapun. Yang penting orientasinya menyelesaiÂkan persoalan Papua. Apabila OPM tidak mau, itu urusan meÂreka. Namun pemerintah memÂbuka lebar pintu dialog untuk keÂsejahteraan masyarakat Papua. Masalah Papua tidak pernah tuntas, apa kendalanya?
Tentu permasalahannya sangat banyak. Misalnya, mengenai kaÂbar dana Otsus tidak tepat saÂsaran. Kemudian ada aspek yang bersifat sosiologis dan psikologis.
Banyak yang mempertanyaÂkan, apakah affirmative action di Papua sudah berjalan. Namun silakan lihat sendiri kondisinya di Papua seperti apa. Banyak sekali persoalan, sehingga memÂbuat masalah Papua tidak kunÂjung selesai.
Masa kerja UP4B sampai kaÂÂpan?
Sesuai dengan amanat PeratuÂran Presiden Nomor 66 tahun 2011, masa tugas UP4B hingga 2014. Ketika masa tugas saya berÂakhir, harus mampu meletakÂkan landasan yang kuat bagi berÂlanjutnya pembangunan untuk mencapai otonomi khusus. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: