“Ketidakhadiran KPK demi menjaga independensi. SeÂbab, sebelumnya mereka memeÂriksa pimpinan Badan Anggaran (Banggar) DPR. Dalam konteks hukum, sikap KPK sudah benar,†ujar peneliti ICW, Apung Widadi kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, Jumat (30/9).
Untuk itu, lanjutnya, sikap KPK itu perlu didukung. Apalagi, panggilan DPR itu sarat dengan nuansa politis. Sebab, sebelumÂnya KPK memeriksa empat pimÂpinan Banggar DPR.
“Saat ini tidak tepat DPR mengundang pimpinan KPK. SeÂharusnya Pimpinan DPR menÂdukung KPK mengusut kasus korupsi. Kemudian mendorong anggotanya untuk menghadiri panggilan KPK,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Banggar mungkin tersingÂgung dengan pemeriksaan yang dilaÂkukan KPK?
Sebenarnya pemanggilan pimÂpinan Banggar itu biasa saja. Semuanya masih on the track. Tidak ada masalah. Kalau menuÂrut saya, DPR melakukan perlaÂwanan itu karena Banggar merasa terancam, kemudian menyerang balik. Banggar cukup risau dan mencoba menyandera APBN.
Apa cara itu pas?
Saya kira tidak. Menurut saya, penyanderan APBN itu merupaÂkan sikap reaktif mereka. Sebab, ada yang harus ditutupi.
Dugaan mafia anggaran di Banggar kan sangat kuat, itulah yang mereka ingin lindungi. BahÂkan, salah seorang anggota BangÂgar mengatakan, semua anggota Banggar bermasalah. Jadi, wajar dong kalau mereka kompak untuk menyelamatkan dirinya.
Yang perlu kita sayangkan adaÂlah sikap pimpinan DPR. Kenapa mereka ikut-ikutan mendukung langkah Banggar untuk mogok membahas RAPBN. Ini kan kacau.
Bagaimana Anda melihat posisi KPK dalam perseteruan ini?
Seperti yang saya sampaikan tadi. KPK masih on the track. Bahkan, keberanian KPK perlu kita dukung karena mereka mulai menyentuh sektor korupsi politik. Beginilah resikonya, diserang balik DPR. Tapi KPK nggak perlu takut, lanjutkan pemerikÂsaan pimpinan Banggar agar dugaan praktik mafia anggaran itu bisa dibongkar.
Apa masalah ini berdampak terhadap uji kepatutan dan keÂlaÂyakan calon pimpinan KPK yang akan dilakukan DPR?
Kita lihat saja nanti. Pansel kan sudah memberikan urutan peniÂlaian terhadap calon pimpinan KPK. Menurut kami peringkat atau rangking yang diberikan pansel terhadap ke delapan calon cukup obyektif. Dapat dipertangÂgungjawabkan secara akademis. Kalau DPR tidak memilih urutan satu sampai empat, berarti keÂinginan memperlemah KPK seÂmakin jelas.
O ya, apa sulit memberantas praktek mafia anggaran?
Untuk memberantas mafia anggaran harus dimulai dengan mengembalikan Banggar DPR kepada tugas pokok dan fungsiÂnya. Banggar harus menyinkroÂnisasi anggaran antar pos pengeÂluaran, bukan menentukan besar anggaran dan alokasinya dalam RABPN.
Praktek mafia anggaran itu terÂjadi karena Banggar tidak tertib terhadap fungsi pokok. Diduga salah satu modusnya adalah mengÂgelembungkan besaran anggaran untuk diajukan kepada Kementerian Keuangan. Selain itu ada indikasi mendapatkan fee bila sukses suatu daerah menÂdapatkan anggaran.
Praktek seperti itu sangat mungÂÂkin terjadi. Sebab, Banggar meÂmiliki kewenangan yang cukuÂp kuat soal kucuran anggaÂran. [rm]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: